🦉Chapter 12 | Para Calon Besan

5K 327 343
                                    

🦉 DUA BELAS 🦉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦉 DUA BELAS 🦉

- Para Calon Besan -


Freyya mematut dirinya di depan cermin setinggi badan yang ada di sudut kamarnya yang bernuansa putih. Saat ini dirinya sudah mengenakan dress selutut berwarna hitam yang sopan namun tetap memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah.

Freyya merasa konyol gara-gara riasan aksesories jepitan mutiara yang ditenggerkan ibunya pada saat mengecek keadaannya tadi, apakah sudah bersiap-siap atau malah hanya rebahan di kamar.

"Astaga, kenapa gue cakep amat ya??Harusnya dandanan gue nggak usah se-effort ini kali. Ini cuma agenda makan malam doang. Jangan sampai Gallan ngeledek gue karena terkesan gue terlalu serius dengan pertemuan kedua keluarga ini," gumam Freyya.

Gadis itu kemudian mencopot jepit rambutnya. Mengganti kalung dengan model kalung yang lebih simple, serta menanggalkan ikat rambut dan membiarkan rambutnya tergerai lepas.

"Hmmm, not bad biar terkesan effortless," tukasnya kemudian. Freyya pun berjalan keluar kamar dan turun menuju lantai bawah. Memilih sepatu hak tahu yang tidak begitu tinggi, hanya hak 5 cm dengan warna putih agar lebih kontras dengan dress-nya yang berwarna hitam.

Untungnya Nyonya Trifia tidak begitu memperhatikan menghilangnya jepitan mutiara yang tadi dia tenggerkan di kepala putrinya, sebab wanita itu kini sudah cukup repot dengan dandanannya sendiri.

Mereka bertiga pun berangkat tepat pukul tujuh malam. Lokasi restoran tempat pertemuan akan ditempuh dengan perjalanan selama satu jam. Memanfaatkan momen itu, Freyya pun menidurkan diri di selama di perjalanan. Berharap dirinya akan terus tertidur dan tidak usah dibangunkan saat sudah sampai.

Saat sampai, kebetulan sekali mobil keluarga Freyya yang sedang diparkir ternyata bertepatan dengan datangnya mobil milik keluarga Gallan.

Alhasil, kedua keluarga itu malah bertemu lengkap pertama kali di parkiran di halaman restoran hotel itu. Mereka pun bersama-sama melangkah masuk ke teras restoran hotel dan menyusuri lobi hotel itu. Restoran untuk pengunjung VIP berada di lantai paling atas hotel ini.

"Lho? Tuh cowok kemana?" heran Freyya sedari tadi. Meskipun kedua orang tua Gallan sudah datang, namun tetap saja gadis itu heran di mana Gallan sebab lelaki itu tampaknya tidak juga terlihat batang hidungnya.

Makan malam kedua keluarga pun mulai berlangsung tanpa kehadiran Gallan. Awalnya Tuan Burhan, ayahnya Gallan, dan Nyonya Manov mengatakan bahwa Gallan akan menyusul sebentar lagi. Oleh karena itu baik Tuan Hengky dan Nyonya Trifia tidak lanjut bertanya.

Tapi, setelah hampir satu jam kemudian, Gallan belum juga datang dan hal itu membuat suasana makan malam keluarganya menjadi kurang baik dan canggung.

Tuan Burhan sejak tadi berusaha mengangkat-angkat topik obrolan padahal dalam hatinya pria itu resah sekaligus marah mengapa putranya itu belum datang juga.

Berkali-kali Tuan Burhan melirik pada istrinya untuk menanyakan apakah sudah ada kabar dari Gallan. Sedangkan Nyonya Manov sejak tadi menunduk memandangi ponselnya, mencoba menghubungi putranya itu. Jangankan mendapatkan balasan pesan, telponnya saja tidak diangkat oleh anak semata wayangnya itu.

"Ehem," dehem Tuan Burhan ketika kedapatan sedang berbisik pada istrinya karena mengumpati mengapa Gallan belum datang juga.

Melihat suasana yang menjadi kurang kondusif membuat Tuan Hengky akhirnya menanyakan apakah ada yang tidak beres.

"Bagaimana, Burhan? Nak Gallan apakah jadi datang?" tanya Tuan Hengky dengan sopan. Meskipun dia akrab dengan Tuan Burhan, tapi tetap saja Tuan Hengky tipe yang berhati-hati saat menanyai privasi keluarga lain.

Mendengar pertanyaan Tuan Hengky membuat Tuan Burhan hanya bisa tersenyum getir. "Aku minta maaf atas ketidaksopanan putraku, Hengky. Tapi, kami harus jujur bahwa saat ini Gallan tidak bisa dihubungi."

Mau tak mau, Tuan Burhan harus jujur. Hampir satu jam mereka makan malam pendekatan kedua keluarga tanpa Gallan, padahal lelaki itulah yang seharusnya menjadi bintangnya malam ini. Namun, Tuan Burhan berharap dengan keterbukaannya itu setidaknya bisa membuat keluarga Tuan Hengky memahami kondisinya.

"Memangnya terakhir kali Nak Gallan-nya bilang sedang di mana, Burhan?" tanya Tuan Hengky lagi, dia cukup heran tapi sekaligus menyayangkan ketidakberuntungan ini, padahal momen ini jarang-jarang bisa terjadi di tengah kesibukannya masing-masing.

Tuan Burhan menoleh pada istrinya, mengode agar Nyonya Manov menjawab karena beliaulah yang terakhir kali berkomunikasi dengan Gallan.

Merasa harus buka mulut, Nyonya Manov pun angkat bicara. "Tadi Gallan bilang dia ada acara di kampusnya. Katanya dia akan menyusul," ungkapnya dengan nada segan pada keluarga Tuan Hengky.

"Hah! Astaga, di mana anak itu!" imbuh Tuan Burhan yang akhirnya menampakkan kekesalannya secara terang-terangan. Akibatnya, ada sedikit ketegangan yang menyelimuti kedua keluarga.

Tuan Burhan merasa tidak enak karena sudah mengacaukan pertemuan ini, sedangkan Tuan Hengky jadi segan dan bingung bagaimana harus merespon.

"Ah, tidak apa-apa. Santai saja, Burhan," lerai Tuan Hengky pada akhirnya. "Meski Gallan tidak ada tapi setidaknya kita bisa tetap saling bersilaturrahmi seperti ini. Toh kita masih bisa mengadakan pertemuan lagi," ujar pria itu meski kedengarannya agak sedikit canggung.

Mendengarnya hanya bisa membuat Tuan Burhan menghela napas pasrah. Jujur, rasanya saat ini dirinya benar-benar malu pada keluarga Tuan Hengky.

"Kami benar-benar minta maaf ya, Nyonya Trifia." Kali ini Nyonya Manov yang bicara pada ibunya Freyya, sangat segan dengan wanita yang umurnya lebih tua satu tahun darinya itu.

"Kami sama sekali tidak keberatan, Nyonya Manov. Kita bisa mengadakan silaturrahmi lagi lain waktu," senyum Nyonya Trifia sambil menyesap minumannya.

Di sisi lain, Freyya yang sejak tadi duduk diam hanya makan sambil mendengarkan. Gadis itu merasa cukup diuntungkan, ketidakhadiran Gallan membuat suasana makan malam yang awalnya sebagai pendekatan malah menjadi sebuah kecanggungan.

Steak Sirloin yang dimakannya menjadi kian nikmat. Bahkan saat gadis itu menyuap dan mengunyah dagingnya, Freyya tidak bisa menyembunyikan senyumannya sumringahnya. Situasi ini mungkin saja akan membuat perjodohannya dengan Gallan dibatalkan, dan Freyya akan sangat merasa merdeka bila itu benar-benar terjadi.

*Akan update lagi setelah chapter ini mencapai 20 views 😘

--o0O0o--

Gimana nih gaesss
perjodohannya bau-bau dibatalin nih!

.

.

.

VOTE AND COMMENT

If you mind to follow me
I will really2 appreciate it 😘

.

.

.

Love di Udara💕
Ranne Ruby
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

THE REBELLOUSE! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang