bab 17

28 14 43
                                    

- S E N A N D I K A -

Wacana dengan diri sendiri dalam drama mengungkapkan perasaan....

Back view to 1627

Moehammad attaradzkha.

°°°

Milani seorang gadis kembang desa tunarungu kesehariannya bermain di ladang bersama kedua orang tuanya, terkadang Ia terlihat tengah berjualan sayuran di pasar. Wajahnya kekuningan langsat bersih seolah-olah mengenakan produk kecantikan termahal. Padahal di zaman ini produk kecantikan jarang ditemukan dan diperjual belikan hanya kaum berada yang mampu membeli dengan harga selangit itu.

Hari itu Milani berlarian kecil menyusuri pinggir sungai sebagai jalan pintas menuju ladang sawah dimana kedua orang tuanya bekerja sebagai buruh tani. Gadis itu periang siapapun yang memandangnya akan terpana lupa akan daratan. Wajahnya bak seorang putri di zaman kerajaan membuat siapapun melupakan derajatnya yang seorang tunarungu miskin dan melarat.

Attaradzkha tengah melakukan penelitian terhadap kehidupan orang-orang di tempat terpencil dimana Milani berada, awal pertemuan mereka adalah pinggir sungai itu. Attaradzkha tidak berani mengambil langkah tuk mendekat hanya berani menatapnya dari kejauhan di balik pohon rindang, Pemuda itu tersenyum lembut memandang penuh puja terhadap Milani.

Hari-hari telah berlalu dan attaradzkha tidak memiliki kemajuan sedikitpun tuk mendekati Milani hanya berani menatapnya dari kejauhan. Saat kegundahan hatinya melanda Ia segera pergi menuju pinggir sungai menapaki setiap jalan yang pernah Milani lalui.

Siapa sangka malam itu Ia memiliki kesempatan untuk mendekati Milani dengan gugup Ia melangkah menuju Milani dan berdehem singkat. Matanya lurus memandang (unjun) yang tengah Milani pegang erat. Gadis itu tengah memancing ikan dengan duduk di atas bebatuan.

Ia terpenjat kaget sesaat. “Senandika... Ada gerangan apakah saudaraku?” Melodi indah itu menyapu Indra pendengaran attaradzkha membuat debaran jantungnya kian memacu, Ia memalingkan wajahnya dan berdehem singkat lagi.

“Saya berasal dari kejauhan negri ini.. Bolehkan tuk melamar mu?” Milani tersentak kaget pegangan pada pancingan ikan itupun terlepas. Ia terdiam membeku ditempat Attaradzkha yang salah faham menanggapinya sebagai tidak suka, Ia mengira ditolak secara tidak langsung. Dan pergi begitu saja dari sana belum sempat mendengarkan jawaban dari Milani.

'Abah mengatakan jika gadis itu tunarungu... Lantas tadi?' Dia terdiam sejenak di tempat, kalau tidak salah ingat dia mendengar cerita warga setempat tentang gadis itu di bawa oleh kedua orang tuanya berobat.

Jadi begitu.

Milani duduk termenung mencerna apa yang telah terjadi, bagaimana bisa seorang pemuda kaya raya mengatakan ingin melamarnya? Di keluarganya pemahaman tentang keluarga kaya amatlah buruk. Tentang penyiksaan yang mereka lakukan terhadap Ibunya. Tentang cara mereka memperlakukan wanita seolah-olah memperlakukan nya seperti barang sekali beli.

Wanita tidak berharga dimata mereka, wanita hanyalah pemuas nafsu belaka.

Mengingatnya Milani bergidik seram. Bagaimana ini? Apakah dia harus melaporkan nya kepada kedua orang tuanya.

Sejak hari itu attaradzkha tidak pernah berhenti untuk mendekati Milani segala cara Dia lakukan selama setahun penuh perjuangan nya tidak sia-sia kini gadis itu telah sepenuhnya resmi menjadi wanitanya. Menjadi istrinya seutuhnya Setelah Acara resepsi berakhir dengan pulangnya para tamu undangan Mereka kembali kerumah kedua orang tua Milani.

Attaradzkha meminta izin untuk membawa Milani kerumahnya. Dengan rasa gundah dan berat hati Anila mengizinkan attaradzkha membawa putri semata wayangnya. Sebelum mereka pergi Johr Ayah Milani menghentikan langkah mereka dan mendekat membisikkan sesuatu kepada attaradzkha lalu mempersilahkan nya membawa putrinya pergi.

Senandika [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang