00.02

9 1 0
                                    

Sebenarnya Theala sudah sangat ingin mengakhiri masabaktinya di organisasi yang pertama kali ia selami itu. Awalnya memang semenyenangkan itu, apalagi langsung diberi jabatan sebagai Sekretaris 2 saat pertama kali ikut seleksi, yang juga posisinya banyak diidamkan. Tapi semakin di ujung masabakti justru Theala sudah muak dengan tugas-tugasnya. Ia juga kembali menjadi Sekretaris Umum karena pernah menolak untuk menjadi kandidat Ketua dan Wakil OSIS. Seperti sekarang, Theala bahkan terlihat sibuk di depan laptop dengan mulut yang sedang mengunyah permen karet. Kacamatanya sedikit ia rapatkan ke arah mata dengan rambut yang dicepol asal.

"Ada yang bisa gue bantu? Gue udah selesai print proposal nanti tinggal ditandatangin sama Akash."

Mauren Novalia, partner sekretarisnya. Menurut Theala, Mauren ini adalah cewek paling cantik di sirkelnya dan kebetulan mereka sekelas. Orang paling dimanja plus disayang orang tua seperti teman-teman yang lain bilang.

"Gue boleh duluan? Tugas gue 'kan udah selesai. Papah udah jemput gue soalnya."

"Iya, lo pulang aja. Makasi."

Sebenarnya ada sedikit hal yang membuat mereka terlihat tidak akrab dan sedikit awkward padahal di kelas 10 mereka tuh teman dekat. Bahkan ketika Mauren ditawari langsung oleh Pembina OSIS-nya untuk menjadi patner Theala tanpa seleksi, Mauren langsung menyetujui karena partnernya adalah Theala.

Sampai ada suatu ketika Theala membuat snapgram fotonya berdua dengan Mauren, Theala jelas kebanting dan banyak sekali balasan-balasan sg-nya dari para cowok-cowok yang membuat Theala berpikir layaknya cewek biasa. Karena sebelumnya, Theala tidak pernah mempermasalahkan wajah cantik Mauren dan celetukan-celetukan yang sebenarnya membuat Theala sakit hati dan perlakuan kecil yang sangat signifikan terhadap mereka berdua sangat membuktikan bahwa beauty privillege itu nyata.

Bahkan ketika pertemuan besar dengan menteri kehutanan saat itu, Theala diminta digantikan dengan Mauren oleh Pembina OSIS langsung.

"Ganti aja, Mauren lebih enak dilihat."

Saat itu sebentar lagi pembukaan dan tentu saja Theala sudah bersiap menjadi moderator ntuk memandu pertemuan kali ini. Tapi harus dibatalkan begitu saja karena harus Mauren yang dilihat para petinggi itu.

Mauren sebenarnya baik, hanya saja mungkin Theala yang sudah unrespect. Jadi, semua hal yang dilakukan Mauren justru Theala tidak suka. Entah mungkin karena iri, atau insecure. Tapi, terlepas dari itu, sebagai orang yang pernah menemaninya, Theala tentu saja masih ingin mereka kembali dekat.

"Mukanya ditekuk banget, ada apa, La?" Ucap seseorang sambil meletakkan struk belanjaan.

Farah Triasya. Dia juga masih teman satu kelasnya Theala. Namanya aja ada r-nya, tapi dia tidak bisa bilang er. Anak satu ini sangat susah diajak makan karena hampir semua makanan ia tidak suka. Ini serius, bahkan makannya hanya dengan nasi dan kentang atau keripik kaca super pedas dan asin. Apalagi dia sangat menghindari makanan bulat super disukai seluruh umat, bakso. Ia tidak suka bakso, bahkan seblak yang merupakan makanannya cewek-cewek pun ia tidak suka. Ia juga termasuk salah satu teman dekat Theala beserta Nara Azzahra.

Nara memang terlihat diam, tidak banyak bicara bahkan cerita saja bisa kehitung jari. Tapi, tulisan-tulisannya bisa membuat semua orang tenang dengan kata-katanya. Siapa sangka ia sudah menerbitkan 2 novel yang terbilang laris di berbagai gramedia sampai namanya pernah jadi topik di seluruh penjuru sekolah dan membuatnya dikenal orang banyak.

Teman-teman Theala adalah mereka yang masih satu organisasi dengannya. Mereka adalah Farah, Mauren, Nara, Ivan, Vidya, Desiska, dan Akash. Agak aneh sebenarnya, karena mereka yang terlihat tegas dan berwibawa di mata seluruh murid juga guru ternyata memiliki sisi gelap yang bahkan mungkin tidak ada terangnya. Mereka super random yang apa-apa dibawa becanda. Tapi, jangan salah ketika sedang di kepanitiaan. Bahkan Farah yang terlihat lucu imut menggemaskan si tukang paling menghibur pun bisa terlihat menyeramkan ketika sudah marah. Mereka dengan segala karakternya, tapi sejak bergabung di Organisasi Siswa Intra Sekolah kelas 10 lalu, mereka mulai akrab.

Aktivitasnya seketika dihentikan, tubuhnya langsung menghadap Farah yang baru saja datang. "Lo tadi liat Raka gak di warung parkiran?"

"Lraka? Gue cuma liat Lrangga sama Aksa si. Tapi kayaknya ada deh bagian dalem. Kenapa?"

"Ngga, gue nanya aja."

"Aih, Akash mana, La?"

Theala hanya menggidikkan bahunya, raut mukanya terlihat kesal karena Raka pasti mengingkari kembali janjinya. Meskipun sudah bukan jam sekolah tetapi tetap saja, Raka pasti masih menggunakan seragam. Theala tidak suka wangi parfum Raka bercampur dengan bau asap rokok yang menyesakkan itu.

Di ruang sana memang bukan hanya ada Theala, tapi anggota-anggota yang lain juga yang sibuk mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan besok lusa. Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 1 jam yang lalu dan sekarang tengah menunjukkan pukul 5 sore.

"Guys, hari ini kita selesai sampe sini dulu. Besok, gue bakal ngajuin surat dispensasi buat kalian supaya persiapan acaranya bisa lebih matang. Sekarang istirahat dulu aja, kalian boleh pulang. Makasih udah mau nyempetin waktunya."

Ucap akash ketika ia baru sampai di ruangan. Mendengar surat pengajuan dispensasi membuat Theala memutar bola matanya malas lalu mulai membuat suratnya tanpa Akash suruh karena jelas-jelas Akash pasti akan bilang,

"La, buatin surat dispen ya!"

Nah kan.

...

Melihat segerombolan siswa-siswa berbau organisasi yang melewati warung tersebut membuat Raka mulai merapikan pakaiannya. Batang rokok yang masih tersulut itu dibuang asal dan menyemprotkan parfum disana.

"Takut ketauan Ela lo, Rak?" Tanya Aksa yang sudah ingin menertawakan kelakuan sahabatnya itu.

"Ahahaha panik banget mukanya." Timpal Aksa karena saat ini Raka seperti orang yang jenggotnya kebakaran.

"Gue curiga sih kalo Ela bukan apa-apanya lo, nurut banget sama dia heran." Ucap Aksa.

"Nggak bro, dia ngestuck tuh di masalalu jadi dia gak bisa jalan sama orang baru." Rangga mencibir sampai membuat Raka terlihat kesal.

"Diem, gue mau jemput Ela. Bayarin dulu cok, nanti gue ganti." Ucapnya sedikit berteriak sambil menyalakan motornya dan mulai berjalan menuju gerbang sekolah.

Dan percayalah, kalimat "nanti gue ganti" itu hanya kalimat penenang.

"Mau bareng sama gue, La?" Ajak Akash ketika melihat Ela di gerbang sekolah meskipun terlihat jelas ia sedang menunggu seseorang.

Tiba-tiba Raka datang dan menghampiri mereka yang tengah berada di sekitar gerbang sekolah.

"Wih, Mas Akash, Ela pulang sama gue." Sarkasnya sambil menaik-turunkan alis.

Theala tersenyum ramah kepada Akash lalu menaiki motor yang ditumpangi oleh Raka.

"Duluan ya Kash."

Lagi, Akash kalah oleh Raka.

Sempat Akash berpikir apa hebatnya Raka sampai setiap hal yang Akash inginkan selalu Raka pemenangnya. Segudang prestasi bahkan tidak membuatnya puas. Sebenarnya apa yang Akash kejar?

Cerita TerakhirWhere stories live. Discover now