is this real?

164 32 2
                                    

“Diminum dulu sayang sirupnya.” Mama Irene mempersilahkan Rosé dan Winwin untuk meminum es sirup yang telah ia buat susah payah. “Ayo, Win. Jangan malu-malu.”

Rosé mengambil segelas sirup yang berdesain ulir bunga. Menyesap nya sebentar kemudian sedikit berbasa-basi. “Hmm enak, tante.”

Mama Irene yang memangku anak Winwin pun membalas dengan candaan. “Iya enak, tinggal tuang ya. Praktis.”

“Kamu jadi pindah kapan, Win? Tante bantu sekalian sama Jaehyun biar anaknya nggak nganggur mulu.”

Wow, nganggur katanya? Mama nggak tau aja tadi sempet tengkar dulu sama Chaeyeon, dibilang tega sama crew gara-gara pulang duluan.

Jaehyun lantas menoleh, merasa ditelanjangi malu oleh darah daging nya sendiri, surga nya sendiri yang seharusnya dapat membanggakan putra satu-satunya ini.

Jaehyun tau, jikalau nasib nya saat ini dibandingkan  Winwin sekarang bak langit dengan bumi, tapi hey proses orang itu berbeda-beda.

Bagai robot yang dikendalikan manusia, pria itu memilih untuk tak berkomentar, Jaehyun yang hendak membuka mulut nya hanya bisa diam mengangguk.

Karena hal di depan matanya ini lebih membuatnya tak berdaya. Membuatnya kehilangan sendi tubuhnya, Jaehyun bisa-bisa limbung jika tak segera duduk di sofa tadi.

“Lusa, tante. Tapi nggak usah dibantu nggak apa-apa, Owin udah nyewa jasa nya. Udah sepaket sekalian bawa dari rumah sana.” jelasnya.

Mama Irene mengangguk. Tercipta sedikit keheningan karena Winwin dan Rosé mencicipi jajanan Mama Irene.

“Anak cantik, anak cantik. Mirip siapa kamu ya?” Mama Irene mengayun-ayunkan gendongannya.

Rosé yang masih mengunyah, sedikit menutupi mulutnya. “Mirip Winwin tante.”

Mama Irene menundukkan wajahnya guna meneliti figur wajah anak Winwin. “Iya, bibirnya mirip, tapi mata sama hidungnya mirip kamu, Rosé.”

Rosé terkekeh. “Iya tante.”

Sementara Winwin dan Mama Irene berbincang, mata Jaehyun melirik Rosé, wanita itu terlihat sangat anggun sekarang, aura keibuannya memancar jelas hanya dengan sekali lihat, sangat serasi duduk berdua dengan Winwin yang juga sama-sama memancarkan aura kuat. Yang sebetulnya ini adalah reaksi spontan Jaehyun, dirinya membandingkan dengan Winwin karena ucapan Mama Irene tadi saja.

Jaehyun tak percaya, dia benar-benar Rosé.

Rosé Paramita.

Rosé sedikit melirik Jaehyun, lalu sepersekon kemudian ia memalingkan wajah dan menelan ludah, seperti gugup? Atau ada hal lain dibenaknya kala bersitatap dengan Jaehyun.

Jelas, semuanya begitu rumit sekarang. Sulit dideskripsikan apalagi dijelaskan.

“Jaehyun tadi sempet lupa loh siapa Owin, terlalu lama pisah jadi gini.”

Jaehyun ngangguk. “Nanti tukeran nomor aja bro.”

“Siap.” jawab Winwin lalu beralih ke Mama Irene karena dia melirik foto keluarga yang terpajang di ruang tamu. “Om Endra udah dapet berapa tahun, te?” tanya Winwin hati-hati.

“Berapa Je? Empat tahunan kayaknya ya.” jawab Mama Irene.

“Maaf waktu itu nggak ikut pemakaman. Bener-bener nggak bisa ninggal kerjaan.” jawab Winwin merasa bersalah.

“Gapapa, Win. Baba kamu udah nyampein salam mu ke tante.” jawab Mama Irene.

“Iya, tante.”

“Namanya siapa tadi, Win, anak kamu?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When It HappensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang