#12

1.5K 141 5
                                    

Saat berjalan Fang Yin tetap mempertahankan wajah tanpa ekspresi nya dan berubah saat mendekati kamarnya.

Sejak kapan ada dua pengawal yg menjaga di depan kamarnya? Fang Yin sama sekali tidak memintanya.

Fang Yin pun langsung menghampiri dua orang tersebut yg langsung menundukkan kepalanya.

"Siapa yg menyuruh kalian untuk berjaga di depan kamarku?" Tanya Fang Yin menatap kedua pengawal yg menjaga kamarnya dengan tajam.

"Pemimpin Lian, penerus keluarga Lian" ucap salah satu membuat Fang Yin mengangkat alisnya.

"Lalu, apakah kalian bisa di percaya?" Tanya Fang Yin kembali dengan tatapan tajam yg tidak akan tumpul.

"Tentu penerus keluarga Lian, jika tidak anda bisa membunuh kami dan memajang kepala kami" ucap salah satu dan mendapatkan anggukan dari Fang Yin yg langsung masuk ke kamarnya.

Setelah kedua laki laki tersebut merasa Fang Yin sudah tidak bisa mendengar ucapan mereka mereka pun berbicara.

"Calon permaisuri begitu garang"

"Kau benar, ku rasa calon permaisuri memang cocok untuk kaisar yg nakal dan tak bisa di atur"

Sedangkan Fang Yin yg ada di kamarnya menatap langit langit kamar.

"Ulang tahun Jia Li tinggal tiga minggu lagi, apa yg harus ku perbuat agar membuatnya jatuh?" Tanya Fang Yin kepada dirinya sendiri.

Lalu terlintas kalung yg dia beli di pelelangan kemarin dan langsung menggeleng.

"Tidak, kalung itu akan ku tunjukkan besok" ucap Fang Yin lalu duduk di atas kasurnya dan mengetuk kepalanya dengan jari telunjuk.

"Tunggu, selain kalung yg Jia Li incar bukankah ada gelang yg juga dia incar ya, dan dia mendapatkannya saat ulang tahunnya tiga minggu lagi" ucap Fang Yin tersenyum miring dan kembali merebahkan tubuhnya.

"Jia Li Jia Li, kenapa kau begitu serakah?" Ucap Fang Yin dan mulai menutup matanya karena lelah dan mengantuk.

Lalu muncul asap kembali tepat di samping Fang Yin dan muncul sosok yg ada di perpustakaan.

"Jika itu yg kau inginkan" ucapnya lalu pergi meninggalkan kamar Fang Yin dan Fang Yin yg masih tertidur.

Di sisi lain.

"APA?!" Teriak seorang wanita yg sudah berumur tapi masih terlihat muda.

"Ayolah! Aku mohoonn"

"Tidak Zong Wen Hua!" Ucap wanita tadi dan menatap Zong Wen Hua tajam.

"Ayolah! Bukankah kau itu hantu permintaan? Kenapa permintaan ku untuk kau mengambil gelang permata merah muda kau tidak mau?!" Tanya Wen Hua membuat wanita tersebut memijat pelipisnya.

"Itu gelang perempuan yang mulia kaisar lembah hantu yg terhormaatt...!" Ucap wanita tadi mencubit pipi Wen Hua dengan kencang membuat Wen Hua mengaduh kesakitan.

"Tapi itu untuk calon permaisuri ku" ucap Wen Hua mengelus pipinya yg sakit karena cubitan wanita yg lebih tua darinya.

"Baiklah, aku akan mengambilnya, tapi aku yg harus memberikannya ke calon permaisuri!" Ucap wanita tersebut final saat mendengar kata calon permaisuri.

"Terimakasih bibi Zhi Yang!" Ucap Wen Hua memeluk Zhi Yang yg hanya mengelus kepala Wen Hua yg lebih tinggi darinya.

Zhi Yang pun keluar dari ruangan Wen Hua yg di dominasi oleh wana hitam dan merah.

"Penjaga!" Panggil Wen Hua dan masuklah seorang penjaga pria dengan baju full hitam.

"Panggil hantu pendiam" ucap Wen Hua dan duduk di singgasana yg dihiasi kepala tengkorak.

Penjaga tersebut membungkuk lalu pergi meninggalkan Wen Hua sendiri.

Lalu tak lama pintu terbuka lagi dan munculah seorang pria dengan mulutnya yg di jahit.

"Hantu pendiam, lama tidak bertemu, apa kau sudah melaksanakan apa yg ku perintahkan?" Tanya Wen Hua dan mendapatkan anggukan dari hantu pendiam.

Hantu pendiam pun langsung mengambil sebuah kantung berwarna hitam lalu memberikannya ke Wen Hua.

Wen Hua langsung mengambilnya dan membuka kantung tersebut yg berisi seperti pecahan giok berwarna merah.

"Giok merah, lama tak bertemu" ucap Wen Hua lalu muncul seekor rubah putih bercorak merah dan mata emasnya dengan sembilan ekornya lalu duduk di bawah Wen Hua.

"Cih, hanya pecahan giok yg tidak berguna" ucap rubah tersebut lewat batin dan hanya bisa di dengar oleh Wen Hua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cih, hanya pecahan giok yg tidak berguna" ucap rubah tersebut lewat batin dan hanya bisa di dengar oleh Wen Hua.

"Apa yg kau tau ha? Hanya bisa menjelekkan barang barang milikku saja" ucap Wen Hua menatap hewan spiritual miliknya dengan tajam dan di tatap balik.

"Tentu saja, barang barang milikmu itu sama sekali tidak berguna sama sepertimu" ucap rubah tersebut membuat Wen Hua menghela nafasnya.

"Lalu jika aku memiliki permaisuri kau juga akan bilang dia tidak berguna, Zhu?" Tanya Wen Hua dengan senyuman miringnya.

"Tidak, aku sudah melihat calon permaisuri mu itu, dia lebih berguna daripada dirimu yg bodoh" ucap Zhu dan membuat Wen Hua naik pitam dan hampir menebas kesembilan ekor milik Zhu.

'Sabar Wen Hua, sabar, orang sabar jodohnya akan menyayangimu'

"Mimpi sekali kau"

"DIAM KAU RUBAH SIALAN!!"

T.B.C

Empress of the Ghost ValleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang