ㅤ ㅤㅤ☁︎ 02

149 106 149
                                    

🇧 . Brain fog

Bulan purnama bersinar terang menembus jendela kamar Nicholas, lampu tidurnya yang redup ikut bersinar di sudut kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulan purnama bersinar terang menembus jendela kamar Nicholas, lampu tidurnya yang redup ikut bersinar di sudut kamar. Dia berbaring dalam diam, mengantisipasi apa yang telah dia rencanakan malam ini.

Suara kakak Nicholas mereda. Setelah beberapa saat, dia bisa mendengar dengkuran lembut kakaknya di kamar sebelahnya. Lelaki itu segera melompat dari tempat tidurnya, buru-buru memasukkan senter dan ponsel ke dalam tas sebelum mendorong kaca jendelanya lalu melompat keluar.

Nicholas menghirup udara yang sejuk, melihat kebebasan malam di hadapannya. Bintang berkelap-kelip di atas langit, sudah lama dia tak merasakan aroma malam dan dia sangat merindukannya.

Sebab, semenjak seminggu yang lalu Nicholas dilarang keluar rumah saat malam tiba. Kakak perempuannya menguncinya di kamar sebagai hukuman, itu berlaku selama satu bulan.

Tapi, Nicholas tidak bisa menahan diri untuk melanggar hukuman yang kakaknya berikan. Kini, dia meninggalkan halaman belakang rumahnya. Bayangannya menari di sepanjang trotoar malam.

Bulan semakin tinggi di atas pepohonan, Nicholas memperlambat langkah ketika telinganya menangkap sebuah suara. Lelaki itu melihat bayangan sesuatu dari sudut matanya.

Dengan panik, Nicholas melihat ke sekeliling. Dia menggigit bibirnya, waspada terhadap bisikan pepohonan yang lebih keras dalam kegelapan. Rasa merinding muncul di kedua lengannya. Dia mempercepat langkahnya.

Langkah Nicholas yang cepat berubah menjadi lari, dan malam seakan menggigit pergelangan kakinya ketika dia mendengar suara teriakan. Dia menghentikan langkah, mengarahkan pandangan ke sebuah gang kecil di antara bangunan apartemen tua. Tubuhnya menegang hebat ketika mendapati seorang gadis tergeletak di atas tanah dengan darah di sekitar kepalanya.

Nicholas mendekati gadis itu, bola matanya membelalak tak percaya. Gadis itu ternyata adalah Kaneya. Gadis yang dia temui petang tadi, sepulang sekolah.

"Kaneya ... apa itu lo?"

Nicholas menyentuh lengan Kaneya dengan hati-hati. Dia menyentuh leher gadis itu, memeriksa denyut nadinya.

"Kaneya, bangun!"

Kaneya diam tak bergerak. Tubuhnya dingin seperti membeku. Nicholas menatap Kaneya tak percaya.

"ENGGAK!!!"

"KANEYA! LO NGGAK BOLEH MATI!" Nicholas berteriak, mencari-cari ponselnya di dalam tas.

"KANEYA DENGERIN GUE!" Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor darurat.

"KANEYA, BUKA MATA LO!" Nicholas menatap hambar ponsel di genggamannya setelah dia mengirimkan panggilan. Lelaki itu merunduk, menekuk kedua lututnya. Ia memandangi Kaneya dengan mata yang berkaca-kaca di bawah sinar rembulan.

Sepertinya malam ini adalah malam terburuk bagi dirinya dan juga Kaneya.

Sepertinya malam ini adalah malam terburuk bagi dirinya dan juga Kaneya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐇𝐚𝐯𝐞 𝐖𝐞 𝐌𝐞𝐭 𝐁𝐞𝐟𝐨𝐫𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang