8.

36 3 0
                                    

Ohh, ini luka bakar akibat terkena loyang kue yang masi panas Ki. Jawab Tania.
"Ohh begitu, lain kali hati-hati Tan."
Iya Ki, pasti. Ucap Tania.

Mereka sudah sampai di warung nasi goreng. Masing-masing dari mereka memesan makanan dan minumannya sendiri-sendiri. Banyak topik obrolan yang mereka bicarakan seraya menunggu pesanan datang.
Tak terasa, pesanan datang di tengah-tengah obrolan mereka.

Ini kak pesanannya. Ucap pelayan yang tiba-tiba datang di tengah obrolan.
"Oh iya kak, terimakasih ya." Ucap Tania kepada pelayan tersebut.

Mereka menghentikan obrolannya dan fokus menyantap menu yang sudah datang.

Baru pertama kali aku makan berdua dengannya, rasanya berdebar-debar. Ucap Hilki dalam hatinya.

Seraya makan, Hilki sesekali melirik ke arah Tania, perempuan yang telah lama damba-dambakan.

Tak terasa, makanan mereka telah habis. Waktunya untuk membayar dan pulang.

"Ini pak, saya telah totalkan semuanya." Ucap Zevan.
Ohh iya, terimakasih ya.
"Iya pak, sama-sama."

"Ayo kita pulang adik-adik." Ucap Hilki.

Mereka bergegas kembali ke parkiran.

"Akhirnya, bisa duduk nyaman lagi di mobil." Ucap Hilki.
Memangnya kenapa Ki? Tanya Zevan.
"Capek hahaha."
Baru saja begitu sudah capek, bagaimana sih kamu ini. Jawab Zevan.
"Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan Van."
Hahaha, yasudah istirahat saja.

Zevan mengemudikan mobilnya untuk mengantarkan Tania terlebih dahulu. Selama di perjalanan, Tania dan Hilki tertidur. Tania bersandar di pundak Hilki dan Hilki bersandar di kepala Tania.

Nazwa menoleh ke arah belakang lalu ia terkejut melihat Hilki dengan Tania, sontak ia mengeluarkan ponselnya untuk memotret moment langka tersebut.

"Bub, lihat ini!" Ucap Nazwa.
Lahh? Hilki? Tanya Zevan seraya mengemudikan mobilnya.
"Iya Bub, ini Hilki!" jawab Nazwa seraya tersenyum.
Lucu sekali mereka ya bub? Tanya Zevan.
"Iya, mereka lucu sekali, kita kapan bub? Hahaha."
Ada-ada saja kamu ini.

Tak terasa, mereka sudah tiba di rumah Tania. Nazwa membangunkan Tania dan Hilki yang sedang tertidur.

"Heh, bangun!" Ucap Nazwa seraya mencolek mereka berdua.

Hilki terbangun dan terkejut karena ia tertidur disamping Tania.

"E-ehh, sudah sampai?" Tanya Hilki seraya tersipu malu.
Sudah Ki, coba kamu bangunkan Tania. Jawab Nazwa.

"Tan, bangun, sudah sampai." Ucap Hilki seraya menepuk tangan Tania.

Tania terbangun dan sontak meminta maaf karena tidur di pundak Hilki.

"Emm, e-ehh maaf Ki, gak sengaja." Ucap Tania.
Tidak apa-apa Tan. Ucap Hilki seraya tersenyum.

Tania lucu sekalii astaga! Ucap Hilki dalam hatinya.

"Ada yang tertinggal tidak?" Tanya Hilki.
Tidak Ki, tidak ada. Jawab Tania.

Eh, aku pulang terlebih dahulu yaa. Ucap Tania kepada Zevan, Nazwa dan Hilki.
"Iya Tan." Jawab mereka serempak.
Terimakasih ya, dadahh. Hati-hati di jalan! Ucap Tania seraya menunggu mobil Zevan pergi meninggalkannya.
"Sama-sama Tan." Jawab Hilki.
"Iya sama-sama cantik." Jawab Nazwa.

"Dadahh Tania!" Ucap Hilki seraya melambaikan tangan. Hilki tersenyum lebar kepada Tania.
Tania pun tersenyum, membalas senyuman Hilki.

Seraya hati Hilki berbunga-bunga, mobil melaju meninggalkan Tania.

"Ki, mau lihat tidak?" Ucap Nazwa.
Apa? Lihat apa? Ucap Hilki bertanya-tanya.
"Sebentar." Jawab Nazwa seraya mengeluarkan Ponselnya.
Apa sih?
"Nih!" Nazwa memperlihatkan poto Hilki dan Tania yang sedang tertidur dan bersandar ke satu sama lain.
Lahh? Apas sih? hapuss! Ucap Hilki.
"Ehh, gak, gak boleh hahaha." Jawab Nazwa seraya meledek Hilki.
Yasudah lah, bagaimana kamu saja wa. Jawab Hilki dengan eskpresi wajah yang kesal.
"Iya-iya Ki, aku hapus." Ucap Nazwa, namun Nazwa tidak sepenuhnya menghapus poto tersebut, sebelumnya ia mengirim terlebih dahulu poto tersebut kepada Zevan.
"Nih, lihat." Nazwa memperlihatkan proses penghapusan poto tersebut.
"Sudah kan?" Tanya Nazwa.
Iya Awa iyaa. Van, pacarmu sangat mengesalkan sekali! Gerutu Hilki kepada Zevan.
"Apa sih? Enggak kan bub?" Tanya Nazwa kepada Zevan.
Enggak bub, gak kok. Jawab Zevan.
"Tuh, gak kan? Huuu!" Ucap Nazwa.
Iya deh iya. Jawab Hilki seraya memalingkan muka.

Ki, mau pulang sekarang? Tanya Zevan.
"Sepertinya iya Van, takut dimarah orang tuaku jika pulang larut malam." Jawab Hilki.
Yasudah Iya Ki, kita langsung ke rumahmu saja. Ujar Zevan.
"Iya Van." Jawab Hilki.

Zevan dan Nazwa menuju rumah Hilki untuk mengantarnya pulang.

Ki, Aku akan menemui Ibumu sebentar ya nanti. Ujar Zevan.
"Untuk apa?" Tanya Hilki.
Meminta maaf dan menjelaskan kemana saja kita pergi tadi. Agar kamu tidak dimarahi Ki. Jawab Zevan.
"Yasudah iya. Aku juga berharap tidak dimarahi Van, setiap kali aku pulang bermain selalu saja dimarahi, aku muak aku bukan anak kecil lagi Van."
Jangan seperti itu Ki, itu pertanda bahwa orang tuamu menyayangimu. Ucap Zevan.
"Kamu akan merasakan kekhawatiran itu ketika kamu sudah menjadi orang tua Ki, nanti kamu akan mengalaminya." Ucap Nazwa menambahkan.

Hilki tertunduk karena semua ucapan Nazwa dan Zevan itu benar, ia tidak bisa membantahnya.

Tak terasa, mereka sudah sampai di rumah Hilki.

"Ki, parkir dimana? Tidak ada lahan kosong?" Tanya Zevan.
Di lapang saja Van, di depan. Jawab Hilki.

Zevan memarkirkan mobilnya di sebuah lapangan yang tak jauh dari rumah Hilki.

"Ayo." Ucap Zevan seraya keluar dari mobil.

Mereka minggalkan mobil dan berjalan menuju rumah Hilki yang tak begitu jauh.

"Lumayan rame ya di sini, tidak begitu sepi seperti di rumahku." Ujar Zevan.
Iya Van, di sini tidak terlalu sepi seperti di rumahmu, di sini ramai dengan anak-anak. Jawab Hilki.

Saking asiknya mengobrol, tak terasa mereka sudah sampai di rumah Hilki.

"Sini Van!" Ucap Hilki.

"Assalamu'alaikum." Ujar mereka serempak.
Waalaikumsalam. Jawab orang tua Hilki.

"Ibu, Ayah, ini Zevan dan Nazwa. Zevan yang sering aku ceritakan itu, sekarang dia berkesemaptan untuk datang ke rumah."

Zevan dan Nazwa bersalaman dengan orang tua Hilki.

"Oh iya Bu, datangnya saya ke sini, saya ingin meminta maaf telah mengajak Hilki bermain terlalu lama dan saya ingin menjelaskan kemana saja tadi kita bermain. Tadi kita pergi ke toko buku tempat Ibuku bekerja, melihat-lihat buku, kita juga sudah makan kok Bu. Saya harap Ibu tidak memarahi Hilki, kita juga tidak melakukan hal yang aneh-aneh kok Bu, hehe." Ucap Zevan kepada orang tua Hilki.
Oh iya nak, tidak apa-apa, Ibu sering memarahi Hilki itu karena Ibu khawatir dengannya, takut terjadi apa-apa di luar sana. Selagi acaranya jelas dan tidak aneh-aneh, Ibu tidak akan marah, terimakasih ya nak. Jawab orang tua Hilki sembari tersenyum.

Setelah Zevan meminta maaf dan menjelaskan semuanya, mereka memutuskan untuk pulang karena Nazwa pun tidak bisa berlama-lama di rumah Hilki karena ia dilarang oleh orang tuanya untuk main hingga larut malam.

Indah sekali hari ini. Ucap Hilki dalam hatinya seraya menutup mata lalu terlelap tidur.

Rumah Paling NyamanWhere stories live. Discover now