19) Duka

103 20 40
                                    

Happy reading ❤️

----••----

Aku memang pernah membencinya, tapi kepergiannya juga memberi luka.

~ Naisha Aeleasha Elvaretta ~

----••----

Mata indah yang semula terpejam itu kini terbuka setelah mendapat penanganan dari medis. Hal pertama yang Naisha lihat adalah hamparan warna putih pada dinding dan plafon ruangan yang ditempati, lantas disusul dengan aroma obat-obatan yang menyapa hidungnya. Gadis itu mengelih. Maniknya langsung disuguhi segaris senyum hangat dan meneduhkan dari Anza.

"Alhamdulillah Naisha udah sadar," ucap Anza lirih. Tangannya bergerak membelai puncak kepala Naisha.

"Gue ada di rumah sakit?" tanya Naisha memastikan.

Anza mengangguk. "Sepertinya fobia kamu kambuh, Nai. Tadi kamu dibawa sekalian sama petugas ambulans yang bawa korban kecelakaan itu," urai Anza.

Naisha memejamkan mata sejenak. Bayangan insiden kecelakaan tadi mulai berputar di kepala dan berhenti pada satu titik, yaitu salah satu korban dalam kecelakaan tadi.

"Apakah korban yang Bapak-bapak itu baik-baik aja?" tanya Naisha. Suaranya terdengar bergetar.

"Aku nggak tahu, Nai." Kening Anza mengernyit karena ekspresi Naisha seakan menyiratkan sebuah kekhawatiran. "Memangnya kenapa, Nai?"

Naisha beringsut duduk dan menyandarkan punggungnya di sandaran brankar. Anza pun menyodorkan segelas air putih pada gadis itu agar merasa lebih tenang. Namun, sirat gelisah masih saja terpancar di wajahnya.

"Kamu kenapa, Nai?" tanya Anza. Laki-laki itu turut cemas melihat Naisha seperti ini.

Naisha mengelih. Keduanya matanya terlihat sendu. "Korban kecelakaan yang bapak-bapak itu Ayah gue, Za."

Anza terperangah mendengarnya. "Yang bener, Nai? Mungkin cuma mirip."

Naisha mendecak pelan. "Gue tahu persis wujud Bapak gue, Za walaupun dia rada bajingan."

"Ssst nggak boleh gitu, toh, Nai. Biar bagaimanapun itu Ayah kamu. Kamu nggak boleh menjelekkannya," tegur Anza.

Naisha menghela napas. Gadis itu menggigit bibir bawah. Ada sedikit kelegaan karena ia bisa bertemu lagi dengan sang Ayah walaupun rasa sakit atas semua perlakuannya masih mendominasi. Di samping itu, dia juga mengkhawatirkan kondisi sang Ayah, mengingat luka di tubuh dan wajahnya bisa dibilang parah.

"Za gue mau ketemu sama dia," ungkap Naisha.

Ada segenggam bahagia yang hadir di hati Anza karena Naisha dapat bertemu kembali dengan Ayahnya setelah sekian lama meninggalkannya. "Kayaknya Ayah kamu di ruangan seberang, Nai."

"Ayo ke sana," ajak Naisha, lantas beranjak turun dari brankar.

Anza pun mendampingi langkah Naisha untuk mencari keberadaan sang Ayah. Anza bertanya kepada petugas administrasi untuk mendapat informasi.

"Pasien ada di ruang IGD, Mas," jawab petugas administrasi.

"Makasih, Mbak."

Anza dan Naisha pun mematri langkah cepat menuju ruangan tersebut. Naisha dilanda kecemasan di setiap langkahnya. Hati kecilnya berharap jika kondisi sang Ayah baik-baik saja. Langkah keduanya melambat ketika sampai di depan ruangan. Arah pandang Naisha dan Anza langsung menembus ke dalam pintu kaca buram. Mereka melihat bayangan para petugas yang tampak menangani seorang pasien. Tak lama kemudian, seorang dokter pun keluar.

Covers in My Life (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang