10 . Beauty and The Beast

29 4 2
                                    

"Di semesta ini, kamu—aku adalah matahari dan bulan, Yeonjun."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Too bad. But, it's too sweet."

-o-

"Ryujin, kamu masih belum cerita padaku tentang itu," kata Yeji sebelum menempatkan diri di bangku cafetaria. Ryujin yang sudah mengambil tempat di bangku seberang meja menaikkan sebelah alisnya.

"Tentang pembicaraanmu dengan Beomgyu ketika kita pergi ke pantai," jelas Yeji. Matanya intens menatap presensi Ryujin di hadapannya.

Ryujin memutar bola mata dengan malas. Sedikit gelengan dia lakukan. Lalu, tanpa sepatah kata pun dia bersiap untuk memulai makan siang.

"Ryujin, kenapa tidak menjawab?" tanya Yeji. Bibirnya mengerucut karena merasa diabaikan begitu saja oleh sahabatnya.

"Tidak ada pembicaraan yang serius." Akhirnya, Ryujin menjawab. "Cepatlah makan! Nanti makanannya keburu dingin."

Yeji tidak puas! Bukan itu jawaban yang dia inginkan. Yeji percaya bahwa ada hal lain yang Ryujin sembunyikan.

Sejak Minggu lalu, sehari setelah acara jalan-jalan mereka, Yeji sudah bertanya tentang ini. Namun, Ryujin keukeuh tidak mau menjawab. Yeji menghormati keputusannya. Bahkan, kemarin ia tidak menyinggung sama sekali soal itu.

Yeji ingin melupakannya, tetapi ia tidak bisa. Hati dan pikirannya begitu penasaran. Ia ingin tahu. Bukankah Yeji akan ikut bahagia jika ada kabar baik dari dua manusia yang Yeonjun juluki Cat and Dog ini?

"Mengapa kamu tidak mau menceritakannya padaku? Apa Beomgyu bilang kalau dia menyukaimu?"

"UHUK!"

Ryujin seketika tersedak mendengar kalimat tanya Yeji di tengah khidmatnya menyantap makanan masing-masing. Yeji segera beranjak dan menepuk pelan punggung Ryujin.

"Maaf," kata Yeji setelah melihat Ryujin sedikit lebih baik. Menyesal? Tentu, Yeji merasakan hal itu.

Tuk!

Ryujin memukul pelan dahi Yeji dengan sendok sup yang masih bersih. Yeji makin memanyunkan bibir dan mengelus perlahan di tempat Ryujin mendaratkan benda berbahan stainless steel itu.

"Kalau ngomong, ya! Ihhh!" Ryujin merasa geram dan gemas secara bersamaan. "Tidak ada yang akan terjadi antara aku dan dia!" serunya selagi mengacungkan senjatanya tadi di depan wajah Yeji.

"Aku, 'kan, hanya penasaran," gumam Yeji terus mengelus dahi mulus itu.

Yeji pun kembali ke tempatnya. Masih dengan kondisi bibir yang menyerupai bebek, dia mengambil sumpitnya lagi.

"Kenapa kamu sangat penasaran?" Ryujin mencondongkan tubuhnya ke depan untuk lebih dekat dengan Yeji. Menatap penuh telisik wajah Yeji, sebenarnya ia juga ingin tertawa ketika air muka orang ini belum berubah.

"Aku ingin meminta traktiran kalau benar kalian sudah pacaran."

Jawaban Yeji spontan membuat Ryujin membulatkan mata. Gadis Shin itu meraih tangan Yeji dengan tangan kirinya dan satunya mengambil kembali sendok yang tadi ia letakkan di atas nampan. Dengan rasa gemas yang tertahan, Ryujin bertanya dengan mimik yang dibuat marah, "Kamu mau aku pukul di mana? Di dahi? Di pipi? Atau di bibir?"

"Cepat katakan!"

"Atau rasakan ini!"

"Hahaha. Aku minta maaf, Ryujin. Hahaha. Maafkan aku," kata Yeji ditengah-tengah ia tergelak.

Èvasion • Yeji&YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang