🦉Chapter 6 | Blind Date

6.6K 378 403
                                    

🦉 ENAM 🦉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦉 ENAM 🦉

- Blind Date -

Gallan pikir Freyya akan tetap datang ke blind date yang diatur oleh kedua orang tua mereka, atau minimal gadis itu tidak datang ke blind date itu sama sekali. Tapi kenapa gadis itu malah berada di sini? Apa maksudnya? Ingin meledeknya?

Saking badmood dengan kehadiran Freyya di acara organisasinya ini, Gallan sampai tidak berselera menikmati Espresso-nya yang biasanya bisa dia habiskan dalam satu kali tegak. Rasanya, melihat Freyya hari ini lebih pahit ketimbang rasa kopi Espresso malam ini.

Saat matanya kembali bertemu dengan gadis itu, Gallan langsung mengode Freyya dengan tatapannya, seolah sedang menanyakan apa yang gadis itu lakukan di sini.

Freyya yang dari jauh melihat kode ekspresi Gallan tampak mengerti, namun gadis itu malah tersenyum meledek, merasa menang sambil mencibir menjulurkan sedikit lidahnya dari sela-sela bibirnya yang dilapisi lip tint shade bloody.

Melihat cibiran Freyya barusan benar-benar membuat Gallan tersinggung. Tapi kemudian lelaki itu cepat-cepat menguasai dirinya. Dia melihat ke sekitarnya untuk memastikan tidak ada anak-anak organisasinya yang menyadari bahwa baru saja dirinya tengah bertukar pandangan dengan Freyya yang duduk di ujung meja café.

Sungguh, Gallan sangat ingin menarik Freyya menjauh ke luar cafe ini dan bicara dengan gadis itu. Namun, tentu saja hal itu tak dapat dilakukannya sekarang karena acara sudah mau mulai dan dirinya harus memberikan kata sambutan untuk pembukaan.

"Itu beberapa orang yang duduk di ujung meja café siapa? Tamu undangan?" tanya Gallan sekaligus menebak saat mendapat kesempatan menimbrungi topik obrolan rekan-rekan organisasi yang satu meja dengannya.

"Iya. Ternyata nggak semua tamu undangan yang datang," imbuh Adias. "Tapi untung aja komunitas yang penting buat ngisi acara kayak komunitas musik pada datang," tambahnya. Dia adalah anggota divisi pemuda dan olahraga.

Gallan pun hanya mengangguk-angguk sambil sesekali melirik Freyya. Dia baru tau kalau ternyata Freyya datang ke sini sebagai perwakilan komunitas musik yang diundang oleh BEM untuk mengisi acara malam keakraban kepengurusan periode ini.

Yah, apa boleh buat. Tapi Gallan masih tetap kesal dan kecolongan, kenapa Freyya sama sekali tidak membahas akan datang ke acara ini pada saat mereka bertemu di lantai dua sekretariat BEM tadi.

"Tuh cewek mau main kucing dan anjing sama gue?" pikir Gallan lagi.

Penampilan Freyya yang bernyanyi sambil memainkan gitar untuk mengisi rundown hiburan malam itu hanya dipelototi sinis oleh Gallan.

Di saat yang lainnya bertepuk tangan terkesima atas merdunya suara Freyya dan betapa cantiknya gadis itu tampil, Gallan justru malah risih. Risih karena tak tahan ingin segera bicara dengan gadis itu.

~o0O0o~

"Lo datang ke acara gue maksudnya apa?" sosor Gallan begitu berhasil menarik Freyya menjauh dari luar cafe.

Kedua orang itu kini berdiri di parkiran café, di bawah lampu jalan yang berwarna oren kemerahan dan beratapkan langit malam.

"Apaan, sih. Biasa aja kali!" Freyya mengenyahkan tangan Gallan dari bahunya. Menurutnya lelaki ini agak sedikit offensif padahal tidak ada yang salah dengan keberadaan dirinya di acara ini.

"Jawab gue," sela Gallan dengan ekspresi datar. Dia menahan-nahan diri untuk tidak menunjukan emosionalnya saat ini.

"Komunitas gue diundang untuk mengisi acara. Mereka mengirim gue buat datang, gue nggak tau sama sekali kalau ternyata acara yang dimaksud adalah malam keakraban BEM," jelas Freyya singkat, padat, jelas. Dirinya terlihat tak ingin ambil pusing dengan segala yang terjadi, yang jelas gadis itu senang karena tampaknya dirinya berhasil memancing emosi lelaki di depannya.

Bisa Freyya lihat, sejak kemunculan dirinya di café tadi hingga sekarang, Gallan tampak kesal dan menatapnya seperti ingin memakannya saja.

Gallan menghisap liquid alat vape-nya yang kemudian dihembuskannya melalui hidung dan mulut, menciptakan wangi vanilla dan susu yang membuat Freyya mengipas-ngipasnya dengan tangan saat asap itu menerpa wajahnya.

"Bisa nggak sih ngehembusinnya nggak usah kena muka gue!" sindir Freyya biarpun dirinya cukup suka dengan aroma vape yang keluar dari dalam mulut lelaki ini.

Gallan hanya menanggapinya dengan cuek, dia sengaja menghisap vape agar dirinya bisa sedikit lebih rileks untuk berucap, tidak ada maksud untuk mengenai asapnya ke wajah Freyya. Hanya angin malam yang membuat dirinya tidak bisa mengontrol kemana asap vape ini berlabuh dan malah sedikit menerpa wajah gadis itu.

"Lalu bagaimana dengan blind date kita?" tanya Gallan jadi kembali santai setelah menghisap alat vape-nya.

"Lo nggak menganggap serius soal blind date itu, kan?" kekeh Freyya ikut menaikkan alis. Gadis itu melipat kedua tangannya di dada.

Sejujurnya Freyya sudah bisa menebak Gallan akan langsung membahas-bahas soal makan malam kencan perdana mereka yang sudah diatur oleh kedua keluarga. Tapi, Freyya tidak menyangka Gallan akan segamblang ini.

"No. I mean, percuma gue nggak hadir dalam blind date itu kalau ternyata kita malah bertemu di sini," pungkas Gallan.

"Jadi?" Freyya sama sekali tak mengerti dengan apa yang ingin dibicarakan lelaki ini.

"Apa kata kedua orang tua kita kalau lo nggak check in reservasi restoran itu?" tanya Gallan lagi.

Freyya pun mendengkus kesal. "Hah! Mestinya lo ajuin pertanyaan itu ke diri lo sendiri. Ngapain lo datang ke sini alih-alih ke dinner date kita kalau lo-nya aja takut sama bokap nyokap lo?" Sindiran Freyya benar-benar tepat sasaran.

"Sorry, gue nggak takut sama bokap nyokap. Tapi gue heran aja, kenapa lo bisa-bisanya datang ke kandang gue sendiri," sarkas Gallan.

~o0O0o~

.

.

.

.

Kurang serem apa ketika Gallan bilang 'datang ke kandang gue sendiri' ?

.

.

VOTE and Comment

.
.
.
.

Love di Udara 💕
Ranne Ruby

.
.
.
.
.
.
.
.
.

THE REBELLOUSE! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang