(+21)Kenikmatan tubuh, mematikan otak rasional

2K 3 0
                                    

Setelah dua bulan berlalu, akhirnya Julia dapat menerima segala suatu takdir yang dialaminya dalam kehidupan berkeluarga. Fokusnya menjadi seorang ibu rumah tangga baginya itu lebih penting untuk kehidupan kedepannya bersama putranya sekaligus dia anggap sebagai kekasih darinya yang kedua. Setelah mengingat perkataan dari Daeva mengenai hal yang masih ada di dunia ini begitu berharga baginya.

Bangkit Julia dari atas ranjang dengan senyum merekah di pipinya, sesaat menatap pujaan hatinya yang berada di atas ranjang. Kedua jenjang kaki Julia mulai bergerak, mengambil kunciran rambut dari dalam lemari, sesaat menata rambutnya di depan cermin, lalu segera menuju ke dapur untuk membuat secangkir susu untuk mengawali harinya. Beberapa menit ditengah kesendiriannya tengah duduk di atas kursi, di ruang tamu, menikmati hangatnya susu racikannya sendiri.

Mendengar langkah kaki seseorang bergerak, membuat Julia mengarah ke arah sumber suara tersebut. "Selamat pagi, Suamiku ... ."  Dengan suara parau, wajah berseri memberikan senyuman yang begitu indah, Julia menyapa James.

"Pagi ... ." Balas James dengan wajah penuh beban sembari bersandar tubuhnya di atas sebuah sofa panjang, tepat di samping Julia berada.

Kepala Julia mulai bersandar di bahu James dengan penuh rasa nyaman. "Apakah kamu masih memikirkan mengenai kematian Jayden Dengan Jonathan?" tanya Julia saat merasakan aura lesu dari James.

"Suamiku, aku juga kehilangan, dan hal tersebut membuatku sakit jika ku ingat hal kematian tersebut. Jadi, aku mohon lupakan hal tersebut, anggap saja itu hanya angin berlalu." Dengan penuh kehangatan, dari samping, Julia memeluk tubuh James, semakin lekat wajah Julia bersandar di bahu James. "Apa kamu mau aku sakit?"

Tersenyum ketir James mendengar hal tersebut. "I'm not thinking about that, really ... Jadi, kamu jangan memikirkan hal tersebut, aku tak ingin kamu sakit." Dusta James dengan sikap hangat mengusap kepala belakang Julia.

"Lalu, jika kamu tak memikirkan hal tersebut, lantas apa yang membuat wajahmu begitu lemas?"

"Itu karena faktor baru bangun tidur saja."

Senyum ceria kembali merekah pada pipi Julia, semakin lekat Julia menyandarkan wajahnya dengan mata terpejam erat pada bahu James. Sesaat Julia membuka kembali kedua kelopak matanya, perlahan melepas pelukannya.  Tiada orang lain, selain dirinya dengan James di rumah, dengan penuh rasa percaya diri Julia mengganti posisi duduknya. Di atas paha James, Julia mengalungkan tangannya pada jenjang leher James, saling memandang lurus dengan batang hidung yang saling melekat keduanya dengan penuh kehangatan.

"Kamu ingin sarapan, Suamiku?" bisik Julia saat mengarahkan mulutnya disamping telinga James.

"Belum, apakah kamu sudah menyiapkannya?"

Kembali wajah Julia, memandang lurus ke arah wajah James, setelah mendengar kalimat pertanyaan yang James lontarkan. "Kali ini sarapannya spesial, kamu sudah tau apa itu?" dengan wajah menggoda Julia memberi tebakan kepada James.

Menggeleng kepala James. "Memang kamu buat apa pagi ini?" Dengan wajah bingung James bertanya kepada Julia.

"Aku menyediakan sebuah asupan yang dapat membuat kita lupa dengan kenyataan yang begitu pedih jika diingat kembali. Aku akan memberikan asupan kehangatan cinta padamu, khusus pagi ini, Honey." Dengan senyum begitu memikat terukir pada pipi Julia. Dengan gemulai pinggul Julia mulai bergoyang di atas paha James.

Dengan kuat James menahan ketegangan yang begitu dahsyat dirasakan pusaka miliknya, di bagian bawah tubuhnya yang masih ditutupi dengan sebuah celana boxer. Hingga beberapa menit saling bertatapan dengan Julia, James yang mulai tak kuat untuk menahan hasratnya, mulai menggerakkan mulutnya, mengecup bahu Julia yang mungil. Tak ingin kalah saing, Julia mulai menundukkan kepalanya untuk mengecup bagian leher James. Bahkan lidah mereka sesekali merasakan kulit permukaan tubuh lawannya.

Forbidden love of mom and sonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang