🦉Chapter 7 | Blind Date Part II

6.5K 399 500
                                    

🦉- TUJUH -🦉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦉- TUJUH -🦉

- Blind Date Part 2 -

Freyya tidak habis pikir dengan over owned yang diidap oleh lelaki ini. Yang benar saja, lelaki ini mengatakan bahwa acara ini adalah kandangnya, tempat dia berkuasa, padahal yang menyiapkan acaranya ini juga pasti bukan lelaki itu melainkan anggota-anggotanya.

"Nggak usah kepedean deh lo," sela Freyya. "Gue nggak peduli ini acaranya siapa, entah itu mau acaranya organisasi lo, mau acaranya presiden sekalian, yang penting gue dateng karena jadi perwakilan komunitas dan gue harus nyanyi."

"Hahaha, ya, suara lo bagus sih tadi. Lumayan," ledek Gallan yang tampaknya sengaja memancing kemarahan Freyya.

Namun, sayangnya Freyya sama sekali tidak merasa tersinggung. Gadis itu bahkan tidak peduli dengan pendapat lelaki ini. "Gue nggak butuh penilaian dari lo. Yang jelas, kalau lo narik gue ke sini cuma buat ngelantur yang aneh-aneh, mending gue balik ke dalam café karena gue harus manggung satu lagu lagi."

Freyya hendak bergerak untuk meninggalkan Gallan tapi lelaki itu malah menahan pergelangan tangannya.

"Lo nggak merasa pertemuan kita malam ini adalah pertanda?" tanya Gallan sambil memunculkan sedikit senyuman penuh makna.

"Pertanda apa?" Kedua alis Freyya bertaut sedetik.

"Takdir."

"Haha!" tawa Freyya tersembur keluar begitu mendengar satu kata itu. "Jokes lo lumayan, Gallan," kekehnya lagi.

"I am not joking." Gallan mengangkat bahu. "Gue pikir-pikir lagi, mungkin nggak ada ruginya buat gue kalau kita berdua dijodohkan. Toh, gue bebas menentukan apakah gue akan menerima lo di hati gue atau tidak."

"Oh, ya?" Freyya mendongakkan wajahnya ke atas, menantang tatapan Gallan. "Lo pikir gue mau mengorbankan waktu gue cuma untuk meladeni perjodohan yang akan berakhir sia-sia ini?"

"Sia-sia?" Gallan tersenyum miring.

"Come on, Gallan. Lo mau kita benar-benar dinikahkan?" kekeh Freyya.

"Why not?" cengir Gallan dengan seringaian liar. "Gue jadi nggak dipepet nyokap bokap mulu soal urusan nikah."

Kedua alis Freyya kembali bertaut, mulai mengerti apa maksud dari lelaki ini. "Terus ... lo mau ngelanjutin perjodohan ini? Sorry to say ya, Gallan. Gue sangat keberatan dengan perjodohan ini. Apalagi ketika tau orangnya adalah elo!"

"Gue? Memangnya kenapa kalau gue?" Gallan tak terima karena dirinya seolah dipandang sehina itu oleh gadis ini.

Freyya terdiam sambil menatap wajah lelaki itu. Ada banyak hal yang sama sekali tidak dia sukai tentang Gallan, tapi gadis ini sama sekali tidak bisa menemukan kalimat simple untuk mendefinisikan ketidaksukaannya.

"Lupakan." Freyya malas menjawab dan kembali berniat untuk pergi, tapi lagi-lagi Gallan menahan tangannya.

"Jawab dulu, Frey," pinta Gallan lebih lugas.

Freyya pun menghembuskan napasnya. Akhirnya dia pun hanya bisa mengucapkan ujung kesimpulan dari rasa keberatannya pada perjodohan ini. "Gue nggak mau menikah tanpa unsur cinta."

"Hahahah!" Kini giliran Gallan yang terkekeh dibuatnya, menurutnya alasan Freyya benar-benar klise dan naif. Tapi, saat ini dirinya ingin meladeni topik Freyya karena wajah gadis ini membuatnya gemas.

"Cinta? Well, gue memang mau mencari jawaban itu," tukas Gallan menatap mata Freyya. "Meski lo bukan tipe cewek gue, tapi ... gue rasa gue harus memeriksa sesuatu." Gallan pun melangkah maju, lebih dekat pada tubuh Freyya.

"Lo ngomongin apa, sih? Lo mau ngapain?" Freyya melangkah mundur, namun tubuhnya gagal menjauh karena punggungnya sudah mentok mengenai pagar tanaman halaman belakang cafe itu.

"Biasanya, gue bisa tau apakah gue akan mencintai seorang cewek atau tidak dengan cara menciumnya," cengir Gallan dengan senyuman iblis.

"Ap-apa?" Freyya langsung speechless sama sekali tak menyangka suatu hal tabu itu akan keluar dari mulut lelaki di depannya. Freyya juga baru tau bahwa ternyata sosok Gallan jauh lebih liar dari apa yang dia bayangkan. "Lo ... bercanda, kan?"

Ketika melihat kedua mata Freyya di bawah rembulan malam, Gallan tak tau apa yang membuatnya tiba-tiba berubah pikiran. Lelaki itu pun menundukkan wajahnya lebih dekat dan sejajar dengan wajah gadis itu.

Sambil menatap bibir itu sekilas, Gallan pun kembali bicara. "Gue ... boleh mencium lo?"

~o0O0o~

.

.

.

HAH?? WAIITT WHAT?

MAKSUD LO APEE GALLAN WOY!!

JANGAN MACEM-MACEM DEH LO!

.

.

VOTE AND COMMENT

.

.

.

Love di Udara💕
Ranne Ruby
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

THE REBELLOUSE! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang