kembali

128 2 0
                                    

verya darmierva, gadis keturunan france itu melangkah kan kaki nya di lorong senyap gedung apartemen nya yang berpusat kan di kota.

ramai nya kota tidak membuat nya seperti cukup punya waktu untuk setidaknya melirik kaca jendela lorong yang bertepatan langsung ke pemandangan kota malam.

verya terlalu lelah hari ini.

berhenti di depan pintu bernomor kan 21, menekan kan sandi digital dengan angka-angka gabungan dua tanggal kelahiran ia membuka pintu ketika berbunyi bip menanda kan ia dipersilahkan masuk ke rumah nya sendiri.

menghela nafas pelan, verya melepaskan sepatu hitam mengkilap bergaya bot nya dan menaruh nya di rak lalu berjalan masuk sambil berkata.

“aku..pulang.”

matanya menelisik ruangan bergaya klasik dengan dominan warna hitam dan cream di ruangan serta perpaduan putih, ruang tengah sederhana tanpa banyak barang melengkapi.

netranya terhenti mendapati sosok tenang yang duduk membelakangi nya di sofa putih di ruang tengah dengan tv tidak menyiarkan apapun selain layar hitam, ia mengerutkan kening nya lalu menatap ke arah lain.

menegup salivanya, verya menarik nafas dalam-dalam kala memperhatikan jendela luar menampilkan pemandangan kota malam dari lantai 5 apartemen, memberanikan mengalihkan pandangannya lagi ke sosok tegap itu.

kemudian kaki nya di arahkan tepat ke belakang orang itu, dengan hati-hati ia berdiri di sana lalu berkata lirih.

“kamu pulang..”

ujarnya sejenak tanpa sadar sudut bibir nya hampir terangkat kalau saja ia tetap menahan ekspresi dingin di wajah halus nan manis itu.

yang dikatakan tak bereaksi kemudian terdengar helaan berat dari pria yang duduk di sofa itu, ia berdiri dan menoleh menunjukkan senyuman kaku layaknya canggung.

pria dengan tinggi hampir sekitar enam kaki itu menatap verya, tatapan tanpa arti dengan senyuman yang tetap bertahan. membenarkan gulungan lengan baju kemeja satin putih nya, pria itu berdehem sebentar sebelum berkata.

“ya. aku pulang.”

ia memiringkan kepalanya lalu terkekeh ringan membuat verya yang sedari tadi hanya diam memperhatikan gerak geriknya sedikit berjengit, tawa halus itu cukup menyesakkan untuk di dengar tapi juga tidak rela saat suara itu mereda.

“...kamu, ga akan ngasih aku pelukan?”

pria itu kembali tersenyum lebar, wajah tegas dengan mata cokelat sedikit abu itu berbinar kala menatap mata perempuan di hadapan nya.

verya berdengung, mendengar itu ia tersenyum tipis dan menyugar rambut legam panjang nya yang terurai.

“lelucon apa itu, gar?”

mencairkan suasana verya melangkah ke dapur setelah melepas cardigan navy nya di atas kursi.

pria itu mengikuti si manis di belakang, bersandar di meja ia tersenyum tipis sambil memandangi punggung verya yang kesana kemari di dapur membuatkan minuman hangat.

“itu bukan lelucon, bukti nya aku gagal membuat mu tertawa.”

seakan dunia berhenti, agara tidak mengalihkan pandangannya sedetik pun atau berkedip dari punggung sempit perempuan yang terasa asing entah bagaimana.

bunyi antara gesekan sendok teh yang diputar dalam cangkir terhenti, verya terlarut dalam pikiran nya sesaat sebelum akhirnya berbalik dengan dua cangkir teh melati di taruh di meja.

“kau sudah cukup sering membuat ku tertawa gar.”verya duduk di sebrang meja diantara agara yang masih berdiri menatap nya dengan ekspresi sulit.

agara duduk, mengambil cangkir sederhana berwarnakan putih diisi teh hangat dengan aroma bunga melati menenangkan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Heartless Relationsh!p Where stories live. Discover now