ancaman dari Haruto

1.8K 171 19
                                    

Keadaan Haruto kini sudah mulai membaik, dia juga hari ini mulai masuk sekolah. Laki-laki berdarah Jepang tersebut memasuki rumah dan melihat ke arah suaminya yang tengah belajar.

"Lo udah pulang? Tumben," cetus Haruto.

"Hm, gitu lah," jawab Jeongwoo tanpa melihat ke arah Haruto.

"Gue tadi nungguin lo," katanya yang mana membuat Jeongwoo menengok dengan wajah penuh tanya.

"Untuk apa? Gausah aneh-aneh deh diluar apartemen," tegurnya yang mana hanya dibalas gedikan bahu acuh dari Haruto.

Haruto masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri di sana. Mereka kini tidur seranjang dengan guling di tengah-tengah sebagai pembatas walau begitu beberapa kali Haruto melempar guling tersebut karena kesal.

Pasalnya ranjang mereka terasa sempit menurut Haruto, mungkin efek karena Haruto selalu tidur sendiri dan sekarang harus berbagi belum lagi ditambah guling.

"Lo udah makan?" tanya Jeongwoo seraya menyembulkan kepalanya ke sela-sela pintu.

"Belum, mau makan bersama diluar?" tawarnya dan Jeongwoo tampak terdiam beberapa saat.

"Kita pesan saja bagaimana? Kalau diluar takut ada orang lihat," jawab Jeongwoo dan Haruto menyetujui usul Jeongwoo walau sebenarnya dia tidak masalah jika dilihat orang.

"Lo mau apa?" Haruto bangkit dari tidurnya dan membuka ponselnya.

Jeongwoo tampak berpikir keras hingga dahinya berkerut. Haruto sedikit bingung melihatnya karena suaminya tersebut ternyata terkenal cerdas, tapi lihatlah kini kebanggaan sekolah sedang berpose lucu hingga mengundang tawa Haruto.

"Mau spaghetti," kata Jeongwoo.

"Kakau spaghetti mending buat sendiri," jawab Haruto.

"Malas, tinggal pesan apa susahnya sih," tolak Jeongwoo dan Haruto hanya menurut saja.

Jeongwoo kembali belajar hingga tidak sadar jika Haruto tengah menatapnya. Haruto duduk di sofa seraya memainkan ponsel tanpa mengganti seragamnya lebih dahulu. Lelaki bermata serigala itu menoleh saat mencium parfum asing.

"Ganti baju sana," ujar Jeongwoo.

"Malas," jawabnya tanpa melihat ke arah Jeongwoo dan malah asyik bermain game online dengan Hyunjin.

[Siapa itu, To?] tanya Hyunjin dan Jeongwoo dengan cepat merebut ponsel Haruto, lalu mematikan micnya.

"Ceroboh banget kalau nanti temenmu denger gimana, goblok!" maki Jeongwoo.

"Hyunjin enggak se kepo itu dan gue bisa bohong kalau itu suara orang lain," jawabnya seraya merebut ponselnya kembali.

Jeongwoo mendengus kasar dan kembali belajar, tidak lama dia merintih sambil memegang perutnya yang perih. Haruto melirik, lalu melempar ponselnya dan beralih menggendong Jeongwoo.

"Ada yang sakit?" tanya Haruto.

"Perut gue sakit banget dari tadi," jawab dengan wajah memerah padam menahan sakit.

"Udah makan?" tanya Haruto kembali dan Jeongwoo menggeleng sebagai jawaban.

Haruto meletakkan Jeongwoo di ranjang, lalu pergi ke dapur mengambil roti tawar dan selai yang memang mereka stok untuk sarapan jika buru-buru. Dia langsung membuat roti bakar rasa kacang.

Setelah selesai dia membawanya ke kamar dengan segelas jus serta air putih. Dengan tergesa dia membantu agar Jeongwoo duduk.

"Sejak kapan lo enggak makan?" tanya Haruto seraya menyodorkan air putih.

"Em ..., tadi pagi? Entah lupa," jawabnya, lalu dia meminum air putih tersebut sedikit dan fokus ke arah roti.

Haruto mendengus kasar, dia tiba-tiba merasa kesal ke suaminya. Jeongwoo selalu cerewet saat dia sakit kemarin, tapi sekarang dia sendiri lalai dengan dirinya.

"Gausah belajar ambis deh mulai besok," cetus Haruto dan jelas raut wajah tidak terima langsung tercetak jelas di wajah yang lebih muda.

"Apa maksud lo ngantur-ngatur," balasnya dengan nada tidak terima.

"Kalau lo tetep ngeyel, gue setubuhi lo sekarang sampek lo sendiri susah bangun jadi enggak bisa pergi dari ranjang."

"Ta—"

"Gue beneran!" sela Haruto.

Jeongwoo tampak tidak terima, tapi dia tidak mau jika harus disentuh Haruto. Di sisi lain dia mau belajar juga.

"Iya-iya bawel lo!" kesal Jeongwoo.

Setelah maka roti itu tidak lama spaghetti yang dipesan akhirnya datang. Jeongwoo yang ingin makan langsung ditegur oleh Haruto dengan embel-embel 'perut lo butuh yang lebih berserat'.

Oleh karena itu mereka kini terdampar di rumah orang tua Haruto. Sebelum ke rumah orang tuanya lebih dulu dia mengabari mommynya.

"Anak mommy, sejak nikah enggak pernah main ke sini," sambut mommy Haruto.

"Mommy sendiri juga sibuk bisnis," jawab Haruto.

Jeongwoo menatap keduanya dengan tatapan bingung karena kini Haruto berubah menjadi anak penurut.

"Menantu mommy, bagaimana kabarnya?"

Mommy Haruto memeluk Jeongwoo dan menantunya itu hanya bisa menanggapi dengan canggung. Setelah sambutan kecil itu keduanya masuk ke ruang makan.

Jeongwoo langsung disuguhi dengan banyak makanan dan semuanya menggoda. Sejak menikah dia jarang makan masakan rumah.

"Makan yang banyak mantu mommy, maaf ya daddy masih lembur jadi enggak bisa pulang," kata mommy Haruto.

Setelah selesai makan mereka memutuskan untuk menginap. Sebenarnya itu karena paksaan dari Haruto karena dia yakin Jeongwoo akan menyentuh buku lagi bila di rumah.

"Besok pakai seragam apa?" tanya Jeongwoo.

"Seragam gue banyak," jawab Haruto seraya bermain ponsel.

Jeongwoo tiba-tiba saja ingin di peluk setelah melihat cuplikan sepasang kekasih di beranda sosial medianya. Dia menatap Haruto dengan ragu-ragu dia menarik ujung baju Haruto.

"Apaan sih, lo pikir gue kucing!" kesal Haruto.

"Gue boleh peluk lo enggak?" cetus Jeongwoo yang mana langsung membuat Haruto menoleh dengan raut wajah tidak percaya, tapi setelahnya dia langsung mengangguk dan tidak lama Jeongwoo langsung masuk ke dalam pelukannya.

Rasanya jantung Haruto ingin lompat saat merasakan kuatnya rengkuhan suaminya.

"Lo kenapa sih?" tanya Haruto seraya membalas pelukan yang lebih dan mengabaikan gamenya.

"Gara-gara video di beranda sosial media gue, anjing! Tadi ada yang pelukan."

"Nggak usah ngumpat, lo enggak cocok." Haruto memukul pelan bibir Jeongwoo hingga menimbulkan regekan dari yang lebih muda.

Haruto yang gemas langsung menggulingkan badan Jeongwoo ke ranjang hingga kini posisinya Haruto mengungkung Jeongwoo.

"Lo pernah ciuman sama cowok nggak, Woo?" tanya Haruto tiba-tiba.

"Enggak, gue enggak homo, ya!"

"Coba ciuman sama gue, yuk!" ajaknya dan Jeongwoo dengan cepat langsung berusahalah pergi dari kukungan yang lebih tua.

"Haruto lepasin gue, woi!" teriaknya, tapi Haruto malah terkekeh mesum yang mana membuat Jeongwoo semakin ketakutan.

Di tempat lain dua pemuda baru saja turun dari pesawat dengan kedua tangan saling bertautan. Keduanya tertawa ria seolah tidak ada beban padahal baru saja melaksanakan pertukaran pelajar.

"Yedam, langsung pulang atau mampir dulu?"

"Pulang aja," jawabnya disertai senyuman hangat.

.
.
.

"Anjing Haruto! Lagi ngegame malah afk sembarangan!" seru Hyunjin.

"Mulutnya bisa enggak biasa aja?" tanya Jisung dengan tatapan membunuh.

"Hehe, maaf sayang."

My Enemy My Husband (HJW)Where stories live. Discover now