6. Siapa Senan sebenarnya?

702 176 124
                                    

Pagi ini waktu sudah menunjukan pukul 07.00 pagi, terlihat di salah satu rumah susun ada seorang wanita cantik yang tengah menyiapkan makanan, setelah semuanya siap, lantas ia pun memasuki salah satu kamar yang mana di kamar itu terdapat sang adik yang sepertinya masih tertidur lelap.

Cklek! Maudy, wanita cantik itu membuka pintu kamar dengan perlahan, dan benar saja sang adik masih tertidur di atas kasur meringkuk bak bayi besar, lucu sekali membuat Maudy kegemasan. Adiknya itu jika sedang bangun maka akan terlihat galak, sangar, dingin, datar dan sedikit menyebalkan. Tapi jika sudah tidur begini lihatlah adiknya itu seperti bayi besar, wajahnya terlihat damai, polos dan begitu menenangkan, sungguh berbeda 180°.

"Adek.." Maudy menepuk pipi sang adik dengan pelan.

"Eungh," lenguhnya yang merasa terusik oleh tepukan Maudy.

"Adek bangun ini udah pagi, nanti kamu kesiangan lho," Maudy kembali menepuk pipi sang adik hingga kedua netra indah itu mengerjap lucu.

"Emangnya mau kemana, teh?" tanya sang adik yang tak lain adalah Senan seraya mengerjap-ngerjapkan kedua matanya menyesuaikan dengan cahaya kamar, meskipun cahayanya redup tak terang benderang.

"Senan masih ngantuk teh, tadi Senan baru tidur setelah sholat subuh," lanjutnya.

"Ih kamu mah kebiasaan deh bergadang mulu dek, kan udah teteh bilangin jangan bergadang, ga baik buat kesehatan kamu tau, bandel banget sih."

"Bukan bergadang teh, insomnia ini gara-gara overthinking ehehe."

"Kaya cewek aja pake overthiking segala, udah udah sekarang bangun yuk!" kali ini Maudy menarik lengan Senan dengan pelan agar sang adik bangun dari tidurnya.

"Aduh teh, emangnya mau kemana sih?" tanya Senan yang terlihat masih mengantuk, tangannya terangkat untuk mengucek kedua matanya, tak lupa dengan bibirnya yang mengerucut lucu. Andai saja Maudy sedang memegang kamera sekarang akan ia abadikan wajah Senan saat ini yang benar-benar lucu dan sangat langka.

"Kamu lupa? Kan kamu harus kerja, kata Barry hari ini kamu harus masuk kerja, ketemu sama pemilik coffe shop itu. Inget ya dek, kamu harus tanggung jawab dengan keributan yang kamu buat kemarin, kasian temen Barry jadi kena imbasnya juga lho," jawab Maudy seraya menasehati sang adik.

Senan yang mendengar itu pun menghembuskan napas kasar sembari bangun dari tidurnya. Kemarin malam saat Barry pulang kerja, ia mengamuk, mengomeli Senan habis-habisan sampai kedua kupingnya panas. Barry bilang bahwa hari ini sang pemilik coffe shop ingin bertemu dengannya untuk membahas masalah yang terjadi kemarin, jika Senan tidak datang maka Dito lah sang spv coffe shop yang akan kena getahnya. Andai saja masalah ini tidak menyangkut orang lain, ocehan Barry kemarin malam akan Senan anggap angin lalu saja.

"Ck, malah ngelamun! Ayo cepetan mandi, habis itu sarapan, minum obatnya, teteh mau kerja nih keburu telat," ucap Maudy membuat sang adik mengernyit heran.

"Teteh udah dapet kerja?" tanyanya.

Maudy mengangguk dengan menunjukan senyum lebarnya, "udah dong! Kemarin teteh berhasil dapet kerja. Kamu tau ga teteh kerja dimana, dek?!"

"Kerja apa? Dan dimana?"

"Di salah satu anak perusahaan Nataprawira! Dan teteh jadi sekretaris disana bantu-bantu mas Alaska."

"Ha? Naon Nataprawira teh? Alaska saha? Kok teteh bisa dapet kerja secepat itu, di perusahaan lagi. Maaf ya bukan maksud Senan ngeremehin kemampuan teteh, Senan tau teteh itu hebat, pintar, cerdas dan berbakat selain itu teteh juga ada pengalaman jadi sekretaris, tapi pas kita masih di Bandung aja susah dapet kerja yang bener apalagi disini, Jakarta. Dan inget teh semua orang yang ada disini ga bisa di percaya," oceh Senan yang khawatir akan sang kakak.

I'm Senan [HIATUS]Where stories live. Discover now