zh' 11.00 - 21.00

178 11 0
                                    

11.00 - 12.30

Langkah kaki yang terasa berat untuk melangkah dipaksanya melangkah keluar dari kamarnya untuk menuruni tangga lalu duduk disofa tepat disamping adiknya, Yujin Zhang dan didepan Mama dan Papa.

“Baiklah, karena semua sudah berkumpul, Papa akan melanjutkan pembicaraan yang tertunda tadi malam. Keputusan Papa tetap sama, kita akan pindah ke Korea. Zhang Hao dan Yujin akan melanjutkan pendidikan disana. Papa tidak menerima penolakan seperti tadi malam—” Zhang Yixing menatap putra pertamanya karena mengingat apa yang terjadi tadi malam.

"Tidak! Aku tidak ingin pindah. Jika kalian ingin, kalian saja yang pergi. Aku dan Yujin akan tetap disini.” Yixing menatap putranya, “Zhang Hao, Papa mungkin tau alasanmu tidak ingin pindah. Tapi kau juga tau bahwasannya Mama dan Papa tidak bisa jauh darimu dan Yujin, jadi ini adalah keputusan terbaik. Ikutlah, Zhang Hao.”

“Pa, jika itu keputusanmu maka yang kukatakan tadi adalah keputusanku.” Jingyi mengelus tangan Hao yang mengepal, "Sayang, kamu coba selama setahun ya? Jika dalam setahun kamu tidak nyaman di Korea, maka kita semua akan pulang ke China. Bagaimana? Zhang Hao mau kan?” Jingyi menatap suaminya untuk melanjutkan ucapannya.

“Kembalilah ke kamarmu dan pikirkan apa yang Mamamu katakan, besok kita akan berkumpul kembali. Tidurlah, selamat malam.”

“— Kalian bebas melakukan apapun disana, entah itu bermain biola ataupun menggambar. Papa tidak akan melarang kalian.”

Yujin menatap Papanya dengan binar dimatanya, “sungguh? Yujin bisa menggambar sepuas hati Yujin?” Yixing tersenyum menatap Yujin, “tentu sayang, Yujin bisa melakukan apapun yang Yujin ingin.” Senyum Yujin semakin mengembang.

“Karena Zhang Hao diam sedari tadi, Papa anggap Hao setuju akan keputusan Papa. Kalian bisa berbicara, setelah itu kembali kekamar kalian untuk berkemas, besok kita akan terbang ke Korea.” Yixing mengode istrinya melalui mata lalu tersenyum begitu Jingyi mengangguk.

"Zhang Hao, jangan terlalu dipikirkan. Mama yakin kamu akan lebih bahagia berada di Korea.” Jingyi beranjak mengikuti suaminya setelah mengelus kedua kepala anaknya.

“Ge, apa kau tidak ingin bermain biola tanpa larangan dari Papa?” Hao menatap netra adiknya yang juga melihatnya, “apa Yujin senang kita akan pergi ke Korea?”

Yujin diam, bukan, Yujin tidak senang akan Korea, tapi Yujin senang karena jika mereka pergi ke Korea, dia bebas dari larangan Papanya. “Ge, tentu saja aku senang! Papa tidak akan melarangku untuk menggambar lagi, aku bebas melakukan apapun yang aku inginkan.”

“Dan Yujin percaya pada ucapan Papa?” Yujin mengangguk mantap, "tentu! Papa tidak pernah melanggarnya.” Zhang Hao membulatkan matanya tetapi dengan cepat mengubah ekspresi.

Zhang Hao lupa, bahwa Yixing hanya melanggar janji padanya, bukan pada Yujin. Zhang Hao lupa kenyataan bahwa Papanya sangat menyayangi Yujin daripada dirinya. Tetapi Zhang Hao lebih menyayangi Yujin dari siapapun, termasuk Papanya sendiri.

“Baiklah Yujin, ayo kembali kekamar dan berkemas.”

12.30 - 13.30

“Sial, kenapa harus Korea sih. Kaya gaada pekerjaan selain di Korea, Papa juga buat apa nerima pekerjaan disana.” Hao menggerutu sambil memasukkan bajunya kedalam koper miliknya.

“Apa Papa lupa sama janjinya, ya? Tapi, masa sih? Papa bukan tipe orang yang mudah lupa sama janjinya, kecuali sama gue sih. Ngomong-ngomong tentang janji, kayanya gue yang ngelarang Yujin ngelakuin ini-itu deh. Gue gamau kejadian itu terulang lagi.”

only words and deeds that I want to convey to you.Onde histórias criam vida. Descubra agora