Lembayung Senja - 35. Misalkan Semua Terjadi

3.5K 261 5
                                    

"Pas dia bilang aku jadi pemegang saham terbesar, rasanya kaya ... boom! Aku dapet uang kaget, Gama! Aku jadi orang kaya dadakan. Terus, kamu mau tau ekspresi orang-orang didalem kayak gimana? Semua cengo kayak keong, aku pengen banget ketawa apalagi pas liat si nenek sihir. Puas banget!"

Gama menatap lekat Jean yang sedang menceritakan kejadian didalam rumah bersama keluarganya dengan menggebu-gebu. Rasanya Gama sedikit menyesal karena dia tidak memiliki hak untuk bisa ikut campur dalam masalah keluarga gadis itu, sehingga tidak bisa menemani Jean seperti janjinya. Tetapi kekhawatiran Gama tidak berlangsung lama saat tahu ada papa Jean yang membelanya disana. Ya, setidaknya Jean tidak sendirian disana dan menjadi bulan-bulanan semua orang.

Meskipun Jean terlihat sangat bersemangat terutama ketika tahu dirinya mendapat warisan dari ayahnya, Gama tetap bisa melihat sorot kekosongan dibola matanya. Dan mata adalah organ tubuh yang tidak bisa berbohong.

"... emang, sih, aku gak ngerti soal saham-sahaman, cuman aku tau kalo aku gak akan jadi orang miskin lagi sekarang. Rekening aku bakal penuh dan terus keisi. Aku juga bisa traktir Mahes boba sampe dia kembung ...."

"Je," panggila Gama membuat Jean seketika menghentikan ucapannya.

"Hng?"

Pria itu menghembuskan napasnya lalu menangkup kedua pipi Jean. "Aku tau apa yang terjadi didalam bukan sesuatu yang baik. Gak usah sembunyiin perasaan kamu, aku bisa liat dimata kamu." Jean menggigit kecil bibir bawahnya, matanya bergerak menunduk sampai akhirnya helaan napas berat dikeluarkan melalui mulutnya.

"Gama, aku boleh peluk kamu?" Tanyanya dengan serak. Sudah Gama duga, Jean hanya menutupi kesedihannya saja.

Dia lantas merentangkan kedua tangannya dan Jean langsung memeluknya dengan erat. Tidak bisa dipungkiri kalau hatinya sangat terluka mendapati sikap mereka yang kasar terhadapnya, mereka semua melihatnya tak lebih dari seekor nyamuk yang dalam sekali tepuk langsung mati. Tidak peduli setinggi apapun pencapaian yang Jean buat, mereka tetap melihatnya tidak berdaya.

"Aku marah banget, aku juga kesel sama mereka dan saking marahnya sampe gak tau harus gimana. Kayak, apapun yang aku bilang ke mereka itu gak akan merubah apapun. Dimata mereka, aku cuman seorang anak yang gak mereka harapkan dan keturunan papa cuman Dea. Mereka keliatan murka banget pas papa bilang bahwa saham perusahaan keluarga dimiliki oleh aku sebelum Dea, dan aku gak tau apa yang akan terjadi sama papa. Rasanya hati aku kayak kosong, aku kebingungan dan gak tau aku harus berekspresi kayak gimana. Aku gak sedih banyak, kok, cuman ... dikit aja." Gama mengusap kepala Jean lembut, menekan kecupan pada puncaknya seraya terus mendengarkan cerita perempuan dalam pelukannya.

"Gama, menurut kamu aku ini gimana? Mereka bilang, aku ini kasar dan juga keras kepala, terus kamu juga pernah bilang kalo aku ini egois, 'kan? Apa aku emang seburuk itu?"

Gama menggelengkan kepalanya lalu meregangkan pelukan mereka dan memegang kedua bahu Jean. "Je, gak ada yang salah sama diri kamu. Aku pikir setiap manusia mempunyai sisi egois dan keras kepala mereka masing-masing, aku minta maaf karena ngatin kamu begitu. Tapi, aku bersumpah ... gak ada sedikitpun yang salah pada diri kamu." Pandangan Jean semakin menyendu.

"Tapi, kenapa mereka sebenci itu sama aku? Aku ada salah apa sama mereka?"

"Bukan kamu, tapi kesalahan itu ada pada diri mereka sendiri. Kamu tau? Kita gak perlu berbuat kesalahan agar orang lain membenci kita, karena dasarnya kalo mereka emang udah gak suka, kita diam pun akan tetap salah dimata mereka. Mereka benci sama kamu ya itu masalah mereka, kamu hanya perlu tunjukin kalo kamu bisa menjadi pribadi yang baik --gak seperti apa yang mereka bilang. Jadi, jangan merasa kamu kecil, oke? Apalagi sekarang uang kamu makin banyak, 'kan? Malahan kamu lebih kaya dari aku," tuturnya diakhiri guyonan yang sukses membuat Jean meloloskan tawanya.

Lembayung Senja (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora