OA.3

90 11 1
                                    




































































































































"Kali ini, benar-benar aku bertanya, ada agenda apa?" Yang Bingyi merasa perlu sekali bertanya, karena keadaan di rumah seperti akan mengadakan syukuran besar-besaran. Sudah cukup ajang seleksi kemarin, pening bukan main.

Ayah tersenyum, keningnya bermain genit. "Ini modus pertemuan keluarga Song Xinran berkedok acara peresmian."

"Oh agenda perjodohan lagi.."

Suara malas sedikit lelah dari Yang Bingyi membuat Ayah mendecak. "Jangan melas begitu Bingbing! Kau harus melakukan pendekatan untuk mengetahui apa Song Xinran cocok atau tidak denganmu. Kalau kau setuju, Ayah akan segera membicarakan perjodohan dengan orang-tuanya."

Yang Bingyi mengangguk saja, menarik dirinya duduk kembali pada sofa cokelat. Hawa terasa semakin suntuk terlebih staf rumah timbul membawakan sepasang sepatu, kemeja berbalut jas, celana bahan hitam, dan aksesoris seperti jam tangan serta cincin silver polos.

Ini dia, kesempurnaan yang malas ia miliki.

"Kau harus pintar dalam mencari topik obrolan. Ingat! Song Xinran ini aktor, dia akan pandai mengolah situasi, jangan sampai kau canggung sendiri."

"Iya cerewet!"

Ayah hampir menepuk bahu Yang Bingyi keras seandainya tidak mengingat ini adalah bentuk bujukan agar si keras kepala itu menerima ide menikah. Ayah menggeleng kepala, Yang Bingyi adalah duplikat dirinya, dia semestinya paham. "Cepat bersiap! Sebentar lagi di ruang makan kita masuk. Mereka ada di sana."

Kembali lagi di sesi memilih jodoh, Yang Bingyi menghela napas. Perasaannya tidak terjelaskan. Dominan lelah sebenarnya. Apalagi setelah semua fasilitas mahal Ayah usai dirinya kenakan. Dilihat dari cermin kamar, Yang Bingyi nampak rupawan rapi begitu.

Tapi menjadi direktur atau pemimpin perusahaan besar bukanlah impian. Yang Bingyi tidak pernah berhasrat menjadi manusia yang setiap harinya dibalut pakaian formal. Membayangkan saja sudah melelahkan.

Ayah lantas tiba, dia merangkul Yang Bingyi dan tersenyum bangga saat berjalan masuk ke dalam ruang makan. Keluarga Song terpanah hingga bertepuk tangan. Yang Bingyi pun bisa melihat gadis itu, Song Xinran tersenyum manis padanya.

Benar, Song Xinran seperti malaikat, apalagi dress abu-abu selutut itu menambah ayu segala sisi tubuh rampingnya.

Saliva mendadak kering, Yang Bingyi berdeham gugup. Apalagi ternyata tempat duduknya sengaja berdampingan. Sempat dia melirik Ayah jengkel, memikirkan betapa niat Bapak kumis ini. Tentu saja dia cuma belum siap.

Katakan saja, pengalaman nol dalam bercinta, mana mungkin Yang Bingyi percaya diri. Keder total dia saat Song Xinran tersenyum jelas dari sampingnya.

"Terima-kasih kepada keluarga Song yang sudah menyanggupi undangan hari ini, sekaligus peresmian sponsor perusahaan Song dalam peluncuran produk iklan terbaru." Ayah dan ucapannya terdengar bijaksana membuka pertemuan di ruang makan hari itu.

Orang-tua Song Xinran menyampirkan senyum begitu hangat. Yang Bingyi melirik deg-degan pada setiap personil keluarga, termasuk Song Xinran.

Alah! gadis ini, manisnya membuat Yang Bingyi berdeham beberapa kali, sampai Ibu di seberang meja mengangguk kepala untuk meyakinkan. Tidak! Sebenarnya dia tidak jatuh hati sedalam itu, tetapi efek visual luar-biasa Song Xinran jelas mesti dipuji. Semua kaula muda pasti ikut setuju dengannya.

Orion AgustusWhere stories live. Discover now