Part 2

5.5K 439 27
                                    

HAPPY READING

Haruto bersorak ria saat melihat mobil yang mengantarkan dia pulang telah pergi, akhirnya dia sudah tidak perlu lagi memikirkan hal-hal yang mengenai biaya kuliah dan apartemennya. Karna sudah ada yang menanggungnya sekarang, tapi haruto jadi seperti mempunyai sugar dady mentoknya.

Brak!

"Tadaa! Surat resmi menjadi psikolog anaknya pak hyun!"

Haechan langsung saja menyemburkan minumannya, kaget dengan apa yang haruto tunjukkan. Sungguh-sungguh kah temannya ini berkerja dengan keluarga kim, salah satu keluarga yang sangat bisa dibilang terpandang di korea dan dunia.

"Ru...lo nggak bohong kan?"

Haruto menggeleng. "Buat apa gua bohon soal ini, nih ada tanda tangannya."

Haruto menunjuk kearah dimana tanda tangannya berada, dan juga tanda tangan milik pak Soohyun yang tertera sangat jelas surat tersebut. Bagaimana mungkin dia mau berbohong dan memalsukan surat yang sudah sangat jelas ini, ditambah juga gajinya yang lumayan.

"What- ru selamat njir! Jangan lupa gua traktir makan loh." Haechan menepuk pelan pundak haruto, kagum dengan teman anehnya ini yang bisa-bisanya dia kerja disana.

Haechan terdiam, dia rasa haruto belum juga lulus kenapa sudah bisa menjadi psikolog dadakan. "Lo belum lulus kan? Kok bisa jadi psikolog beneran?"

"Hehehe, sebenarnya pak Soohyun itu...."

Jeda haruto membuat haechan tambah kepo dengan apa yang akan diberitahukan oleh haruto, namun sepertinya harus dia pukul dulu supaya sadar.

"Cepetan bego!" Sentak tidak sabaran haechan.

Haruto melotot tajam saat dirinya disebut bego, padahal dia termasuk tiga terbaik yang akan lulus tahun ini. Tidak seperti haechan yang masih tahun depan, karna dia mengambil kedokteran katanya ingin menjadi dokter bagi pacarnya itu.

"Sabar lah chan, gua lupa apaan tadi." Haruto menggaruk kepalanya bingung, kenapa jadi lupa sekarang.

Plak!

"Tolol emang! Buat gua emosi." Tutur haechan sedikit emosi.

Haruto mengusap-usap kepalanya yang diteplak menggunakan buku tebal milik haechan, lumayan sakit ini pukulan dari beruang bongsor.

"Sakit chan, tunggu dulu gua inget-inget bentar!"

"Terserah lo dah capek gua."

Haechan bangkit menuju dapur, untuk meletakkan kotak makanan tadi yang dia makan. Lalu kembali lagi dengan satu cola dan satu cup kopi ditangannya, melihat haruto yang sepertinya sedang berpikir mengingat-ingat.

"Nih cola, siapa tau otak lo langsung jalan."

Haechan menyerahkan cola tadi kepada haruto, yang diterima baik tentunya. Siapa yang tak mau jika ditawari cola, pastinya Haruto langsung saja menerimanya.

"Thanks sipaling tau gua."

"Gua gitu, kita udah hampir tiga tahun bareng ru."

Haruto mengangguk menatap haechan yang sepertinya memilih untuk minum kopi saja, hari juga sudah mulai malam.
Mungkin saja haechan ada tugas ataupun deadline seperti dia dan berakhir nanti bergadang bareng.

"Deadline?"

Haechan mengangguk. "Iya gitu, lo gimana diterima nggak?"

"Nggak, belum tapi gua dapet sesuatu yang fantastis!"

Menatap malas haruto, haechan lebih memilih untuk memainkan ponselnya sepertinya kekasih tampannya itu, sudah kembali ke Korea bersama temannya.

Haruto menyengrit saat melihat haechan senyam-senyum sendiri, seperti melihat sesuatu yang menarik. Dengan sepontan dia mengintip sedikit dari sebelah kanan, dan ternyata foto dari mark kekasih haechan.

Haruto Harem [ Psikolog?] EndDonde viven las historias. Descúbrelo ahora