17.

282 31 14
                                    

Happy reading reader-nim

Don't forget to vote and comment

.

.

.

Setelah mengganggu Namjoon, Seokjin kembali melajukan mobilnya menuju kediaman keluarga Namjoon. Dia pun sudah mengganti lagu American ke Korean, agar tak terjadi kegaduhan seperti sebelumnya.

'Ckit'

Namjoon segera keluar dari mobil milik Seokjin dan melangkahkan kaki jenjangnya ke rumahnya. Seokjin hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Namjoon tanpa mengatakan sepatah katapun. Seokjin harus sabar, Ia sadar atas kesalahannya. Jika ingin memulai dari awal lagi dia harus berusaha, andai saja waktu itu Seokjin tahu jika Namjoon mulai mencintai dirinya.

Jika saja Jimin tak menceramahi Seokjin kala itu, ia pasti seperti itu selamanya. Mulai hari ini malam ini Seokjin akan terus mencuri hati Namjoon lagi, meskipun itu akan dipenuhi caci makian dari Namjoon.

"Selamat datang Tuan muda Seokjin." Ucap semua maid yang ada di rumah Namjoon. Seokjin hanya membalas dengan anggukan saja, ia segera menaiki lantai dua menuju kamar Namjoon.

'Tok-tok'

"Namjoon?"

Tak ada sahutan dari sang pemilik kamar, lantas Seokjin masuk begitu saja. Ah, ternyata sang pemilik kamar sedang mandi. Terdengar suara kucuran air dari kamar mandi.

Seokjin hanya duduk di kursi belajar Namjoon sambil memandangi kamar yang mendominasi warna putih dengan lampu LED warm white yang menghiasi sudut kamar dan atap. Seokjin takjub begitu rapi dan teratur kamar Namjoon. Berasa menonton di SNS milik penggemar-penggemarnya.

Seokjin begitu penasaran dengan kotak-kotak yang ada di dekat jendela kamar Namjoon. Ia mendekat dan tiba-tiba setiap kotak itu menyala seperti gelombang, lalu setiap kotak yang menyala terdapat piala.

"Wow, yeppeuda.." Mulut Seokjin membentuk huruf O, baru kali ini ia melihat piala sebanyak ini.

"Ya!"

Seokjin menoleh kearah suara panggilan itu. Terlihat Namjoon tengah memakai bathrobe dan rambut basah yang masih menetes.

'Gulp'

Eoh aniyo, Seokjin memandang Namjoon tanpa berkedip. Namjoon yang menatap kesal menjadi was-was, peringatan dikepalanya berbunyi. Ini bahaya.

"Yak! Yak!"

"Eoh, pardon?"

"Tck, kenapa masuk ke kamarku?! Kamu itu tidur di kamar tamu tau."

"Kenapa tidak tidur berdua? Lagi pula kita sudah pernah kan?"

"A-apaan itu?! Aku gak mau, pokoknya kamu tidur di kamar tamu titik!" Namjoon menunjuk pintu kamarnya, menyuruh Seokjin keluar dari kamar.

Seokjin menghela nafas pelan, sabar adalah kuncinya. Ia baru mengingat kenangan itu pasti bagi Namjoon itu kenangan buruk. Ia pun melangkah keluar dari kamar Namjoon dengan perlahan.

Namjoon yang melihatnya merasa iba. "Uh, kenapa aku harus merasa kasihan? Namjoon, jangan kembali mencintainya. Itu pasti akal-akalan dirinya dengan berbuat baik lalu kembali menjadi jahat."

Namjoon segera mengunci pintu kamarnya, setelah itu mengganti bathtrobe dengan kaos kebesaran dan celana pendek. Ia terbiasa seperti itu jika ingin tidur maupun bersantai. Jika mengenakan piyama itu merepotkan, lebih enak pakai kaos.

He is PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang