1. Teman Baru

76 10 0
                                    

Aku belum memberitahu ya, papaku kerja sebagai manager disebuah perusahaan jam tangan. Sepertinya beliau sangat suka dengan benda yang mengingatkan kita akan waktu.

Rumah yang aku tempati sekarang juga sebenarnya pemberian teman papaku, tepatnya sang pemegang saham perusahaan.

"Hyun, kamu bener mau ngulang kuliah dari awal lagi?" tanya papa disela-sela sarapan pagi

"Iya. Biar otak hyun kerja lagi, udah terlalu lama dipake istirahat. Lagian kalo hyun kuliah lagi kan jadi punya temen, engga cuma ngurung diri di rumah."

"Ya udah. Oh iya, kalo bisa kamu belajar bahasa China juga ya, jangan ngandelin bahasa Inggris mulu, takutnya kamu jadi susah buat bersosialisasi."

"Iya papa. Hyun lagi belajar kok sama Cha-"

"Hmm? Kamu udah punya temen?"

"Eh engga kok pa, maksudnya hyun lagi belajar sendiri."

"Papa berangkat ya. Jaga rumah, kalo mau pergi kunci pintunya." papa mengacak rambutku pelan, hal yang membuat raut wajah Charles berubah iri

"Kamu jangan gitu dong, kamu kalo lagi iri sama kesel jadi serem mukanya!" ujarku pada Charles setelah papa pergi

"Ya ya ya, terserah," sahutnya

"Kalo besok aku masuk kuliah, kamu gimana? Tetep di rumah kah?"

"Biasanya sih ditempat kuliah banyak hantu ganjen, jadi engga deh, aku di rumah aja."

"Ya udah. Temenin aku beli keperluan kuliah yuk! Dari pada di rumah terus."

Charles meninggalkan ku begitu saja, dasar hantu aneh!

"Oh gitu. Ya udah, aku pergi. Bye!" ucapku sambil berlalu keluar lalu mengunci pintu

Rasanya sangat berbeda saat aku keluar rumah setelah sekian lama mengurung diri.

Oh iya, kata dokter perlu sekitar dua sampai lima bulan terapi agar aku bisa kembali jalan normal. Ya walau sebelah kakiku tetap hanya menggunakan kaki palsu yang tidak bisa dipakai jalan dengan sempurna.

Sungguh penyesalan yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidup. Seandainya waktu itu aku tidak coba bunuh diri, mungkin sebelah kakiku tidak akan di amputasi karena ditembus ranting pohon.

Aw, mungkin kalian ngilu mendengarnya. Tidak apa, setidaknya kalian tahu penyebab ini semua.

Tempat pertama yang aku kunjungi adalah perpustakaan. Yang pasti untuk mencari buku-buku sesuai jurusan kuliah yang aku pilih. Kalau waktu di Seoul aku mengambil jurusan manajemen, sekarang di Jilin aku mengambil jurusan psikologi. Sepertinya itu pilihan bagus. Aku berpikir kalau mempelajari psikis itu menyenangkan. Entahlah, semoga saja.

"Thanks," ucapku

"Ah nee, gwaenchana."

Sepertinya keputusanku untuk pergi ke perpus itu tepat. Karena disana aku bertemu seseorang yang juga berasal dari Korea saat tak sengaja aku menjatuhkan buku dan dia yang mengambilkan.

"Kamu dari Korea?" tanyaku to the point, sedikit ragu karena wajahnya tidak seperti orang Korea

Ia tersenyum lalu mengulurkan tangan. "Nee, Sim Jaeyun. Panggil aja Jake, korea-Austra, jadi mukaku engga keliatan Korea banget," ujarnya seakan tahu isi pikiranku

Aku membalas uluran tangannya sambil tersenyum. "Won Hyunsik."

"Mau kuliah jurusan psikolog?" tanya Jake, sepertinya dia membaca sampul dari buku yang tak sengaja ku jatuhkan tadi

"Iya."

"Kuliah dimana?" tanyanya lagi

"Di Nanjing University, baru rencana sih belom kesana."

Not Lonely || Hyunsik [On Going]Where stories live. Discover now