- 006 -

238 34 6
                                    

- 006 -

"Yah, di mana dia sekarang?"

Zhang Ji terkekeh melihat keberanian Zhicheng. "Kamu yang memilih, kamu yang harus menanggung resiko nya, Mu Zhicheng." Zhang Ji berujar dengan penekanan di setiap kata nya.

"Kamu hanya perlu membawaku untuk menemuinya." Meski begitu, Zhicheng masih dengan pendiriannya.

Zhang Ji menghela nafas akhirnya mundur selangkah dan berbalik. Sedangkan Zhicheng yang berada di belakang Zhang Ji, diam-diam mengikuti Zhang Ji.

Semakin ia masuk, ia semakin terkagum-kagum dengan aksesoris yang terpasang di setiap dinding ruangan. Untuk waktu yang lama, hanya ada keheningan yang menemani mereka berdua.

Sampai Zhang Ji dan Zhicheng berhenti di depan sebuah pintu kayu besar, perasaan gelisah mulai muncul di hati Zhicheng.

"Apakah Junhao ada di sana?" Zhicheng mendongak dan melihat Zhang Ji yang lebih tinggi darinya.

"Ini jauh lebih buruk daripada yang kamu pikirkan."

Apa yang salah? Apakah keadaan Junhao begitu buruk? Pada akhirnya, apa yang terjadi? Banyak pertanyaan terus bermunculan di benak Zhicheng.

Zhicheng beralih menatap kenop pintu dan menggenggamnya, sekali lagi Zhicheng meyakinkan dirinya sendiri sebelum akhirnya Zhicheng membuka pintu tersebut.

Udara dingin langsung menusuk kulit putih nya, meninggalkan kesan tajam yang membuat siapapun merasa merinding.

Zhicheng perlahan melangkahkan kaki nya masuk, seperti tadi awal dia masuk ke rumah ini Zhicheng juga hanya melihat gelap di ruangan ini.

Jika dia tidak melihat seseorang meringkuk dan memeluk lututnya, Zhicheng mungkin merasa tidak ada orang di ruangan ini.

"Junhao?" Setelah Zhicheng memanggil untuk memastikan, dia berjalan ke arah Junhao yang sedang berjongkok di samping tempat tidur.

Ragu, perasaan itu tiba - tiba terbesit, Zhicheng melihat ke arah Zhang Ji yang masih di ambang pintu, menatap Zhicheng dengan datar hampir tidak ada terang dalam sorot mata Zhang Ji.

Cahaya bulan yang masuk dari jendela besar di samping tempat tidur adalah satu-satunya cahaya, dan Zhicheng dapat melihat beberapa pecahan kaca yang berserakan.

"Zhang Junhao, apakah kamu baik-baik saja?" Zhicheng semakin dekat, ketika dia berada di depan Junhao. Zhicheng sedikit merendahkan tubuhnya untuk mengamati Junhao dengan lebih baik.

Saat Zhicheng mengulurkan tangannya untuk menyentuh Junhao, Zhicheng bisa merasakan tubuh Junhao gemetar hebat. Apakah Junhao merasa takut?

"Jangan takut, aku di sini." Zhicheng menghiburnya, lalu Junhao mengangkat kepalanya menatap Zhicheng dengan mata berair yang sudah siap untuk meluncur jatuh.

"Apakah kamu masih tidak mengerti?" Suara Zhang Ji menyela.

"Apa yang terjadi padanya?" Zhicheng hanya merasa bahwa dia akan tenggelam oleh air mata Junhao.

"Dia sakit ... "

"... Lebih tepatnya, jiwanya yang sakit."

Zhicheng meraih tangannya, berbalik dan duduk di samping Junhao dan dengan lembut membelai surai hitam Junhao. "Apa maksudmu?"

Meski semua pertanyaan ditujukan pada Zhang Ji, Zhicheng hanya menatap Junhao seorang. Mendengar situasi nyata Junhao, dia tidak panik, tetapi menjadi lebih penasaran dan ingin tahu lebih banyak.

"Bagaimana aku mengatakannya, um! Aku tidak tahu kapan semua ini terjadi, tapi dia benar-benar sakit dan dia menjadi suka melukai dirinya sendiri …" Zhang Ji berhenti berbicara, dan melangkah untuk mendekat.

" ... Bahkan saat kejadian di taman saat itu pun, Junhao melukai dirinya sendiri."

Kali ini Zhicheng terkejut. "Kenapa? Untuk apa Junhao melukai dirinya sendiri saat itu? Walaupun benar jiwa nya sakit, tapi pasti dia melakukannya dengan alasan bukan?"

"Itu karena kamu Mu Zhicheng."

Kepala Zhicheng rasa nya mau meledak, mengapa setiap jawaban yang diucapkan Zhang Ji membuat Zhicheng semakin penasaran?

"Aku tidak mengerti apa yang dia pikirkan, tapi aku yakin, jika dia melakukan semua ini untuk mendapatkan perhatianmu, "ujar Zhang Ji lagi.

"Dia ..." Zhicheng terdiam.

"Kamu benar, dia menginginkanmu. Dia selalu berusaha menarik perhatianmu tapi dengan cara yang salah, dia menggunakan simpatimu untuk membuatmu ingin memperhatikannya. Dia lebih buruk dari yang kamu kira, Mu Zhicheng."

Ketika kalimat terakhir berhasil keluar dari mulut Zhang Ji, Zhicheng merasa pundaknya basah oleh air mata Junhao dan Junhao memegang erat pergelangan tangannya.

"Apakah sudah seburuk ini?"

Zhang Ji menghela nafas berat, dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Kamu dan dia sepertinya memiliki masa lalu."

Ingatan Zhicheng sepertinya ditarik kembali ke masa lalu, pertama kali dia melihat Junhao adalah di pesta ulang tahun Zhang Ji. Saat itu Junhao memperhatikan lehernya, Zhicheng mengira Junhao cabul tapi Junhao sepertinya memperhatikan hal lain.

"Kalungku."

"Apakah kamu ingat sesuatu?" Zhang Ji menatap Zhicheng dengan penuh minat.

Tapi sebelum Zhicheng bisa menjawab suara Junhao menyela. "Aku bukan monster, kan?"

Tubuh Zhicheng membeku, pertanyaan itu seakan terulang lagi, Zhicheng merasakan deja vu sesaat, karena saat itulah dia baru menyadari kalau Zhang Junhao menjadi alasan mengapa Mu Zhicheng membenci anak-anak.

Dan tepat di dalam rengkuhan Zhicheng, ekspresi Junhao menjadi ganas, seolah-olah dia akan menerkam Zhicheng di detik berikutnya.


- 006 -








Desire Or Love [ Zhang Junhao x Mu Zhicheng ]Where stories live. Discover now