Bagian 5

8.2K 894 9
                                    

Setelah acara sarapan yang membuat dadanya sesak, kini Arrant memikirkan banyak hal. Kepingin ingatan Geo mengenai kejadian berdarah 11 bulan yang lalu berhasil menghantam kepalanya, membuat pengelihatannya gelap seketika dan berkahir pingsan di meja makan.

Entah bagaimana caranya ia bisa terbangun dalam kamar ini, Arrant tidak terlalu memikirkan itu. Kini ia hanya menikmati langit yang berlahan menggelap setelah bias jingga tak lagi mencoret warna di sana.

Tubuhnya mungkin hanya diam, namun tidak dengan pikiran Arrant yang begitu sibuk menyatukan semua adegan demi adegan yang dialami Geo asli. Mulai dari Duchess Catalina yang memaksa ingin ke kuil, hingga adegan Lina yang terjatuh setelah berdoa pada Dewa di hari suci.

100 tahun sekali di hari pertama Minggu ke 2 bulan genap dengan cahaya penuh, merupakan hari yang dianggap suci dari segala jenis kejahatan. Semua manusia akan menunjukkan sisi terjujur dari dirinya, entah itu benar atau hanya mitos belaka, tak ada yang tahu dengan pasti selain dewa itu sendiri.

Duchess Amaron yang saat itu tengah mengandung anak ketiga yang diperkirakan akan lahir dua Minggu lagi, melakukan perjalanan bersama Geo dan Louis ke kuil untuk meminta doa keselamatan. Sedangkan Duke Amaron sedang melakukan perjalanan pemerintah bersama kaisar, sehingga tidak bisa ikut berdoa bersama di hari suci.

Beberapa prajurit, pelayan dan butler dari Duchess Amaron memenuhi kuil. Mereka tampak disibukkan dengan pekerjaan, Geo yang berusia 4 sangat aktif berlarian sekarang hanya diam dalam gandengan Louis. Mulut kecilnya mencebik, kesal harus duduk patuh di samping sang ibu yang tengah berdoa pada Dewa.

"Kak, apakah ibu masih lama? Geo sudah lelah duduk dan melihat wajah jelek patung ini. Geo mau kembali ke rumah saja," gerutu Geo yang dibalas senyuman oleh Louis.

"Sstt, Geo tidak boleh seperti itu, nanti dewa bisa marah pada Geo. Dia bisa membuat gempa dan membuat rumah Geo roboh." Louis mencoba sebisanya untuk membuat sang adik diam.

"Kalau begitu, berati dewa jahat ya kak?" tanya Geo polos.

"Bukan seperti itu maksud kakak," Louis mendadak pusing sendiri bagaimana ia harus menjelaskan pada Geo.

30 menit berlalu, Duchess Lina telah menyelesaikan doanya. Mereka kompak bangkit dari posisinya diikuti oleh Louis dan Geo.

Sebenarnya tak ada yang tau bagaimana  cara dewa bertindak menanggapi doa manusia, namun detik ini doa itu seperti kutukan. Tubuh Duchess Catalina menggelinding dari tangga kuil hingga ke dasar kolam pensucian, semua orang terdiam kejadian yang begitu cepat membuat mereka mematung.

Kolam suci dengan air yang begitu jernih itu, tiba-tiba berubah warna menjadi merah karena darah sang Duchess. Sontak semua orang panik, mengangkat tubuh Duchess dari kolam yang tingginya hanya selutut orang dewasa.

Catalina mengerang hebat kala darah yang keluar dari kemaluannya begitu deras, perut besarnya seakan diputar dengan paksa. Sakitnya luar biasa, erangan sang Duchess membuat suasana tambah kacau.

"Bawa ke kamar di samping kuil," ucap pendeta agung kala semua orang dilanda panik.

"Untuk kalian segera hubungi tabib, saya akan meminta para saintis untuk ikut membantu Duchess," sambungan si pendeta.

Mereka dengan cepat membawa tubuh penuh darah sang Duchess, hingga melupakan dua bocah laki-laki yang sejak tadi terdiam. Louis mematung dengan wajah kaget sedang Geo tengah meringis memegangi lututnya yang mengeluarkan darah.

Dan tanpa Lina, Geo dan Louis sadari, melalui kejadian itu Dewa telah mengabulkan dua doa dari dua insannya. Sungguh Dewa begitu mencintai mereka, hingga tanpa berpikir lagi langsung mengabulkan keinginan mereka. Tentu dengan caranya sendiri.

SELFISHWhere stories live. Discover now