(51) Jealous

41 28 54
                                    

Happy reading all💓
Voment Yamoon Too

•••

"Lain kali, ungkapin nya pake mulut. Biar dunia tau seberapa sakitnya lo sebagai anak Karena jadi seorang anak, sama sulitnya seperti menjadi orang tua.

- Yamoon

••••

Rici beranjak dari duduknya. "Benua?" beo Rici di saat sosok yang diharapkannya hadir, benar terwujud.

"Ah, ternyata dia Benua," sahur Dipta menelisik penampilan pria yang baru saja ditemuinya kali ini.

Dipta sering sekali mendengar tentang Benua dari Leta. Tidak jarang bilamana Leta memuji pria itu. Beruntung sekali, mereka bisa bertemu di sini. Dengan begitu Dipta bisa mengetahui pria yang tahan banting berada di sisi Rici.

Tangan Benua menarik tubuh Rici agar masuk ke dalam pihaknya dan menjauh dari pria asing itu. "Dia siapa?" tanya Benua teliti.

"Jangan tanya soal dia. Nggak penting."

"Eh, bagaimana mungkin gua nggak penting?" sambar Dipta.

"Bukan nya gua yang selalu ajarin lo main basket?" Rici melotot mendengar lelucon Dipta yang tidak ada habisnya.

Menyebalkan sekali. Semakin diberi kebaikan, Dipta semakin semena-mena terhadapnya. "Main basket?" beo Benua melemparkan tatapan tajam ke arah Rici.

Dipta menepuk-nepuk pundak Benua. "Rici itu partner terbaik, gua bahkan kagum sama dia," lirih nya memberitahu keahlian Rici sekilas.

Merasa suasana mereka semakin canggung. Dipta memutuskan beranjak dari sana. Meninggalkan Rici bersama lelucon yang dibuat-buat. Sejauh ini Dipta sudah cukup membantu Rici menilai Benua lebih jauh.

Biarkan Rici melihat bagaimana kecemburuan seorang pria. Semuanya jelas sekali Benua pancarkan kali ini.

Sentuhan terakhir, Dipta melambaikan tangan kepada Rici yang tengah menahan emosi. "Lain waktu main bareng lagi, okay?"

"Dasar temen tidak tahu diri! Awas aja ya lo Dipta!" batin Rici yang ingin sekali menimpuk wajahnya.

"Sejak kapan suka main basket?"

Rici menoleh, kali ini berhadapan dengan Benua. "I-itu udah lama. Sebelum gua masuk SMA."

"Jadi, kalian saling kenal sejak SMP?"

Rici mengangguk, membenarkan pertanyaan Benua. "Pantes, sangat akrab," tekan Benua dingin.

Manik mata Rici melirik Benua. Menggigit bibir bawahnya berpikir untuk menghilangkan kecanggungan di antara mereka. Dipta yang tidak tahu diri itu benar-benar membuatnya kesal.

Untuk apa Dipta membahas masa lalu dengannya?

"Heum ... Kenapa lo datang ke sini?"

Tatapan Benua tidak berubah. "Kenapa nggak boleh kah?"

Kepala Rici manggut membuat kekesalan Benua bertambah. "Terus dia boleh?" tanya Benua tertuju pada Dipta yang sudah pergi meninggalkan mereka.

Rici terdiam. Memikirkan sejenak situasi yang sedang dihadapinya. Benua terlalu mendominasi, Rici tidak tahu harus berbuat apa.

"Dipta ke sini ka-"

"Gua nggak suka sama dia!" sahut Benua sambil menunjukkan wajah masam.

"Apalagi dia hadir di dunia lo lebih dulu daripada gua."

She's a Fangirl || Proses PenerbitanWhere stories live. Discover now