O9

421 68 14
                                    

Hola!
Vote + comment yang bikin aku semangat up loh, jadi jangan lupa yaa
enjoy and sorry for typo









Angin berhembus cukup kencang hari ini, seperti mendukung hati Sunoo yang tengah resah akibat seseorang.

“Kenapa tiba-tiba ngajak ketemuan? Kamu bilang kalau kamu jijik sama aku kan?” sindir Sunoo.

Yang disindir hanya menghembuskan nafasnya pasrah.

“To the point aja, aku mau ke rumah sakit jadi jangan basa basi.”

“Aku ngga ada kesempatan lagi?” tanya nya tak tau malu.

Sunoo mengepalkan tangannya, bisa-bisanya ia mengatakan itu setelah menjadikannya mainan dulu.

“Yang bener aja deh kak Hoon? Dulu kakak ngga ada hatinya mainin aku sekarang minta kesempatan? Buat apa kak? Mau mainin aku lagi? Bukannya kak Hoon jijik ya sama aku?” geram nya.

Lelaki bermarga Park itu menunduk. Ia sangat tau dimana letak kesalahannya, tapi apakah kesalahan itu benar-benar tidak bisa dimaafkan?

“Kak Hoon buang-buang waktu aja, harusnya aku udah dari tadi ada di rumah sakit!”

Sunoo meninggalkan Sunghoon tanpa menunggu jawaban lelaki itu. Kebetulan juga ada taxi yang sedang lewat di sana jadi Sunoo memberhentikannya agar cepat kabur dari mantannya.

Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di rumah sakit. Kebetulan juga jalanan terlihat cukup sepi.

“Jungwon..” gumamnya kala kakinya sudah menginjakkan halaman rumah sakit.

Ia langsung melangkahkan kakinya menuju ruangan yang biasa ia kunjungi.

“Hai! Aku dateng lagi loh.” sapanya pada Jungwon yang setia menutup matanya selama beberapa bulan.

Sunoo merogoh tas kecilnya, mengambil sebuah gelang yang terdapat sebuah huruf S di sana.

“Wah kau datang lebih pagi ya.”

Netra nya melirik ke arah pintu yang terbuka ketika mendengar suara yang amat familiar baginya, ternyata Jake.

“Aku kangen, hehe.”

“Padahal hampir setiap hari kamu kesini... Ngomong-ngomong, gimana kerja kamu sekarang?” tanya Jake.

“Semua nya lancar! Demi apapun aku harus bilang makasih ke kak Hee besok.” jawab Sunoo dengan bahagianya.

Tangan Jake reflek mengelus rambut Sunoo dengan sayang. Lelaki Kim yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu sudah mulai menemukan kebahagiaannya satu persatu.

“Saat Jungwon bangun nanti, aku rasa kebahagiaanmu sudah lengkap Sunoo.”

Senyum yang tadinya menghiasi wajah manis Sunoo kini hilang, tergantikan dengan wajah sedu nya.

“Terkadang aku juga merindukan orang tua ku..” lirihnya.

Jake menepuk bahu Sunoo. “Aku yakin mereka akan pulang suatu saat nanti.”

Drrttt... Drrtt...

Sunoo mengambil ponselnya dengan sedikit terburu-buru dari kantung hoodie nyam

“Kak Sunghoon?” gumam Sunoo kala melihat nama Sunghoon tertera di ponselnya.

“Aku angkat telfon dulu ya, tolong jagain Jungwon sebentar.”

Ia tergesa-gesa keluar dari ruangan Jungwon dengan perasaan kesal.

“Kenapa lagi?!” ucapnya dengan sedikit membentak ketika terdengar sapaan dari sebrang.

“Kita masih bisa berteman kan?”

Sunoo mendengus kesal, bagaimana bisa ia menaruh hati pada lelaki tak tau diri itu dulu.

“Terserah.” finalnya kemudian menutup telefon dari Sunghoon tanpa mengucapkan kata apapun sebagai penutup.

Ia mengatur nafasnya, kemudian kembali ke ruangan kesayangannya setelah merasa tenang.

“Tadi Jay menelfon, jadi aku harus pergi duluan.” pamit Jake.

Sunoo hanya mengangguk karena dirinya  masih merasa kesal karena Sunghoon yang tiba-tiba kembali setelah dulu membuangnya dengan tanpa perasaan.

“Jungwonnie, aku kesal.” adu nya pada Jungwon.

Ia meraih tangan Jungwon, menggenggamnya dengan penuh kelembutan.

Matanya mengamati Jungwon sambil berdoa dalam hati agar lelaki itu segera sadar.

“Jungwonnie..”

“Bangun terus marahin kak Hoon biar ngga ganggu aku lagi..”













*****












“Jay, gue minta bantuan lo please.”

Lelaki Park itu tertawa lepas kala mendengar Sunghoon yang sedari tadi mengemis bantuan. “Jangan bercanda deh.”

“Gue serius.”

Tawa yang tadi cukup keras tiba-tiba lenyap begitu saja. Matanya melirik Sunghoon dengan tajam.

“Gue ngga mau jadi orang jahat Hoon.”

Jay bangun dari tempat duduknya kemudian berjalan mendekati Sunghoon yang sedari tadi berdiri di pintu.

Ia menepuk bahu sahabat nya. “Hati manusia bukan mainan, ngga semua orang bisa nyembuhin luka di hatinya.”

“Kesalahan lo bukan cuma ngehina dia, lo juga ancurin kepercayaan dia.” sambungnya.

“Jangan jadi orang jahat buat orang sebaik Sunoo.”

Ucapan Jay ada benarnya. Ralat, semua ucapannya benar.

“Tapi harga diri gue—”

“Harga diri lo jauh lebih rendah kalau lo mainin perasaan orang! Masih banyak tantangan yang bisa lo lakuin selain bikin Sunoo jadi mainan lo..”

Sunghoon memijit dahinya. Ia menyadari bahwa dirinya begitu buruk. Kenapa dirinya bisa lebih mementingkan tantangan dari musuhnya daripada memikirkan bagaimana rasa sakit yang ia berikan pada Sunoo.

“Mending lo tobat.” suruh Jay kemudian pergi dari sana. Meninggalkan Sunghoon yang kalut dengan pemikirannya.

Dalam hati Jay berharap agar Jungwon segera sadar. Ia tau bahwa Jungwon lah yang terlihat paling tulus pada Sunoo setelah Jake.

Drrtt.. drrtt..

“Jake?”

Jay langsung menekan tombol hijau. Tumben sekali teman aussie nya itu menelfon.

“Jay!”

“Hey, what's wrong? Biasanya lo telfon kalau ada hal yang penting kan?” tanya Jay.

Sunghoon ngajak Sunoo ketemuan ngga?”

“Sunghoon di tempat gue, baru aja gue ceramahin biar ngga mainin perasaan Sunoo lagi.” jawab Jay cukup detail.

Sunoo ngga bisa aku telfon—”



















“padahal Jungwon sudah sadar..”

it's me [Yangsun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang