11. Ciuman Sebagai Permintaan Maaf

895 79 4
                                    

Jungkook POV

Sebelum Suzi meninggalkan perpustakaan, aku memintanya untuk segera memanggil Yoongi. Ketika Yoongi datang ke perpustakaan, Aku buru-buru berdiri dari kursiku.

"Yoongi, aku ingin kau membawa Jin ke sini sekarang juga." Aku memintanya dengan memelas, bahkan tidak membiarkan Yoongi mengucapkan salam terlebih dahulu.

"Tuan, aku akan melakukannya, tapi tolong jangan lakukan sesuatu yang mengerikan padanya. Dia sudah menghadapi banyak masalah. Jangan menambah masalahnya lagi—"

"Yoongi, tolong berhenti bicara. Pergilah sekarang." Aku memotongnya dengan tidak sabar. Dia bergegas keluar menuju pintu karena perilaku anehku, tapi sebelum dia benar-benar keluar, aku memberi tahunya sesuatu yang aku tahu dia pantas untuk mendengarnya. Aku ingin dia merasa lega.

"Kau benar tentang dia, Yoongi. Kau mengenalnya lebih baik daripada yang bisa dilakukan orang seumur hidup. Dia bisa menjadi apa saja, tapi dia bukan pencuri, tidak mungkin!" Yoongi terpaku ditempatnya berdiri sementara tangannya masih berada di gagang pintu. Dia berbalik ke arahku dengan sangat cepat dan aku mengangkat kotak biru tua yang masih ada di tangan kananku agar dia bisa melihat dengan matanya sendiri.

"Bukankah itu..." Dia tidak menyelesaikan kata-katanya dan malah tersenyum padaku seperti orang bodoh.

"Tapi jangan beritahu Jin kalau kau tahu itu. Aku ingin menjelaskan semuanya kepadanya secara langsung. Sekarang pergilah, Min Yoongi, dan hapuslah senyuman konyol itu dari wajahmu. Kau terlihat seperti orang bodoh." Aku mengatakan kalimat terakhir sambil marah-marah padanya.

"Aku akan kembali membawanya, Tuan, SEKARANG! Kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun." Dia berseru dengan riang untuk pertama kalinya sambil keluar dari perpustakaan. Namun, tetap saja, aku khawatir dan itu adalah sesuatu yang benar-benar pantas.

Setelah dia pergi, aku pergi ke kamarku di lantai dua dan berganti pakaian yang lebih nyaman. Sebelumnya aku tidak melepas pakaianku setelah pulang kerja dan langsung pergi ke perpustakaan. Setelah mengenakan pakaian santai, aku duduk di tempat tidur dan mulai membaca beberapa artikel di ponsel.

Setelah membaca beberapa lama, aku mendengar suara mobil di taman. Aku bisa mengenali suara mesin ini dari jarak bermil-mil. Yoongi sudah kembali, bersama Jin. Tiba-tiba, aku merasa gugup. Bagaimana aku bisa meminta maaf padanya? Apakah dia akan memaafkanku? Apakah aku pantas mendapatkan maaf? Aku tidak dapat menyingkirkan pikiran-pikiran itu dari benakku.

Ketukan di pintu membawaku kembali dari lamunanku. Aku menegakkan postur tubuhku dan menghela napas panjang, "Ya?"

Pertanyaan yang sangat bodoh! Aku tahu itu adalah Yoongi.

"Tuan, ini Yoongi. Aku membawa Jin sesuai keinginanmu. Dia ada di sini bersamaku sekarang." Yoongi berkata dengan suara pelan.

"Suruh dia masuk, Yoongi. Kau bisa pergi sekarang. Dan terima kasih."

Aku mengatakan kepadanya senormal mungkin bagiku saat itu. Saat membuka pintu, aku melihat Jin memasuki kamarku dengan ragu-ragu. Dia berdiri di samping pintu yang terbuka sambil memandangi lantai, menganggapnya lebih menarik daripada wajahku. Sejujurnya, dia punya hak untuk bersikap seperti itu. Lagipula, aku benar-benar brengsek padanya sesuai dengan panggilannya padaku saat pertama kali kami bertemu. Dia berdiri di sana tanpa mengatakan apa-apa.

"Tolong, tutup pintunya, Jin. Dan mendekatlah." Aku memintanya dengan sopan. Dia melakukan apa yang aku katakan, dan ketika dia akhirnya cukup dekat sehingga aku bisa melihat wajahnya, dia mulai berbicara.

"Tuan, aku tak bisa menemukan kalung Anda karena–"

"Aku tahu segalanya, Jin. Aku tahu kau tidak mencurinya." Ucapku memotong ucapannya.

"Benarkah, Tuan?" Dia bertanya, menatapku dengan ekspresi bingung di wajahnya. Dia terlihat seperti seorang hamster pada saat itu, membuatku ingin mencubit pipinya, tetapi aku menahan diri. Hampir tidak mungkin bagi seseorang untuk tidak memperhatikan kecantikannya.

"Ya, Jin. Karena itulah aku meminta Yoongi untuk membawamu ke sini. Aku ingin meminta maaf untuk semuanya. Dan juga, panggil saja aku Jungkook. Kau bukan pelayanku atau semacamnya." Aku menjawabnya. "Aku sangat menyesal, Jin, untuk semuanya. Jika kau bisa memberitahuku bagaimana aku bisa membayar kesalahanku, aku akan sangat berterima kasih."

"Tidak, Tuan... Ah, Jungkook! Kau sudah melakukan cukup banyak hal. Tolong tinggalkan aku sendiri." Ucapnya dengan suara yang murung yang membuatku sulit bernapas.

"Tapi, pasti ada sesuatu yang bisa kulakukan–"

"Tidak ada yang datang ke rumahku sekarang karena mereka percaya bahwa aku adalah pencuri; bahwa aku mencuri barang-barang mereka. Aku tidak bisa mendapatkan uang dalam dua hari ini. Aku harus menjual beberapa barang untuk mengisi perutku. Dan harganya pun tidak seberapa. Aku hampir tidak punya makanan yang layak akhir-akhir ini." Ucapnya, membuatku semakin merasa seperti sampah.

Ketika aku menatapnya dengan seksama kali ini, aku melihat bagaimana dia menjadi lebih kurus daripada terakhir kali aku melihatnya di depan rumahnya. Wajahnya pucat, dan raut mukanya menunjukkan rasa sakit. Dia kesakitan, dan ya, Itu semua karena aku.

"Aku benar-benar minta maaf, Jin. Aku bahkan tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya–"

"Apa kau menemukan kalungmu?" Dia bertanya padaku dengan cepat.

"Ya, orang yang mencurinya telah mengembalikannya." Aku menjawab pertanyaannya sambil menghela napas panjang. Setelah keheningan yang memekakkan telinga selama beberapa saat, dia menanyakan hal lain lagi. Pertanyaan yang membuatku takut dan tidak siap untuk menjawabnya, tapi aku sadar bahwa dia akan menanyakannya.

"Mengapa kalung itu begitu penting bagimu?"

"Itu adalah hadiah dari ibuku, ibu kandungku, bukan ibu yang kau temui. Dia sudah meninggal sekarang. Itu sebabnya-"

"Itu sebabnya kau telah mematahkan jiwa yang hidup untuk orang yang sudah mati. Jungkook, kau telah menghancurkanku." Mendengar kata-kata itu darinya mengingatkanku pada setiap tindakanku terhadapnya sekaligus.

"Aku peduli pada keluarga, dan aku juga tahu rasa sakitmu. Aku juga kehilangan ibuku, tapi bukan berarti kau punya hak untuk menuduhku atau orang lain dengan mudah." Dia mengeluarkan kata-kata itu dengan penuh perhatian. Bagaimana dia bisa memperlakukanku seperti itu padahal aku hanyalah seorang bajingan baginya?

"Kau benar. Aku turut berduka atas kehilangan ibumu. Jin... Bolehkah aku bertanya siapa nama lengkapmu?" Aku bertanya sambil menatap wajah cantiknya.

"Seokjin.. Kim Seokjin." Dia menjawabku sambil menatap kakiku.

"Aku berjanji akan membereskan semuanya, Seokjin." Aku mengungkapkan kata-kata itu dengan memberikan terlalu banyak tekanan pada setiap kata.

Dia menghela nafas, dan saat itulah mataku tertuju pada bibirnya. Bibirnya berwarna ceri, begitu plumpy dan indah sehingga jika aku tidak melihatnya sedekat ini dengan mataku sendiri, aku akan mengatakan bahwa dia memoleskan lipstik pada bibirnya. Tanpa sadar, ia tenggelam dalam pikirannya sambil menggigiti bibir bawahnya. Hal itu membuatku ingin mencicipinya lebih banyak lagi.

"Jadi, Jungkook, sekarang masalah kita sudah selesai, kan?" Dia bertanya menangkapku yang sedang menatapnya dengan penuh perhatian.

Aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Oleh karena itu, aku hanya mengangguk padanya sambil menatap bibirnya, bahkan tidak berusaha untuk menyembunyikannya darinya. Aku sangat ingin mengklaimnya. Dan itulah yang aku lakukan!

"Kalau begitu, lebih baik aku pergi... Uhhh!"

Tidak! Aku tak bisa membiarkan hal itu terjadi. Aku tak bisa membiarkan dia pergi. Aku menciumnya.

Dia begitu terpana oleh tindakanku dan tak bisa memahami kenyataan dari apa yang baru saja terjadi. Dia bahkan tidak menutup matanya. Aku benar-benar bisa merasakan ketakutannya menatapku sementara mataku terpejam.

Namun, aku tidak peduli. Aku akhirnya bisa tenggelam dalam bibirnya yang manis dan membuatku ketagihan.

Dia meletakkan kedua tangannya di dadaku, mencoba untuk menghentikanku, tapi tidak ada yang bisa menghentikanku pada saat itu, bahkan dia. Aku percaya itulah sebabnya dia akhirnya menyerah dan mulai membalas ciumanku.

What is Love? | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang