015

3.5K 248 5
                                    

Di dalam markas Sinister, semua orang baik dari Sinister sendiri maupun Yoran telah berkumpul. Mereka dikelilingi oleh Devon, Noval, dan Yasa yang juga sudah ikut hadir.

"Nih gua mulai ya?" Semua orang berseru kompak setuju untuk menjawab pertanyaan Fatah. "Oke jadi kita disinia mau ngebahas masalah kemaren yang belom kelar itu kan. Sebelum masuk ke masalah Alter bubar atau enggak, gua sebagai ketua Sinister mau nanya apa masalah kalian sampe dendam banget kayanya sama Sinister? Kita dari pihak Sinister kan taunya kita musuhan sama Alter gara-gara kalian yang selalu nyerang kita duluan, tapi sekarang gua pengen tahu alasan dari pihak Alter?" Fatah berbicara dengan nada serius. Semuanya diam memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Dan tolong jelasinnya baik-baik, ya. Jangan emosi. Kalian di denger kok disini" ucap Sultan menambahkan yang disetujui oleh semua orang.

"Biar gua yang jelasin." Yasa yang duduk di paling ujung di antara mereka membuka suara dan membuat perhatian semua orang beralih padanya. "Tapi gua gak tau gimana jelasinnya" ucapnya terbata ketika mengakui kebingungannya.

Tidak sedikit orang disana yang mematap heran Yasa, tapi ada juga yang memaklumi hal tersebut. Termasuk Sultan yang berjalan mendekat pada Yasa. "Santai aja disini, Sa. Gini aja. Gimana kalo gua atau Bang Fatah nanya-nanya, terus nanti lu yang jawab, gimana, Bang?" tanyanya meminta persetujuan pada Fatah

"Iya boleh tuh" jawab Fatah nengangguki apa yang Sultan usulkan.

"Gausah tegang kaya orang lagi disidang gitu dong. Ini anggep aja kuis berhadiah, oke?" Dia menepuk pundak Yasa sebagai tanda penyemangat. "Biar bang Fatah aja yang nanya, soalnya gua bego ginian nanti takut salah" Sultan melempar pada Fatah, tapi dia masih tetap berdiri disebelah Yasa sambil merangkul pundaknya. "Ayo, Bang!"

"Pertanyaan pertama ya nih. Apa alesan kalian nyerang markas Sinister duluan hari itu buat yang pertama kalinya?"

Yasa diam berusaha mencari jawaban yang pas untuk dia katakan. Kakinya bergerak berirama mengetuk lantai.

"Kalian udah bunuh temen kita." Bukan Yasa yang mengatakan itu melainkan Noval yang duduk disebelahnya.

Semua mengernyit bingung mendengar jawaban itu. Mereka semua merasa tidak pernah ada kasus anggota Sinister membunuh orang ketika tawuran. Lalu siapa yang sudah membunuh siapa?

"Siapa?" tanya Sultan dengan rasa terkejutnya.

Noval mengajungkan jarinya menunjuk seseorang yang duduk dilantai bersandar pada sofa dengan begitu santai sedari tadi. Sagara.

Sagara merasa keheranan, karena dia tidak pernah membunuh siapapun baik ketika tawuran ataupun tidak. "Gua? Gua gak pernah bunuh orang"

"Tapi temen kita mati karena lo, anjing" teriak Noval yang kembali larut dalam emosi. Yasa disampingnya menarik Noval untuk memperingatinya agar tidak berbuat rusuh di markas geng yang masih menjadi musuhnya ini.

"Tunggu, tunggu! Ini temen kalian meninggalnya kapan emang?" Fatah kembali mengambil alih pembicaraan.

"Setengah tahun yang lalu. Hari itu emang lagi ada tawuran, kita denger ada geng yang lagi cari tenaga tambahan buat nambah pasukannya buat lawan Sinister. Kita gak ada yang tertarik waktu itu, tapi besokannya kita dapet kabar kalo temen kita meninggal–"

"Dan lo yang bunuh dia" Noval menunjuk pada Sagara. Rahangnya mengeras, jelas sekali terlihat dia berusaha untuk tidak memukul Sagara disini.

"Jangan pake emosi bisa?" Fatah membentak ssbagai peringatan. "Kalo lu gak bisa tenang, kita gak bisa nemu titik terangnya disini. Lu bisa kalem dulu gak? Atau mending keluar aja!"

Be MineWhere stories live. Discover now