Chapter 1- Dia Siapa?

14 3 0
                                    


●●●●●



“Pak Husniiii, tunggu!”

Brak!

“Aaahhh!” Desahan frustrasi lolos begitu saja dari bibir gadis mungil berseragan putih abu-abu yang masih terengah-engah tiba di depan gerbang sekolah.

Menilik kedatangan gadis itu, bisa ditebak jika gadis itu terlambat hingga mendapati gerbang sekolah telah ditutup oleh seorang pria dengan seragam khas seorang guru.

“Pak, aku telat lima detik doang, lho ... aahhh, capek.”

“Mau lima detik, sedetik kek, yang jelas kamu telat. Tunggu di luar gerbang sampai yang telat juga berkumpul dengan kamu.”

Usai berkata, pria yang merupakan seorang guru itu lantas berlalu pergi. Meninggalkan siswi yang terlambat tanpa mengindahkan teriakan melas dari bibir siswi tersebut.

“Arrgghh! Apes banget aku tuh pagi ini. Padahal udah masang alarm juga jam enam, kenapa malah bablas tidur lagi.” Omelan siswi itu terus berlanjut dengan adegan beberapa kali menendang pagar sekolah yang terbuat dari besi.

Hingga tak lama berselang muncul seorang pemuda yang menyandang ransel lengkap dengan topi juga jaket hitamnya. Pemuda itu menatap heran ke arah gadis yang masih setia dengan omelannya.

“Aaiishh! Mana jam pertama itu Ibu Maria, si ratu cubit. PR-ku nggak diset ...”

“Permisi, Dek. Ini gerbangnya udah ditutup ya?”

Sreett!

“Ya iyalah ditutup, kamu nggak liat itu gerbang segede gaban digembok malah nanya pula ... mata kamu .. eh, ganteng banget yak?”

“Hah?” Pemuda itu melongo oleh pertanyaan siswi yang membalikkan tubuhnya dengan rentetan kalimat bentakan yang memekakkan kuping.

“Ganteng ya,” imbuh siswi itu kembali dengan tatapan penuh puja. Jika mengibaratkan bagaimana tatapan siswi itu dalam sebuah gambar kartun, pada sepasang mata bulat siswi itu bisa dilihat ada emoji love yang khas. Emoji yang sering terpakai jika seorang cewek kagum pada lawan jenis.

“Dek, pagarnya nggak bisa dibuka lagi?”

“Eh, pagar? Hah? Kamu siapa sih nanya-nanya?” Rupanya kesadaran siswi itu muncul hingga gelagapan menjawab.

“Iya. Saya bertanya pagarnya sudah ditutup? Saya mau masuk ke dalam, soalnya mau ketemu dengan kepala sekolah.”

“Ooo ... mau ketemu kepala sekolah? Sebentar.”

Siswi itu lantas mengambil handphone yang ada di saku roknya lalu menghubungi seseorang.

“Halo, Gi, bisa minta tolong nggak?”

“Eh, kamu di mana jenong?”

“Elah, manggil jenong pula. Bantuin dong, ke ruang kepsek. Ini ada tamu mau ketemu tapi gerbang dikunci.”

“Omegad. Aku lupa kalau kamu telat. Ya udah, aku ke ruang kepsek kalau gitu.”

Tanpa pamit, sambungan terputus membuat siswi itu terdengar menggerutu pelan.

BUJANG SEKOLAH ITU PACARKUDove le storie prendono vita. Scoprilo ora