28)

178 17 8
                                    

Sorry for typo 🙏

Happy reading 🤗
=====================

Saat deru suara mesin terdengar, Mikha yang memang sedang bersantai di balkon itu segera menengok ke bawah, Java datang dengan mobil mahalnya seperti biasa setelah pergi dari sore tadi.

Java yang menengok sebentar ke arah balkon dimana Mikha berada dari dalam mobil dengan berdecak. Bagaimana bisa wanita itu memakai piyama tanpa lengan yang bercelana pendek di tengah malam begini?

Dengan segera ia segera memasuki rumah setelah memarkirkan mobil kesayangannya dengan benar. Tampak parkiran penuh kecuali motor sport Gama, itu artinya adeknya belum pulang ke rumah.

Ini tak perlu dijelaskan sebenarnya karena tadi ia sempat bertemu sang adek yang sangat sibuk sampai hanya sempat menyapa bentar dan memberikan titipan Dion dan Sinta kepada Mikha.

"Kamu sengaja yah?"

"Sengaja apaan sih, Kak?"

"Sengaja goda aku dengan pakai pakaian kayak gini?"

Mikha mengamati penampilannya yang biasa saja, ia sudah biasanya juga memakai baju ini saat akan tidur, Java saja yang gak tau. Iya lah kan kakak tersayang nya itu sibuk sekali sampe jarang berinteraksi.

"Ih itu mah kakak aja yang gampang tergoda,"

Java tertawa pelan, emang benar, ia selalu tergoda dengan apa yang dilakukan Mikha. Ingin rasanya ia menyerang adeknya lagi kalau tak ingat punya Mikha masih perih oleh ulahnya kemarin.

"Boleh cium bentar gak?" pinta Java.

Kan tumbenan lagi ini lelaki permisi dulu. Mengingat yang sudah-sudah, ia selalu menyerang duluan bibir Mikha padahal wanita itu belum siap. Jaevano juga gak pernah ijin langsung sih, tapi ngasih kode gitu.

Eh kan dibilang gak usah ingat Jaevano ataupun Jihan bila sedang berduaan. Iya hanya kenangan tentang Raja dan Ressta, tanpa orang lain di dalamnya. Dan kebetulan mereka hanya berdua lagi di rumah.

"Lama gak mau, Kak?"

Apa Mikha ini sengaja menggoda kakak sepupunya yang sudah menahan diri untuk tak menyentuhnya lagi? Java tak akan menolak juga, tapi ia tak yakin tak akan berakhir di atas ranjang tanpa pakaian lagi bila Mikha terus menggodanya.

"Mau, tapi kalau kita berakhir kayak semalam lagi kamu gapapa? Masih sakit kan?"

"Hem dikit," jawab Mikha malu.

"Ini titipan Paklek dan Bulek dan martabak manisnya, sesuai pesanan Ratu Karessta!"

Mikha berpaku sejenak sebelum akhirnya menunduk karena malu. Sedikit ada rasa geli, ini sungguh berbeda dengan Java yang beberapa bulan lalu masih cuek dan berlaku buruk padanya.

"Terima kasih, Kak Raja,"

"Masuk kamar gih, kakak mau mandi dulu, nanti nyusul ke atas!"

Sepeninggalan Java menuju kamarnya, Mikha ngreog parah. Hampir saja piring yang ia ambil tadi jatuh kalau saja dirinya tak segera menangkapnya. Padahal Java hanya mengusap rambutnya, dasar kaum ambyar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Java & Mikha [Park Jisung & Kim Minji]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang