E M P A T

4.9K 459 50
                                    

"What? Surat perjanjian seratus hari? apaan banget Bec?"

Seperti yang ada di dalam kepalanya, respon berlebihan itu akan Ia dapatkan dari kedua sahabatnya ini, tapi bagaimanapun itu adalah sebuah keputusan yang sudah Ia pikirkan matang-matang.

"Lalu, setelah 100 hari Kamu mau cerai dan pindah kemana?"

Becky meneguk es teh manisnya perlahan, hembusan nafas itu adalah jawaban, karena Irin dan Nop adalah sahabatnya dari semasa kuliah dulu, Mereka tau bagaimana sulitnya Becky untuk berada di tahap ini.

"Ya Aku sih belum tau ya, kali aja ntar ada rejeki, Aku bisa dimutasi kemana gitu. "

"Tsk, udah enak di Jakarta, malah nyari penyakit. "

Hanya gelengan kepala yang kedua manusia itu berikan, namun membuatnya berpikir lebih keras, akan kemana Ia nanti, dan apa yang bisa Ia lakukan setelah ini.

"Terus udah mulai?"

"Belum, besok deh kayaknya. "

"Ya udah, Aku sama Nop cuma berharap Kamu bisa dapetin apa yang Kamu mau Bec. "

Pelukan persahabatan, rasanya masih sama hangat seperti yang sebelumnya, menikmati bagaimana sebuah ketulusan itu memeluk tubuhnya erat, Becky menyukainya.

"Kemanapun Aku nanti, Kalian jangan menyalahkan Freen. "

🔺🔻🔺

Hari pertama.

Malam ini angin bertiup kencang, Becky menyukai sensasi dingin yang tercipta secara alami, kopi susu dengan kue pie coklat menemaninya, menonton serial favoritnya, sesekali tertawa, dan sesekali menangis.

Pintu kamarnya terbuka, biasanya hanya Bi Hanna yang masuk, itu juga meletakan makan malamnya, karena Freen tidak suka makan semeja dengannya.

"Kau tidak ingin makan malam Bec?"

Becky tersedak, mendengar suara yang jarang sekali Ia dengar, Freen berjalan mendekat, menyilangkan tangannya, menatap Becky dengan tatapan datar.

"Huh?"

"Kita mulai malam ini?"

"Ah?"

"Apa Kau berusaha menundanya?"

"Ah, tidak, oke Kita mulai dari makan malam?"

"Oke. "

Langkah kaki panjangnya mengikuti Freen, Mereka duduk berhadapan di meja makan, membuat beberapa pekerja di rumah itu menjadi bertanya-tanya tentang apa yang tengah terjadi.

"Makanan Nona Becky tidak di antar ke kamar lagi Nona Freen?"

"Tidak, mulai malam ini sampai 100 hari ke depan, Kami akan makan malam bersama di sini. "

"Ah baik. "

Suasana mendadak canggung, saat Freen meletakan satu mangkuk soup dan satu piring nasi di hadapannya.

"Kau racik sendiri, Aku tidak tau seleramu. "

"Ah, oke. "

Becky sedikit salah tingkah, tapi bisa Ia kendalikan, makan malam dengan diam, mungkin ini baru hari pertama, Ia bingung harus memulai dari mana.

"Besok libur, mau kemana?"

Gadis itu tersedak, Freen seakan tidak bosan memberinya serangan tiba-tiba, wanita itu terlalu sat-set-sat-set.

"Aku mau ke stasiun atau ke jalanan yang banyak kucingnya. "

"Ngapain?"

"Street feeding, Aku sering ngelakuinnya setiap week end atau libur tanggal merah. "

"Oke. "

Cukup bingung dengan respon cepat Freen, tapi Becky tidak peduli itu, Ia sangat senang, karena selama ini mimpinya adalah membawa Freen mengenal sekitar, yang terkhusus kucing, bagaimana spesies lucu itu bertahan hidup di dunia yang kejam ini.

"Selesai makan, Kau bisa ke kamar Ku. "

"Oke. "

"Ah, pindahkan bajumu juga Babe. "

"Ah iya, Babe. "

Panggilan itu, dulu hanya dirinya yang menggunakannya, tapi sekarang Freen juga mengatakannya, walaupun masih sangat kaku untuk di dengar.

"Bi Hanna, tolong bantu Becky untuk memindahkan bajunya, yang penting dulu aja. "

"Baik Non. "

"Aku mau mandi dulu Babe, selesai makan Kau masuk saja, pintu tidak Aku kunci. "

Serasa mimpi, Becky di bawa terbang ke atas awan, dengan harapan-harapan yang terjalin di kepalanya, tapi Ia tidak bisa senang dulu, karena kenyataan kadang sejahat itu.

Waktu terasa cepat berlalu, hingga langkah kaki dengan wajah gugup itu sudah ada di depan pintu putih kamar milik Freen, Ia mengetuk perlahan, saat pintu itu terbuka pandangan Mereka bertemu, Freen memutusnya terlebih dulu, dan mempersilahkan Becky untuk masuk.

"Apa harus deep talk?"

"Tidak usah, Aku tau Kau pasti tidak menyukainya. "

"Oke, selamat malam. "

Tidak ada lagi gerakan tambahan dari Freen walaupun Becky sebenarnya berharap mendapatkan ciuman dan ucapan selamat tidur dari Freen, tapi seharusnya Ia tidak berharap lebih.

🔺🔻🔺

05.30 WIB.

Morning person, Becky adalah bagian dari itu, menyiapkan dirinya, tapi tidak dengan perlengkapan Freen, Becky masih harus mendapatkan ijin dari istirnya itu untuk menyentuh apapun.

Mungkin Ia akan memilih untuk menyiapkan makanan saja, setidaknya Freen masih mau memakannya sesekali.

Seperti biasa, Bi Hanna sudah siap dengan alat sapu dan pelnya di pagi buta ini, dan Becky kadang membantunya, gadis yang ringan tangan tidak peduli apa tahtanya di rumah ini, mengaji pekerja rumah tangga bukan berarti tidak memanusiakan Mereka juga.

"Nona Bec mau minum apa ni biar kerja pagi Kita semangat?"

"Teh aja Bi, ah sama gorengin roti coklat itu dong Bi. "

"Siap Non. "

Biasanya Freen jarang di rumah, atau bahkan dalam sebulan hanya beberapa kali, mengecek apapun yang kurang, karena bagaimanapun Becky adalah tanggungannya, dan jika Freen di rumah, Becky jarang keluar kamar.

"Babe, morning. "

Becky terperanjat kaget, pasalnya muka bantal Freen menghiasi penglihatannya, jarang Ia melihat bagaimana wajah bangun tidur istrinya itu, karena intensitas pertemuan Mereka yang kurang.

"Kamu ngapain pegang sapu?"

"Ah, biasa Babe, Aku mau bantuin Bi Hanna. "

"Bantuin?"

"Ia, biasanya pagi-pagi kalau gak ada jadwal ya Aku bantuin Bi Hanna, Kamu biasa nginep di apartemen sih makanya gak pernah liat. "

"Hmm, "

Tidak ada obrolan lagi, karena Freen memutuskan untuk pergi ke balkon untuk menghirup udara segar, Becky tidak mengikutinya, masih ada rasa canggung yang menyelimutinya.

"Tsk, gimana mau lancar Bec, Kamu aja takut buat mulainya. "

🔻🔺🔻

Hay guys, tanggal 1 nya gimana?, lumayan bikin cenat-cenut ya, cuma sedikit saran dari Gue, apapun pilihan Mereka itu hak Mereka, Kita cuma fans, dari awal juga Mereka udah bilang kalau hubungan Mereka ya sister premium aja.
.
.
.
Yang bilang fan service, menurut Gue salah besar, Freen dengan semua love language yang Ia miliki itu pure, bahkan Dia kasih kesemua orang, Dia treat Becky like a queen karena Dia sayang sama Bec, jujur Gue ngelakuin hal yang sama kalau Gue sayang banget sama seseorang, tapi hidup harus realistis, "gak semua cewe itu belok", jadi mungkin yang Freen lakukan ya sekedar bentuk kasih sayang Dia sama adiknya.
.
.
.
Kecewa boleh, tapi satu yang harus Kalian inget, Freen juga manusia, Dia berhak atas hidupnya, kerja Kita cuma support Dia, jadi Fans yang berhati nurani aja.
.
.
.
Sebenarnya bukan Freen yang menyakiti Kita, tapi ekspektasi Kita sendiri.

After Met You (FREENBECKY)Where stories live. Discover now