Mentari Asylum

165 24 1
                                    

Diary Arga berisi banyak clue dimana membua sedikit harapan para pencari kebenaran.

Semua orang yang ada di dalam ruangan Kak Pram tercengang mendengar apa yang dibacakan oleh Jenan. Rafa alias Radaffa kini menjadi orang pertama dalam pencarian mereka ketika Jenan mulai membaca di tangan 31 Oktober 2013.

Yolanda tiba-tiba menjauh, dia berkata kitak tak bisa lagi bersama karena ternyata dia adalah saudariku. Bagaimana bisa hal ini terjadi padaku? Aku hancur. Aku tak tahu lagi harus bagaimana. Satu-satunya orang yang melindungi ku dari mereka kini pergi meninggalkan ku.

Aku mengerti sekarang, semua kepingan puzzle yang berada di kepalaku akhirnya utuh sudah. Ibu pergi bukan karena ia tak mencintai ayah, melainkan ayahkah yang tak mencintai ibu dan masih menjalin hubungan bersama kekasih lamanya kemudian melahirkan Yolanda Sina Prabawa. Aku akhirnya tau arti nama P dalam nama Yolanda adalah Prabawa sama dengan namaku.

Keluargaku tega membalikkan semua fakta yang ada, aku tak bisa lagi mempercayai mereka. Rafa orang pertama yang menceritakan semua ini padaku, awalnya aku tak percaya sangat anat tidak percaya. Dia gila, adikku gila!

Oh tuhan, aku lelah. Kebebaran apalagi yang akan terungkap? Aku berharap kebejatan 'dia' padaku juga akan terungkap. Sekarang atau nanti.

"Kak, belok kiri!" Perintah Chandra yang duduk di depan bertugas memberikan petunjuk jalan pada Kak Pram yang mengemudikan mobil dinasnya.

Keempat anak Mandeville di temani oleh Kak Pram bergegas menuju Rumah Sakit Jiwa dimana Radaffa di rawat.

Jenan curiga Radaffa lah dalang di balik semua pembunuhan teman-teman mereka. Naraka juga meyakini bahwa Radaffa mengetahui masalah Arga yang membawanya pada kematian yang mengerikan.

Sedangkan Kak Marsyand beliau tidak ikut karena harus mengurusi bukti milik Gily dan mengirimkan surat izin ke sekolah sebab rumah sakit yang di naungi Radaffa berada di luar kota.

Squad Mandeville membutuhkan waktu sekitar 3 jam sebelum akhirnya mereka sampai di sebuah bangunan besar dengan pagar yang besar pula terlihat kurang terawat dindingnya di tumbuhi lumut dengan cat putih yang mulai memudar bertuliskan Rumah Sakit Jiwa Mentari.

"Chan, lo yakin bener? Ini rumah sakit apa rumah hantu suram begini" tanya Daffa bergidik ngeri, demi apapun Daffa lebih memilih melihat mayat langsung dari pada harus masuk ke dalam gedung di depannya itu. Jujur ia teringat rumah istananya Arga.

"Dari google map nya sih iya" balas Chandra yang tak kalah merinding tatkala Kak Pram melajukan mobil melewati pagar.

"Ayo turun anak-anak" ucap Kak Pram yang turun duluan di susul oleh anak-anak mandeville. Mereka semua kembali mengamati sekeliling sebelum mencoba masuk kedalam.

Kak Pram yang berjalan di depan menghampiri pos satpam, menunjukkan kartu tanda polisinya kemudian menanyakan dimana pintu masuk dan resepsionis. Pak satpam menggangguk mulai melangkah menuju ruang resepsionis.

Baru beberapa langkah, mereka mendengar teriakan bersaut-sautan dari sebelah kanan. Semuanya kompak melihat dimana arah teriakan berasal dan betapa terkejutnya mereka melihat seorang wanita setengah baya terus terusan berteriak diikui oleh temannya yang berada kurang dari 3 meter darinya. Keduanya hanya berteriak tak jelas.

"AAAAAAAA!!!"

Chandra tiba-tiba histeris membuat Kak Pram dan yang lain dengan panik langsung melihat ke arahnya. Tangan Chandra di tarik oleh seorang anak 14 tahun yang tersenyum jahil satu tangannya lagi membawa tedy bear pink.

"PAPAH!! AYO MAIN!!" Anak kecil itu antusias menggoyang-goyangkan tangan Chandra yang ketakutan setengah mati.

"Gue bukan bapak lo!! Kak Prammmmm!!!!!"

In The Darkness (Selesai)Where stories live. Discover now