Bertemu Kembali

23.3K 754 8
                                    

Tokyo, Jepang.

Gerak lincah seorang bocah laki-laki yang sedang sibuk mengemasi seluruh mainannya kedalam sebuah koper telah mampu menyita perhatian Ibu-nya. Senyuman miris terukir jelas di sudut bibir wanita yang berdiri mematung di ambang pintu kamarnya. Melihat kegembiraan yang terpancar diraut wajah anak laki-lakinya yang berumur 6 tahun itu seakan mampu memporak-porandakan hatinya.

Mala sejujurnya terlalu enggan meninggalkan negara ini, bukan karena dia sangat mencintai negara yang bahkan sama sekali bukan tempatnya di lahirkan. Hanya saja, tempat yang nantinya akan mereka tinggali sangat ingin dia hindari, ada beribu rahasia dan kenangan disana.

 "Sudah mengemasi barangmu?" tanya seorang wanita yang baru saja keluar dari sebuah kamar yang bersebelahan dengannya. Wanitaitu membawa sebuah kotak besar di kedua tangannya. Sesekali meringis pelan karena harus menahan berat kotak itu. "Aku hanya akan membawa barang-barang yang penting saja. Tapi kenapa semuanya terlihat penting dimataku hingga akhirnya aku membawa semuanya?" gerutunya saat memandangi beberapa koper dan barang-barang miliknya yang tergeletak di atas lantai.

"Kamu juga membawa sebanyak ini, Mala?" tanya wanita itu pada mala.

"Tidak. Aku hanya membawa seperlunya saja" jawabnya malas sambil berjalan kearah dapur.

Haruka, gadis keturunan Jepang meski Negara asalnya bukan lah di sana itu menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah Mala. Keduawanita ini berteman baik sejak lima tahu lalu. Saat Mala datang ke Jepang tanpa arah dan tujuan, Harukalah yang membantunya. Memberikannya tempat berlindung dan juga mencarikannya pekerjaan untuk menyambung kehidupannya dan juga anak Mala.

"Kamu masih belum rela kita akan pindah ke Indonesia?" tanya Haruka saat dia menghampiri Mala yang duduk merenung di meja makan.

Mata Mala masih betah memerhatikan anaknya yang sibuk berjalan kesana kemari untuk memastikan kalau tidak ada satu pun mainannya yang tertinggal. "Aku tidak ingin mengambil resiko, Haru." Jawabnya lirih.

Haruka menghela napas gusar dan duduk disampingnya. "Resiko apa yang kamu maksud? Ayolah,La. Itu sudah sangat lama dan kamu harus melupakan masa lalumu itu. Lagi pula semua ini bukan kemauanmu atau pun aku. Perusahaan yang memutasi kita hingga kita diharuskan bekerja di perusahaan yang ada di Indonesia."

Beberapa hari yang lalu, Haruka dan Mala yang berada di sebuah perusahaan yang sama telah di mutasi ke Indonesia. Dan hal itulah yang membuat Mala terlihat gusar selama ini. Negara itu adalah satu-satunya tempat yang tidak ingin dia kunjungi lagi.

"Aku takut," gumam Mala pelan. "Aku takut jika nanti..."

"Dunia tidak sekecil yang kamu pikirkan. Move on, Mala. Jangan habiskan hidupmu hanya untuk mencemaskan hal yang tidak pasti. Bahkan seharusnya diumur yang sudah setua ini, kamu sudah harus menikah. Kamu ingin selamanya menjadi wanita yang tidak laku?"

Mendengar itu,Mala melirik Haruka yang berada disampinganya dengan kesal. Wanita bermata sipit itu menatapnya remeh. "Kamu pikir setua apa umurku? Aku ini masih mudah dan memangnya kenapa jika aku belum menikah?" omel Mala.

Haruka tertawa hambar, "Dua puluh tujuh tahun, tidakkah kamu merasa kalau kamu itu sudah tua?" goda Haruka, matanya berkilat jahil.

"Benar, lalu bagaimana denganmu, Haruka? Dua puluh lima tahun dan sampai detik ini kamu bahkan belum pernah menjalin hubungan dengan siapapun." balas Mala tak kalah sengit dan mampu membuat wajah Haruka merengut kesal. "Memangnya tidak ada satu pun pria di Jepang ini yang mampu melihat pesonamu, huh?" Mala tertawa menyebalkan."menggelikan." sambungnya lagi.

"Hei! Siapa yang tidak pernah berkencan? Kamu saja yang tidak tau. Lagi pula aku ini terlalu berharga untuk pria-pria disini." Protes Haruka tidak terima.

The Second WifeWhere stories live. Discover now