FUTURE 9 : 𝓕𝓮𝓵𝓲𝓬𝓲𝓽𝔂

1.8K 318 51
                                    

Seperti di hari-hari biasa, Mashiho bekerja sebagai sekertaris Yoshi. Tapi kali ini interaksi mereka tidak sebanyak biasanya. Mashiho yang membatasi nya sendiri. Ia hanya melakukan sesuatu selayaknya bos dan karyawan.

Dan pintarnya Yoshi, ia malah melakukan berbagai cara agar bisa berinteraksi dengan Mashiho.

"Bisa ambilkan saya kopi?" Ucap Yoshi setelah memanggil Mashiho untuk mendekat ke arah meja nya. Jika biasanya Mashiho menerima dengan terpaksa, kali ini dirinya hanya mengangguk dan menurut. Ah, sepertinya kesalahan Yoshi lumayan fatal.

"Saya belum sarapan!"

Mashiho yang tadinya hendak meraih kenop pintu terhenti. Ia membalikkan badan.

"Pak Yoshi mau sarapan apa? Sekalian saya belikan." Ujar Mashiho.

Tapi ini bukan tentang sarapan, bukan begitu maksud Yoshi.

"Kamu nggak liat sekarang jam berapa?" Tanya Yoshi. Mashiho mengerutkan kening sebelum melirik ke arah jam dinding yang bahkan sebentar lagi menuju jam makan siang.

"Jam dua belas?"

"Saya punya penyakit yang namanya maag kata dokter." Ucap Yoshi lagi.

Kenapa Yoshi jadi mutar-mutar sih. Mashiho tidak mengerti kenapa bos nya begini.

"Jadi?"

"Nah, udah jam dua belas saya minta kopi padahal saya belum sarapan, saya punya maag. Terus kamu harus apa?" Yoshi merasa clue darinya sudah jelas.

"Pak yoshi mau saya beliin makanan kayak biasanya tapi dua porsi biar bapak sekalian bisa makan siang?"

Yoshi menghela napas frustasi. Ia menyugar rambutnya ke belakang, membuat tatanan rambut yang semula rapi jadi sedikit acak-acakan.

"Nggak gitu, aturannya kamu marahin saya, bilang gini 'Kamu harus lebih merhatiin kesehatan kamu'. Katanya kamu suka sama saya? Kok nggak perhatian seperti di film-film?"

Mashiho mengerutkan keningnya.

"Saya beliin makanan sekarang ya pak. Permisi."

Lagi-lagi saat Mashiho hendak pergi, Yoshi kembali menahannya.

"Nggak usah, saya nggak makan. Mati juga nggak ada yang peduli."

Mashiho menghela napas sebentar, ia tidak tahu kenapa Yoshi jadi lebih menyebalkan dari biasanya.

Yoshi sendiri juga bingung mengapa dengan dirinya. Tapi dia kesal saat tak mendapatkan atensi dari Mashiho. Yoshi bukan seseorang yang bisa mengungkapkan perasaannya dengan gamblang. Tapi di kehidupan ini, ia tak mau kehilangan Mashiho lagi.

"Terus bapak mau nya apa?" Mashiho seperti sudah diambang batas kesabaran. "Kenapa bapak uring-uringan kayak gini, saya bingung sama Pak Yoshi. Bukannya udah saya bilang sebelumnya kalo--"

"Saya nggak mau!"

Mashiho terdiam.

"Kalopun ada cara buat jauhin kamu, saya nggak mau. Kalopun saya bisa tanpa kamu, tetep aja saya nggak mau." Yoshi berdiri dari kursi kerja nya, pakaian rapi nya berubah, kancing kemeja atas yang terbuka seperti Yoshi merasa gerah padahal di dalam ruangan dilengkapi dengan pendingin ruangan. Dasi yang sengaja dilonggarkan. Jangan lupakan rambut yang tak lagi rapi.

Yoshi berkali-kali lipat lebih tampan jika berantakan begini. Terbukti dari Mashiho yang tak lepas pandangan dari Yoshi sampai laki-laki itu tepat berada di depannya.

"Saya butuh kamu dalam hidup saya. Bukan sebagai sekertaris tetapi sebagai pasangan saya. Kalo nggak sama kamu, saya nggak tau lagi mau sama siapa." Yoshi mulai menggenggam tangan Mashiho yang lebih kecil dari miliknya.

REWRITE THE HISTORY 2 : FUTURE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang