BAB 1: MENGENALAH IA

114 15 0
                                    

Hening angin penghujung November masih mampu menerbangkan daun hingga lembut jatuhnya ke tanah. Sore itu ketika seorang lelaki masih mampu bersimpuh di samping pusara setelah tahun demi tahun ia habiskan untung menyesali takdir yang ada. Tak ada lagi air mata yang keluar, yang tersisa sekarang hanyalah tatapan dinginnya melihat kembang mawar segar menghias makam.

Ini jelas bukan darinya. Kembang mawar yang ia beli masih utuh dalam kresek hitam di genggamannya.

Ia menghela napas. Marah, bingung, frustasi, dan pasrah hadir menyatu membalut perasaannya. Sebab apa yang bisa ia lakukan saat itu? Membuang taburan kembang mawar itu dan mengganti dengan miliknya? Tak akan ia bawa lagi masalah ke hadapan orang yang pernah hidup di sisinya. Tak akan ia kecewakan lagi dengan tindakan-tindakan impulsif yang kerap tak sadar keluar begitu saja. Tak untuk kali ini.

Ia kesampingkan ego dan memilih tak memberi makan amarahnya. Bunga mawar miliknya diambil dari kresek lalu genggam demi genggam ia taburkan rata di sepanjang gundukan tanah itu.

Terakhir, sampai jumpa Thal. Selamat mengenang tiga tahun kematianmu.

-JOGJA Dan CERITA-

💻Find me at
Instagram: geenadisha
Twitter : geenadisha

Jogja dan Cerita; Bumi SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang