hurt road

656 106 19
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

. . . . . ╰──╮❀╭──╯ . . . .

Malam hari sekitar pukul sembilan, Winter berniat ingin keluar bersama sahabatnya sekaligus mengambil mobil miliknya yang masih berada di rumah sang ayah. Kalau tidak memiliki kendaraan, bagaimana ia bisa berangkat kerja besok? menyuruh Nolan mengantarnya ke butik? Winter yakin seratus persen bahwa Nolan akan menolak mentah-mentah.

Udara malam yang dingin membuat perempuan itu mengenakan dua lapis baju. Baju yang pertama hanya berupa kaos putih polos dan jaket kulit hitam serta celana bahan panjang.

Dari lantai atas Winter melihat pintu utama terbuka lebar, padahal angin di luar sedang berhembus kencang sampai daun-daun masuk ke dalam.

Winter memelankan langkahnya begitu melihat seorang perempuan asing duduk bersanding bersama Nolan di ruang tamu, keduanya tampak mesra bak orang pacaran.

Sedetik kemudian ia mengangguk. Kata Bi Asih, Nolan tiap pulang kerja selalu membawa perempuan ke rumah.

Sayang sekali Bi Asih tidak kerja 24 jam disini, padahal Winter ingin menanyakan siapa gerangan perempuan itu.

"Tingkat kesabaran di uji banget setelah nikah sama orang gila" gumam Winter sambil berusaha tidak memperdulikan kedua insan tersebut dan berjalan layaknya tak melihat siapapun.

"Istri mana yang keluar jam segini? itu istri kamu? pekerjaan nya emang berangkat malam pulang pagi ya?" sindir perempuan tersebut sembari bersandar manja pada Nolan.

Nolan hanya diam melihat Winter direndahkan harga dirinya, toh ia memang tidak peduli sama sekali.

"Kerja di kelab malam mana?"

Mendengar pertanyaan seperti itu, Winter langsung balik arah menghampiri perempuan tersebut dan berdiri tepat didepan nya.

"Murahan banget tuh mulut, gak ada pertanyaan yang lebih berbobot apa? oh, atau emang mulut kamu ini gak di sekolahin, ya? pantes" cela Winter tak mau kalah.

Kini perempuan yang awalnya bergelayut manja pada Nolan itu berdiri menatap Winter tak kalah kesal. Padahal dirinya yang mulai, tapi kenapa ia marah?.

"Sudah berasa perempuan mahal kamu ngomong begitu?" ia mengangkat dagu angkuh dihadapan Winter.

"Iya dong, perempuan mahal kan gak mungkin jam segini bermesraan sama suami orang" jawabnya dengan nada yang begitu halus namun terdengat sangat tajam.

Nolan yang mulanya hanya duduk diam, kini ikut berdiri dan menarik Winter keluar rumah. Winter tidak tinggal diam, ia menampik tangan Nolan yang mencekal pergelangan tangan nya dengan begitu kasar.

𝗣𝗲𝗿𝗳𝗲𝗰𝘁𝗹𝘆 𝗪𝗿𝗼𝗻𝗴 || 𝗪𝗵𝗶𝘁𝗼𝗿𝘆Where stories live. Discover now