Prolog

60 18 4
                                    

"Putriku, si Genduk, Nduk Ayu.

Gek nendra-a, ana Buto sing arepe teka.

Butane kang ala rupane.

Buto Ijo iku kang dadi arane."

(Disadur dari lirik lagu Ande-Ande Lumut)

**

Bertahun-tahun sejak kelahirannya, Mbok Srini selalu menyanyikan lagu pengantar tidur yang sama untuk Timun Mas. Lagu itu terdengar biasa saja di telinga Timun Mas kecil. Namun, ketika gadis itu beranjak dewasa, lagu tersebut terdengar seperti suara seorang pengecut. Timun Mas tumbuh menjadi gadis pemberani yang bisa berburu seorang diri di dalam hutan. Karena itu, alih-alih menunggu Buto Ijo datang menagih janji ibunya, Timun Mas justru berencana hendak menghampiri sang raksasa.

Gadis itu memulai perjalanannya dengan berbekal empat kantung kain. Kantung yang pertama berisi biji mentimun. Ibunya berkata, biji mentimun di dalam kantung itu penuh keajaiban. Dalam waktu singkat, setelah disebar, ia akan menjadi hutan mentimun raksasa yang bisa melilit tubuh Buto Ijo hingga mati. Namun, Timun Mas sulit memercayai perkataan ibunya tersebut. Bagaimana mungkin, sekantung biji mentimun berukuran normal bisa tumbuh menjadi hutan mentimun dalam sekejap?

Kantung bekal kedua yang dibawa Timun Mas berisi jarum dan benang jahit. Konon, jarum dan benang ini bisa berubah menjadi hutan bambu dan jerat dari kawat jika disebar. Kantung ketiga berisi garam dan kantung terakhir berisi terasi yang konon akan berubah menjadi lautan dan lahar panas.

Mungkin, semua itu benar-benar akan terjadi di dalam dongeng. Namun, di dunia nyata, siapa yang bisa menjamin semua keajaiban semu itu akan membuat Timun Mas selamat dari kejaran Buto Ijo? Karena itu, ia membawa senjata lain yang jauh lebih realistis dibanding kantung-kantung yang dibawanya tadi. Sebilah pisau yang sudah ia lumuri dengan racun. Timun Mas membungkus pisau itu dengan sarung khusus yang terbuat dari kayu randu, kemudian menyembunyikannya di dasar tas anyaman yang ia gunakan untuk membawa perbekalan.

Gadis itu akan datang ke sarang Buto Ijo untuk bernegoisasi. Ia tahu, ibunya yang bersalah dalam hal ini sebenarnya. Ibunya sudah menjanjikan sesuatu yang membuat harapan sang raksasa membumbung tinggi. Setelah itu, dengan mudah ibunya mengingkari semua perjanjian tersebut. Jika menjadi Buto Ijo, Timun Mas juga akan sangat marah. Pengkhianatan seperti itu jelas tidak bisa ditoleransi.

Hanya saja, ibunya adalah ibunya. Ia tidak bisa membela Buto Ijo begitu saja hanya karena raksasa itu benar. Ibunya adalah prioritas nomor satu. Benar atau salah, Timun Mas tetap akan berpihak pada ibunya. Setidaknya, itu satu-satunya hal yang bisa ia lakukan untuk membalas jasa ibunya selama sembilan belas tahun ini.

Setelah memastikan perbekalannya lebih dari cukup, Timun Mas memulai perjalanannya. Gadis itu tidak tahu apa yang akan dihadapinya di masa depan. Namun, tekadnya sudah bulat.



Timun Mas & Another Story of Buto IjoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang