1. pelecehan

2.1K 31 5
                                    


Salsa menghela napasnya merasa lelah setelah menyelesaikan piket kelas, dia sendirian harusnya ada dua orang teman lainnya yang membantunya tetapi mereka abai dan membiarkan Salsa mengerjakan piket seorang diri.

Salsa tidak pernah berani memprotes tindakan mereka karena dia takut untuk melawan. Sendari dulu dia selalu menjadi korban bully dari teman temannya jadi tak heran dia tak pernah memprotes ketidak adilan untuk dirinya.

Saat melewati lorong koridor kelas sepuluh dirinya sempat berpapasan dengan dua orang anggota osis, dia Ben dan Rivan anggota osis yang disegani oleh para siswa. "Sore kak," sapanya sebisa mungkin dia bersikap sopan pada keduanya agar tak dicap sebagai adik kelas yang sombong.

"Loh baru pulang?" tanya Rivan sambil melirik pada Salsa yang berpenampilan biasa biasa saja dengan kaca mata yang membingkai di wajahnya. Salsa tergolong cewek yang tidak terlalu cantik namun terlihat manis saat dilihat secara seksama.

"Iya kak habis piket soalnya." Salsa menjawab lirih kemudian bergegas berjalan cepat kearah berlawanan dengan keduanya, entah kenapa mendapati ada orang lain selain dirinya di sekolah membuatnya takut terlebih keduanya adalah seorang cowok.

"Boleh juga tuh cewek," ucap Ben tersenyum melirik pada temannya. Melihat penampilan Salsa membuat jiwa mesumnya timbul, meski cewek itu telah mengenakan baju yang sedikit longgar tetap saja lekuk tubuhnya yang berisi masih terlihat jelas menggoda matanya.

"Apaan sih Ben, udahlah jangan ganggu anak orang," tukas Rivan merasa tak peduli dengan ucapan Ben, baru melangkah tangan Rivan dicekal oleh Ben.

"Ayolah Van, lumayan tuh cewek bodynya juga bagus, mumpung sekolah lagi sepi." Dia menatap ke sekeliling sekolah yang sudah sepi. Memang benar para siswa sudah pulang semua ke rumah masing masing mungkin hanya tinggal mereka saja.

Rivan menatap tajam pada Ben. "Lo gila apa?"

"Udahlah jangan macem macem, bisa rusak reputasi osis," peringatnya secara serius, mereka mengemban tugas osis yang dipandang baik sebagai organisasi sekolah, jadi mereka harus berhati hati dalam bertindak agar tak merusak nama organisasi yang telah dibangun dengan imange baik.

"Ya elah lo, jadi cowok kok cemen banget sih! Banci lo!" teriak Ben dan itu berhasil memprovokasi Rivan, cowok itu mengepalkan tangannya karena emosi.

"Oke. Lo lihat cara main gue." Rivan tipikal orang yang mudah diprovokasi jadi jangan heran dia merasa tertantang jika ada orang yang berani meremehkannya.

Ben tersenyum senang mengikuti langkah Rivan yang kini berjalan mendekati Salsa, cewek itu sedang berjalan menuju parkiran sekolah, nampaknya dia sedikit waspada pada sekelilingnya.

"Kak apaan sih, lepasin!" teriak Salsa terkejut saat tangannya ditarik paksa oleh Rivan, cowok itu menariknya cukup kencang dan itu berhasil membuat Salsa kuwalahan.

"Kak lepasin aku mohon ... hiks hiks hikss." Tentu saja Salsa sangat ketakutan saat Rivan membawanya secara paksa menuju gudang sekolah. Dia merasa putus asa karena sekolah saat ini sudah sepi, dan penjaga sekolah terletak sangat jauh dari posisinya saat ini, pikirannya jadi kacau membayangkan yang tidak tidak akan terjadi pada dirinya.

"Bruk."

"Ahh ... sakit." Cewek itu mendesis merasa kesakitan saat tubuhnya didorong dengan kasar membentur lantai yang dingin.

"Siapa yang mau main duluan?" tanya Rivan menatap pada Ben yang baru ikut masuk ke dalam gudang.

"Gimana kalau gue yang duluan?" Ben sepertinya sudah tidak sabar untuk menyentuh cewek yang sedang duduk ketakutan diatas lantai gudang yang sedikit berdebu.

Cewek BrandalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang