6

1.9K 383 24
                                    

Vote dulu sebelum baca, kak 🧘🏽‍♀️

Di tengah matahari yang udah lumayan tinggi, Jiro baru aja sampai di rumahnya. Sendirian, Ayahnya udah pasti berangkat kerja dari tadi. Saat ini Jiro berdiri diam di depan kaca yang ada di dalam kamarnya. Jari-jari Jiro terangkat menyentuh tanda-tanda merah di lehernya. Untung yang keliatan cuma beberapa, sisanya masih bisa ketutupan baju.

"Padahal ini biasanya jadi tanda kepemilikan, gua belum jadi milik Aga aja udah dikasih beginian."

Jiro ngehela nafas. Dengan gontai dia berjalan menuju kasur. Pemuda itu akhirnya merebahkan diri. Baru merem bentaran, udah ada aja telepon masuk. Jiro berdecak kesal, tapi tetap liat siapa yang nelepon. Ternyata Si Dhira, cepet-cepet Jiro angkat teleponnya.

"Ayang~ kamu dimana? Masih di tempat temen?"

"Baru balik, nih." Jiro sempet bingung denger suara Dhira yang kayanya ceria banget. Padahal akhir-akhir ini Dhira kemusuhan gara-gara Jiro lebih sering sama temen sampai lupa ngasih kabar.

"Hari ini sibuk, gak? Ketemuan, yuk. Aku kangen kamu~"

"Boleh, boleh, tapi sore aja, ya? Kalo siang ini bakal ada kelas."

Setelah Dhira setuju, telepon akhirnya dimatikan. Jiro ngehembusin nafas lega karna dia bisa kembali memejamkan mata. Dia pengen tidur lagi beberapa menit sebelum nanti ada kelas. Kali ini Jiro harus masuk, soalnya kemaren dia tipsen gara-gara jagain Saga yang sakit.
.

.

.

.

.

Soreannya di sebuah cafe, Dhira udah duduk bersama dua cewe lainnya. Itu temen-temen Dhira, Yolli sama Tila.

"Dhir, lu serius mau ngenalin cowo lu ke gua sama Tila? Gak takut pacar lu diambil temen kaya orang-orang di luar sana apa?" Yolli membuka percakapan setelah barusan minuman yang mereka pesan akhirnya datang.

Dhira ngehela nafas sekaligus nge-roll eyes. "Gak, lah. Lu aja lesbi, Si Tila anti romantic, semua cowo aja selalu salah di depan dia."

Yolli terkekeh. "Iya juga, sih." Emang bener, di antara ketiganya cuma Dhira yang bisa pacaran sama cowo.

Dhira sama temen-temen sibuk ngegosip sampai akhirnya Jiro datang setelah tadi Dhira nge-shareloc. Jiro sempet bingung karna ternyata ketemuannya gak berdua doang, tapi ada cewe-cewe lain juga. Dhira meminta Jiro untuk duduk.

"Aku mau kenalin kamu sama temen-temen deket aku."

"Oh, iya. Kenalin, Jiro." Jiro tersenyum ramah menjabat tangan dua cewe di depannya.

"Gua Tila."

"Gua Yolli."

Tila senyum balik ke Jiro kaya orang-orang pada umumnya, cuma Yolli yang tampak gak bersahabat. Matanya seketika memicing penuh selidik. Untung Jiro gak nyadar sama tatapan itu, dia beranjak buat mesen minuman.

"Njir, cowo lu gak kaya yang di foto," bisik Yolli.

Tila ngangguk menyetujui. "Di foto ganteng, aslinya ganteng juga, sih, tapi kaya nyampur sama imut gitu."

"Iya, bikin curiga aja, tapi semoga gak." Yolli ngehela nafas. Tatapannya menerawang, sibuk sama pikirannya.

Dhira cuma bisa maklum sama tanggapan temen-temennya. Selesai Jiro mesen minuman, dia kembali ke tempat duduk bareng sama Dhira tadi. Mereka lanjut cerita-cerita buat mengenal lebih jauh satu sama lain.

"Ayang, kamu gak kepanasan apa pake hoodie kaya gitu?" Celetuk Dhira tiba-tiba.

Jiro tertawa canggung, seketika gelagapan. "Gak, kok. Orang di sini juga pake AC, kan."

Dilarang Maruk {BXB}Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt