Anna Agatha Elio adalah seorang gadis remaja yang telah menghabiskan waktu 17 tahunnya di rumah. Meskipun begitu, dia tetap hidup bahagia di Italia bersama dengan keluarganya.
Lahir sebagai anak konglomerat membuat kehidupan Anna menjadi sempurna. A...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌹Jangan Lupa Vote+Komen🌹
- - - - -
Fajar mulai menyingsing. Semua orang akhirnya bisa bernapas lega. Operasi sudah selesai dan Anna berhasil diselamatkan. Elio Family akhirnya berkumpul di ruangan yang tidak terlalu besar itu. Menunggu Anna siuman.
Sudah satu jam setelah operasinya selesai, gadis itu masih berbaring dengan sebuah infus yang terpasang di punggung tangannya.
"Kenapa Anna belum sadar juga?" Elvano terus mengulang pertanyaannya sedari masuk kedalam ruangan.
"Kan dokter udah bilang, El. Efek dari obat biusnya masih ada." Vincenzo menekankan perkataannya, sebenarnya dia sudah jengkel dengan kelakuan Elvano.
"Emang selama itu? Kan udah dari tadi Anna gak sadar," jawab Elvano. Semua orang yang berada di ruangan itu menghela napas. Kesal, itu yang mereka rasakan.
Raffaell menatap Elvano, "El, diem aja bisa gak?" tanya Raffaell.
Loid menatap Elvano, "Diam, El! Papa pusing, jangan banyak bicara, tunggu saja Anna sadar." Loid sudah sangat lelah mendengar Elvano terus berbicara.
Elvano akhirnya bungkam, tidak ingin dirinya menjadi target amukan dari ayah dan kakaknya. Keadaan menjadi hening setelah Elvano diam.
1
2
3
"ARGGHHH EL GAK BISA DIAM," teriaknya frustasi.
Raffaell menatap Elvano dengan tatapan tajamnya. "Mau ngerasain mulut Lo di jahit?" tanyanya menyeramkan.
Elvano bergidik ngeri, "Ngeri banget. Ya udah, El bakalan diem." Elvano pun menggerakkan tangannya di depan mulut seolah sedang mengunci mulutnya.
Kali ini, Elvano benar-benar diam. "Adem banget kalau si El diem." Ace yang sedari tadi diam pun berbicara. Dia sudah sedikit membaik setelah melewati masa kritisnya.
Sedangkan Vincenzo, dia menatap layar ponselnya yang menampilkan sebuah teks. Setelah membacanya, Vincenzo menaruh ponselnya kedalam tas.
"Pah, berita tentang kejadian ini sudah tersebar luas di Indonesia. Apa kita perlu menanggapinya?" tanya Vincenzo seraya menatap Loid.