2. for the second time

63 57 51
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Life is short, and truth works far and lives long: let us then speak the truth." - Arthur Schopenhauer

-

Alarm berbunyi tepat pukul empat dini hari, dengan mata sembab yang setengah terbuka Nara menghentikan bunyi alarm tersebut. Kepalanya yang terasa pening sebab terlalu lama menangis sebelum tidur, membuatnya kembali memejamkan mata untuk beberapa detik, sebelum akhirnya Nara bangkit dari kasur dan melangkah menuju kamar mandi. Bangun pada pukul empat dini hari sudah menjadi hal biasa bagi Nara, entah mau ada kegiatan atau tidak, dirinya selalu mengatur alarm pada pukul tersebut.

Selesai membersihkan tubuhnya dan melaksanakan sholat subuh, Nara membawa langkahnya menuju dapur, membuka lemari es untuk melihat masakan apa yang bisa ia buat untuk sarapan pagi ini. Sebelum Ibu pergi, biasanya Ibu yang memulai pekerjaan dapur lebih dulu, sedangkan Nara hanya membantu saja. Namun, untuk saat ini dan kedepannya, semuanya harus bisa ia lakukan sendiri, Nara harus benar-benar mandiri sekarang. Bila dikata Nara sudah baik-baik saja sepeninggalan Ibu, rasanya tidak juga, karena gadis itu masih sering menangis hampir setiap malam, namun sebisa mungkin Nara akan ikhlas dan membuktikan perkataan Ibu, kalau Nara bisa baik-baik saja tanpanya.

Terhitung sudah satu minggu Nara hidup sendiri, benar-benar sendiri. Bisa dibilang cukup untuk meredakan hati Nara yang digulung kesedihan, kini gadis itu sudah satu langkah lebih baik dari hari-hari kemarin. Menangis saat makan, melamun di halaman belakang, berendam di bathtub berjam-jam, semua itu sudah tidak Nara lakukan, ia memilih melakukan banyak kegiatan agar pikirannya terhindar dari bayang-bayang Ibu yang membuatnya akan kembali sedih, hanya saja setiap malam perasaan hampa itu selalu hadir, karena saat malam hari Nara tidak bisa melakukan banyak kegiatan.

Lemari es yang semula dibuka kembali ditutup disertai helaan napas, tangan kanannya hanya memegang sekotak susu full cream karena stok bahan masakannya yang sudah habis, mau tidak mau gadis itu hanya sarapan sereal dan susu pagi ini. Seraya menyantap sarapannya, Nara mengecek sebuah akun bisnis miliknya pada ponsel. Sebelumnya Nara memang membuka usaha bakery, namun akhir-akhir ini usahanya itu sedang menurun, sudah lima hari tidak ada pesanan yang masuk seolah tahu jika Nara sedang ingin bermalas-malasan. Untuk mendukung kemalasannya itu, Nara memutuskan untuk menutup usaha bakery miliknya, untuk saat ini ia ingin beristirahat terlebih dahulu sebelum menemukan pekerjaan tetap.

Sedikit cerita tentang Ibu, Ibu diketahui mengidap penyakit diabetes sejak Nara memasuki kelas tiga SMA, awalnya semua masih aman terkendali, namun beberapa hari setelah Nara wisuda, sakit Ibu semakin parah. Bolak-balik memasuki ruang ICU dan penyakit Ibu menjadi komplikasi, kondisinya semakin memburuk kala setengah ingatan Ibu sudah hilang, bahkan detik-detik sebelum dirinya pergi, Nara sudah tak dikenalinya, hal itu sukses membuat Nara terpukul. Beruntung dirinya mengenal Bu Dian, tetangga yang tinggal tepat di samping rumahnya, selama Nara terpuruk, Bu Dian lah yang terus memotivasi dirinya agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan.

DesertedWhere stories live. Discover now