AFFERO 04 - Nahkan, Untung Sayang

73 38 117
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bel masuk baru saja berbunyi, koridor dan kantin pun sudah mulai sepi, karena semua siswa-siswi sudah memasuki kelasnya masing-masing. Di tengah jam pelajarannya Bu Retno selaku kepala sekolah sekaligus guru BK, Fero tidak memperhatikan dan malah fokus ke ponsel yang ia sembunyikan di loker mejanya.

Pemuda itu tengah menunggu pesannya dibalas oleh kekasihnya di seberang sana. Padahal sedang online, tapi Dyezra sama sekali tidak membalas satupun pesannya. Boro-boro mau dibalas, dibaca saja tidak.

Fero sadar diri kalau ia yang salah di sini. Siapa yang tidak akan kesal kalau ada di posisi Dyezra saat itu? Bahkan ia pun mungkin akan langsung berteriak marah saat itu juga kalau gadisnya dikerumuni para laki-laki. Akan tetapi yang jadi masalahnya, Dyezra tidak berlaku demikian. Gadis itu malah memilih meninggalkannya dan membiarkannya dengan gadis-gadis itu.

Namun, ia juga yang akhirnya jadi kena imbas karena gadisnya ngambek dan tidak mau membalas atau membaca satupun pesannya.

"FEROOO! KELUAR DARI KELAS SAYA SEKARANG JUGA!"

Seruan menggelegar itu berasal dari Bu Retno yang saat ini tengah menatap tajam seorang pemuda di sudut sana. Sementara sang empunya nama hanya cengengesan di tempat sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Maaf, Bu." Fero langsung berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kelas. Pemuda itu tidak akan menang jika melawan guru killer tersebut. Jadi akan lebih baik kalau ia menuruti perintahnya saja.

Setelah keluar dari kelasnya, Fero kini berjalan lesu di sepanjang koridor. Ia bahkan bingung akan mengarahkan langkah kakinya ke mana. Akan tetapi netranya terus saja menatap layar ponselnya, berharap segera mendapat balasan pesan dari sang gadis yang terus saja berputar-putar di otaknya.

Namun sudah dua puluh bubble chat yang ia kirim tak juga dibalas oleh kekasihnya. Membuat pemuda itu lagi-lagi terdiam dan menghela napas lelah. Suasana koridor sangat sepi saat ini, yang terdengar hanyalah suara guru yang tengah menjelaskan materi di masing-masing kelas. Ketika langkah kakinya sudah menapak di lantai kelas XI MIPA-3, Fero berhenti sejenak dan mengintip lewat salah satu jendela yang terbuka.

Netranya langsung saja mengarah ke tempat duduk kekasihnya, tepat di samping Viona yang tengah asik berceloteh ria sembari mencatat materi di bukunya. Sementara Dyezra, gadis itu tampak diam saja sambil terus menatap ke arah papan tulis di depan sana.

Lagi-lagi, Fero menghela napasnya. Mungkin sudah terhitung enam kali pemuda itu menghela napas dalam lima belas menit terakhir. Bertengkar atau perang dingin bersama Dyezra adalah hal yang paling dihindarinya selama menjadi sahabat dan kekasih gadis itu. Didiamkan Dyezra lebih menyesakkan daripada diomeli atau dimaki-maki gadis itu habis-habisan. Tentu saja Fero akan lebih memilih Dyezra mengomel dan meluapkan amarahnya daripada harus didiamkan oleh gadisnya seperti ini.

AFFERO : The Secret of Galarzo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang