5. Roller coaster

7 1 0
                                    

Semesta baru saja selesai memarkirkan motornya. Di saat yang bersamaan pintu cokelat itu terbuka memperlihatkan sosok gadis berkemeja krem yang sedari tadi sudah siap untuk pergi.

"Nungguin apa?"

Alam tak menjawab, matanya fokus melihat mobil sedan abu yang berhenti depan rumahnya. Semesta yang jelas familiar dengan nomor plat itu pada akhirnya menghela napas.

"Lo ajak Bumi? Bukannya kita cuma berdua."

"Aku gak bilang cuma berdua. Lagian kalau rame makin seru kan?!"

Iya, bagi Alam! Tidak bagi Semesta dan Bumi yang berakhir saling menatap dengan tatapan yang seolah mengatakan "ngapain lo disini?".

"Lo gak ikut gue sama Alam ke taman hiburan kan, Ta?"

Semesta mendengus. "Menurut lo?!"

Sial! Pupus sudah rencana Bumi mengajak Alam berkeliling taman hiburan, berteriak riang di atas wahana kora kora atau saat dimana Alam memeluk tangannya karena takut dengan rollercoaster yang melaju cepat tak karuan.

Jika saja Semesta tak menyadari rasa sukanya terhadap Alam. Bumi pasti punya lebih banyak kesempatan mendekati Alam tanpa harus merasa terjebak dengan tembok yang dibuat temannya sendiri.

Satu-satunya hal yang membuatnya bingung sampai sekarang, kenapa Semesta tak memacari Alam jika memang suka?!

"Lam, lo kalau mau nemuin gue di sekolah, bilang dulu. Jangan kayak kemarin." Beo Bumi mengalihkan topik.

"Alam ke sekolah lo? Ngapain?" Celetuk Semesta membuat suasana hening sejenak.

"Mau ngajak Bumi. Hp ku mati, lagian sekolah kita deket makanya aku ke sana karena tahu Bumi belum pulang."

"Gue keluar, lo ngak ada lam."

"Ada anak geng. Males ngeladeninnya, bikin risih. keliatan liar gitu."

"Sekolah khusus putra rata-rata liar. Apalagi Madya yang sistemnya kacau."

Alam mengernyit "Emang iya? Sotoy ih."

Keduanya diam. Bumi dan Semesta malah saling melirik satu sama lain, berbicara lewat telepati yang hanya mereka ketahui.

🌱🌱🌱

Gadis berambut pendek sebahu itu berdiri tegang, T-shirt crop dan rok pendek selutut nya terus ia rapikan berkali-kali meskipun tidak ada yang kusut. Tak lama senyum mengembang di wajah datarnya melihat seseorang berlari riang menatapnya.

"Kamilaaa!" teriak Alam memeluknya.

"Udah lama ya nunggunya?"

Kamila menggeleng. Pandangannya terus teralihkan ke arah cowok berjaket hitam disebelah Semesta.

"Jadi selain Kamila, siapa lagi yang lo ajak?" Tanya Semesta membuat Alam cengengesan. Dia sama sekali gak bilang Kamila ikut.

"Kamila doang kok!"

Kamila Karmelia, ketimbang menyapa Semesta yang cuek padanya. Cewek itu lebih suka menatapi wajah ramah Bumi.

"Masih Inget gue?"

Bumi diam beberapa saat.

"Siapa?"

Jleb!

"Gue yang," Lagipula itu sudah sebulan lalu wajar kalau Bumi lupa kan? Tapi entah kenapa ada sesuatu yang runtuh di hatinya.

"Muka lo ngapa sedih gitu?!" Beo Bumi dibarengi tawa singkatnya.

"Inget kok gue! Sekali lagi makasih buat handuknya."

"?!?!" Kamila melongos.

Lucu lo begitu? Lucu hah? Untung gue sayang!!!

"Sorry gue becanda. Muka lo tegang abisnya."

"Hahaha, siapa yang tegang? Muka gue emang gini."

Alam cengengesan mendengar tawa kikuk temannya. Dia yakin Semesta juga bisa melihat seberapa gugup Kamila. Bumi biasanya tidak seramah ini, namun cowok itu memang tahu gimana caranya bersikap dengan orang yang sudah berbuat baik padanya.

🌱🌱🌱

"Lo tahu bagian paling seru di taman hiburan itu apa?"

Semesta menaikkan alisnya. "Apaan?"

"Tuh" Bumi menunjuk kereta yang melaju cepat di atas rel panjang dengan ketinggian ekstrim nan berkelok. "Rollercoaster!"

"Yang takut tinggi minggir dulu."

Ketiganya mendengus mendengar ucapan Bumi yang jelas-jelas meremehkan mereka.

"Kayak lo berani aja!" Beo Kamila membuat Bumi menatapnya lamat.

"Nantangin hm?"

"Nantangin hm?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gila lo gila. Alam, temen lo gila anjir!!!

"A-ayo!! Lo berdua ikut kan?"

Alam dan Semesta cuma diam saling menatap bingung. Detik-detik selanjutnya entah bagaimana kelimanya sudah berdiri menunggu giliran mereka menaiki rollercoaster.

"Lo gak papa?" Tanya Semesta menanggapi wajah pucat Alam. Asal tahu saja, terakhir kali naik rollercoaster berdua Alam sempat pingsan. "Kalau gak bisa naik, jangan maksa."

Alam meletakkan telunjuknya depan bibir. "Suttt, Bumi gak tahu aku pernah pingsan. Kalau mundur karna takut tinggi, ntar kepalanya makin gede!"

Semesta tergelak. Enggak biasanya Alam mengkritik Bumi seperti ini. Sedangkan orang yang dimaksud malah keheranan menatap dua orang di depannya saling berbisik dan tertawa.

"Bumi..."

"BUMI!"

"Eh Iya?" Beo Bumi kaget. "Kenapa, Mil?"

"Lo ngelamun?"

"Kagak." Gelengnya gelapan.

Kamila berdecih. "Kalau sampe lo pingsan. Traktir gue makan!"

Tanpa sadar Bumi mengangguk akan
taruhan mendadak Kamila. Cowok itu menghela lesu. Dibilang cemburu juga, apa hak Bumi?

Andai saja yang duduk disebelahnya bukan Kamila, andai itu Alam. Pasti cewek itu yang akan mencengkram lengannya sebagai sandaran, bukan Kamila Karmelia!

Dia pikir hidup aja yang naik turun selayaknya roller coaster, tapi nyatanya perasaannya juga

🌱🌱🌱

Hai hai. Gimana hari kalian? Aku jadi penasaran ada gak sih yang pernah ad di posisi Bumi?

Yang mau maju gak maju deketin alam kwkwkw, mau maju ada semesta ma mundur sayang-sayang perasaannya

Huhuhu 😭 Chan pernah abisnya 🙃

Bumi Dan Alam Semesta Where stories live. Discover now