- 001 -

545 46 12
                                    


- 001 -

Matahari telah menyembunyikan cahayanya hampir digantikan oleh malam yang menyelimuti cakrawala. Mu Zhicheng, bocah berusia 6 tahun itu duduk dengan setia di samping anak lain yang enggan untuk berhenti menangis.

"Bisakah kamu berhenti menangis?" Zhicheng sangat kesal ketika mendengar isak tangis yang tak terbendung.

Pada saat yang sama, Zhang Junhao di samping Zhicheng menatap Zhicheng dengan mata berair. "Mereka ... tidak baik ..." Junhao tergagap karena terisak.

Zhicheng berdecak kesal melirik Junhao lalu menatap ke langit. "Kenapa semua anak kecil suka sekali menangis."

"Bukankah kamu juga masih kecil?" kata Junhao dan Zhicheng hanya tersenyum kecut.

"Aku juga masih kecil, tapi tidak selemah kamu." Zhicheng mendengus membuat Junhao menangis semakin keras.

"Berisik! Apa yang mereka katakan padamu?"

"Mereka— mereka bilang, aku— aku monster— ..."

"Apa! Idiot mana yang mengatakan itu? Sepertinya mereka buta, bahkan kamu terlihat sangat aneh, kenapa kamu terlihat seperti monster?

Zhicheng marah karena suatu alasan. Di sisi lain, Junhao senang Zhicheng membelanya, tapi di sisi lain Junhao sedih karena Zhicheng memanggilnya 'aneh'.

"Kurasa aku harus memukul mereka." Zhicheng berdiri dan menendang batu kecil di depannya.

"Apakah kamu tidak takut terluka?" Junhao menatap Zhicheng dan bertanya dengan suara bergetar.

"Tidak masalah, selama kamu memberiku hadiah yang bagus."

Bocah ini Mu Zhicheng, dia benar-benar orang yang mencari untung karena menurutnya kekayaan adalah segalanya, meski usianya baru enam tahun ia sudah memahami uang seperti orang dewasa.

Junhao mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan menyerahkan kepada Zhicheng. "Kata ibuku harganya cukup mahal."

Zhicheng segera mengambil benda itu dari tangan Junhao. "Kamu mencuri ini dari ibumu?"

Junhao menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ibuku berkata bahwa aku harus memberikannya kepada orang yang kucintai ketika aku besar nanti."

Mendengar kata 'cinta' pipi tembem Zhicheng memerah. "Tapi ibuku bilang kalau kamu memberi seseorang cincin, itu artinya kamu akan bertunangan dengan orang itu."

Junhao berkedip beberapa kali berusaha keras untuk mencerna tetapi masih tidak mengerti, "Apa itu tunangan?" Dia bertanya dengan polos.

"Ah, jangan pedulikan anak berusia enam tahun mana bisa mengerti." Zhicheng berkata tanpa daya, tetapi dia tidak sadar bahwa dia juga masih berusia enam tahun.

"Kamu tunggu di sini! Aku akan menghajar mereka satu per satu." Zhicheng mengepalkan tinjunya dan memerintahkan Junhao untuk bersembunyi di balik seluncuran anak-anak.

Dia keluar dengan langkah berani dan menyapa sekelompok anak yang sedang bermain di taman. Mereka semua lebih besar dari Zhicheng dan totalnya ada tiga. Junhao sendiri mau tidak mau melihatnya, dia tidak memiliki keberanian sebanyak Zhicheng untuk melawan anak itu.

Kemampuan bertarung Zhicheng sangat bagus tapi jelas dia akan dipukuli dengan buruk, jadi dia hanya bisa datang ke Junhao dengan semua lukanya.

"Maaf." Junhao menundukkan kepalanya lagi, kali ini dia merasa bersalah.

"Oh, jangan berani - berani nya kamu menangis lagi." Zhicheng memperingatkan, karena demi apapun dia sangat membenci orang yang suka menangis.

Sesuai perintah Zhicheng, Junhao tidak menangis. Mereka duduk berdampingan, malam sudah mendekati sore tapi tak satu pun dari mereka ingin pulang.

"Siapa namamu?" tanya Zhicheng untuk memecah kesunyian terlebih dahulu.

Meski mereka sudah saling bertemu sejak siang, terlihat jelas bahwa kedua anak itu tidak saling mengenal.

"Zhang Junhao, bagaimana denganmu?"

"Aku Mu Zhicheng, namamu terdengar bagus dan kamu ..." Zhicheng berhenti, lalu menoleh ke Junhao, "Mereka berbohong, kamu sangat imut, tidak seperti monster."

"Apakah itu benar?" Junhao bertanya dengan mata berbinar.

"Ya, senang bertemu dengan mu Zhang Junhao. Sampai jumpa lagi."

- Desire Or Love -









📌 : This is HaoCheng Area






Desire Or Love [ Zhang Junhao x Mu Zhicheng ]Where stories live. Discover now