• A Delicate •

36 1 0
                                    

"Astringent .... Rasa kopi yang tertinggal di dalam mulut dengan sensasi asin di sisi lidah. Baggy .... Rasa kopi kurang sedap karena ... Yak! Saekkiya!" Nara lalu melempar kertas yang terus di genggamnya sejak tadi. Rasanya sudah lama bibirnya tak mengeluarkan umpatan tersebut. Ia merasa dipermainkan dan di jebak oleh Kim Sunhoo. Seharusnya sejak awal ia tidak pernah membuat perjanjian konyol tersebut dengan pria culas seperti Kim Sunhoo.

Ponselnya berdering ketika ia ingin mengambil kembali kertas yang terjatuh di lantai. Dering ponselnya lebih menarik perhatiannya. Namun, detik berikutnya Nara menyesal lebih mementingkan poselnya. Orang yang sedang tidak ingin ia akui keberadaannya saat ini dan mungkin seterusnya. Namun ia memilih untuk mengangkat panggilan itu.

"Ya, halo!"

"Aku lupa menuliskan satu istilah yang harus kau hafal."

"Apa? Kirim saja pesan."

"Kau tulis sekarang. Biar kudikte."

Nara mendengus sambil meraih kerta di lantai dan mengambil bolpoin di laci nakasnya. "Apa?"

"Delicate ..."

"Artinya?"

"Efek rasa manis ringan yang tertinggal di lidah."

Nara terdiam. Jemarinya berhenti ketika hendak menuliskan kalimat yang disebutkan Sunhoo. "Yak! Dasar pria sialan. Berhenti kurangajar padaku!" seru Nara sekuat tenaga.

"Apa maksudmu? Hei, Shin Nara aku mengatakan yang sebenarnya. Itu istilah yang berhubungan dengan kopi yang harus kau hafalkan. Oh aku mengerti, otakmu masih memikirkan ciuamanku tadi, ya? Sudah kubilang, kau pasti akan kecanduan. Aku akan dengan senang hati mela....." Sepontan Nara memutuskan sambungan telepon. Ia tak ingin mendengar ocehan lelaki itu lebih melantur lagi.

Nara sunggu malu. Bagaimana mungkin otaknya tertuju pada hal itu. Sesuatu yang belum pernah ia lakukan, namun malah Kim Sunhoo yang berkontribusi dalam pengalaman pertamanya. Rasanya ia ingin menyublim saat ini juga. Bisa Nara tebak, pasti sekarang Sunhoo sedang tertawa mengejeknya. Bisa ia bayangkan wajah tengil lelaki itu.

Berniat segera menghilangkan pikiran aneh itu dari otaknya, Nara segera pergi ke toilet untuk membersihkan diri. Gara-gara menghafal isi kertas yang diberikan Sunhoo, ia sampai lupa dengan kebiasaan wajib ketika masuk apartemenㅡ bersih-betsih. Hari ini Kim Sunhoo memang sudah menyita seluruh waktu dan pikirannya.

***

Meski Nara adalah pemilik pastry bar itu, ia tetap membantu karyawannya di dapur. Kali ini ia sedang membuat corn tart. Ha Yoon bilang ada seorang wanita dewasa berpenampilan perlente datang memesan corn tart yang masih hangat dan harus pemilik pastry bar ini yang membuatkan, ia rela menunggu. Selain itu, yang membuat Nara lebih penasaran lagi, Ha Yoon bilang, wanita itu ingin Nara langsung yang harus mengantar pesann tersebut.

Alan datang ketika Nara hendak menuangkan filling ke atas crust.

"Wajah wanita itu sepertinya tak asing. Apa dia pelanggan tetap kita, ya?" tanya Alan. Ia baru saja datang dari luar, mengecek persediaan kue di etalase.

Nara mengedikkan bahu sambil memasukkan corn tart tersebut ke dalam oven. Ia membutugkan waktu 20 menit untuk memanggangnya. Ia akan memberi bonus pada pelanggannya tersebut kara bersedia menunggu lama. Mungkin beberapa keping Danish Pastry dengan topping buah-buahan segar.

"Mungkin. Aku belum melihat wajahnya. Aku hafal hampir semua pelanggan tetap kita. Kau tahu aku sering berinteraksi dengan mereka," jawab Nara. Gadis itu benar. Ia selalu menyempatka diri untuk berinteraksi dengan para pelanggan yang berkunjung. Baginya memon tersebut sangat berharga. Ia bisa mengetahui langgung tanggapan dari mereka. Tak jarang ia juga menerima berbagai kritik dan saran untuk pastry bar-nya. Akhir-akhir ini banyak pelanggan yang meminta Nara memasukkan menu kopi. Mengingat itu, membuat Nara kesal, bukan karena rikues dari para pelanggan, tapi ia teringat Kim Sunhoo.

"Bagaimana progresmu mengenai kopi?" tanya Alan tiba-tiba. Lelaki Kaukasia itu entah sejak kapan sudah mulai membuat adonan dough.

"Jangan tanyakan itu dulu, kau membuat suasana hatiku jadi buruk. Kau tahu, malam itu aku hampir dikira kriminal oleh pemilik kedai. Idemu sangat buruk, Alan."

Alan tertawa hingga ia menghentikan kegiatannya menguleni adonan. Lelaki itu tak mengira bahwa idenya akan berakibat seburuk itu. Atau memang Nara saja yang buruk dalam penyamaran. Lagi pula, siapa suruh gadis itu tak menyetujui saran pertamanya. Yaitu menemui si pemilik kedai kopi itu langsung. Toh mereka saling kenal. Satu yang Alan belum tahu, pada akhirnya Nara memiliki caranya sendiri untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan, yaitu menjadi pacar pura-pura si pemilik kedai.

"Kau buruk dalam penyamaran, Nara." Alan menghentikan tawanya. Lalu ia menuangkan setengah gelas air pada adonannya.

"Diam dan teruskan pekerjaanmu. Atau gajimu bulan ini akan kupotong," ancam Nara sambil memelototi lelaki itu.

"Dasar bos kejam."

"Karyawan cerewet!"

Ting!

Suara dentingan oven membuat Alan menelan lagi umpatan yang ingin ia keluarkan. Hal seperti ini sering kali terjadi. Para kitchen team sudah sangat bosan melihat executive chef dan sous chef mereka sering kali berdebat seperti itu.

Corn tart sudah siap dihidangkan yang ia lakukan selanjutnya adalah platting. Dengan cekatan, gadis itu berhasil menata dengan cantik corn tart itu dalam hitungan detik. Gadis itu tersenyum lalu segera keluar membawa pesanan itu. Senyuman Nara luntur ketika melihat siapa wanita berpenambilan perlente yang dikatakan oleh Ha Yoon tadi. Senyumnya berubah menjadi wajah ketegangan yang aneh. Pasalnya wanita itu saat ini menatap Nara dengan senyum mengembang. Ini aneh. Tapi Nara tentu saja mengenal dengan baik wanita itu. Bukan karena wanita itu pelanggan setia pastry bar-nya.

Langkah kecil Nara semakin mendekat ke arah wanita tersebut. Sepontan wanita itu berdiri dan menyambut Nara, senyumnya semakin mengembang. Nara mengehala nafas perlahan untuk merelaksasi ketegangannya. "Selamat siang. Ini pesanan anda," dengan canggung Nara meletakkan nampan di meja.

"Akhirnya pesananku datang. Tapi sebenarnya aku menunggumu. Waaah, ternyata kau semakin cantik saja. Terakhir kali aku bertemu denganmu saat kelulusan SMA," seru wanita itu hingga menyita perhatian beberapa pelanggan yang sedang menikmati pesanan mereka. "Sebenarnya aku tidak percaya saat Somi mengatakan kau berpacaran dengan putraku. Putraku itu tak pernah mengatakan apapun. Tapi, setelah aku melihat kalian tadi malam di kedai putraku, aku percaya." Wanita itu lalu memeluk Nara dengan erat, menyalurkan rasa bahagia. Akhirnya putranya memiliki kekasih. Ya, wanita itu adalah Han Jiwon, ibunda Kim Sunhoo, designer kenamaan Korea Selatan.

Tunggu! Nara menegang mengingat kalimat terakhir wanita itu. Nara mencernanya baik-baik. Wanita itu melihat Nara dan Sunhoo sedanga apa sehingga ia mempercayai mereka berpacaran? Astaga, pikiran Nara langsung tertuju pada kegiatan memalukan ia dan Sunhoo tadi malam.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

pas(T)ry RecipeWhere stories live. Discover now