12. Pertunjukkan Memotong Tubuh Seseorang menjadi Setengah

105 20 5
                                    

DARIUS CIRCUS
THE MASTER WHO LOSES HIS HAT

— Pertunjukan Memotong Tubuh Seseorang menjadi Dua —

TERNYATA Darius payah.

Penyihir yang Bella kenal bisa melakukan dan menciptakan apapun, ternyata langsung mabuk hanya dengan secangkir arak jagung. Bella tidak mengatakan dirinya bisa lebih hebat dari itu, tetapi, untuk seorang Darius si pria dewasa yang berumur tidak masuk akal, setidaknya dia baru boleh mabuk dengan satu tong arak jagung. Bukan secangkir.

Kedatangan Luca yang susah payah menggendong Darius di punggungnya disambut heboh oleh Selena. "Astaga, apa kau baik-baik saja, Luca?" kata Selena, agaknya tidak peduli dengan Darius yang pingsan padahal kondisi pria itu lebih pantas dikhawatirkan. Bahkan saat Luca menidurkan Darius di kasurnya yang kini berseprai biru laut, Selena dengan matanya yang bergetar-getar masih memandangi wajah Luca seolah dia harus jadi orang pertama yang menolong Luca saat pria itu mengerutkan kening dan meringis sedikit saja.

"Apa yang Badut Pensil lakukan kepadamu?" Bella bergabung duduk di pinggir kasur, sedikit melirik Darius yang tidur seperti mati dan mendadak dia terserang melilit.

"Dia hampir memotongku," Luca menunduk, bahunya turun, masih terguncang. "Dia mengajakku bermain dengannya di pertunjukan memotong tubuh malam ini."

"Badut itu sialan sekali!" Selena marah. "Apa kau terluka?"

Selena terlihat ingin membuka kemeja Luca untuk memastikan apakah Badut Pensil membuat rajanya tergores, tetapi dia masih punya sopan santun. Sebagai gantinya, dia hanya terus-terusan menatap perut Luca dan itu akhirnya membuat Luca tidak nyaman.

"Aku tidak apa-apa, Selena." Luca beringsut mendekati Bella sambil menutupi perutnya dengan pelukan. "Untungnya Darius datang tepat waktu. Dia bilang dia yang akan bermain dengan Badut Pensil nanti malam. Tapi, bagaimana kalau dia tetap pingsan sampai nanti malam? Lagipula, apa yang terjadi padanya sampai bisa pingsan begitu?"

Bella tidak mau menceritakan yang sebenarnya terjadi kepada Luca, tetapi dia sedang tidak bisa merangkai cerita bohong dadakan. "Sebenarnya, itu—"

"Aku sudah sadar, Nak. Tidak perlu khawatir."

Tiga kepala langsung menoleh ke arah Darius. Pria itu acak-acakan seolah baru bangun dari tidur berdurasi satu tahun. Rambutnya dan kemejanya kusut, kedua matanya yang bengkak menunjukkan kalau dia sebenarnya keberatan karena harus bangun tiba-tiba. Bella tegang, khawatir Darius akan buka mulut dan bercerita kepada Luca kalau dia baru saja mabuk setelah minum berduaan di pinggir sungai bersama Bella. Namun, untungnya pria itu hanya memijat batang hidungnya kemudian turun dari kasur.

"Bagaimana denganmu?"

Luca berkedip-kedip polos. "Kau khawatir padaku?"

"Tidak, aku ingin marah." Darius berjalan sempoyongan ke arah meja, menuangkan air dari teko, dan menenggaknya buru-buru hingga airnya merembes membasahi leher. "Bagaimana bisa kau kalah padahal kalian dua lawan satu? Dua cuma punya satu kaki, sedangkan kau punya dua! Kau bisa saja melarikan diri saat dia baru mengajakmu. Dia tidak akan mengejarmu. Dia tidak bisa berlari."

"Dia membawa gergaji besar yang berdarah-darah! Semua orang akan takut duluan melihat itu!"

"Kalau takut, kau harusnya lari."

Luca berdiri, membuang napas kasar. Darius hanya tidak tahu betapa Luca sudah sekuat tenaga mencoba melawan kakinya yang gemetar hingga sedikit pun tak sanggup digerakan, apalagi untuk berlari. Namun, dia tidak akan menceritakan bagian itu kepada Darius. Dia tidak akan memamerkan kepengecutannya kepada Bella, yang berarti, Darius menang. Luca tidak punya alasan apapun untuk membela diri karena yang dia punya hanya kisah-kisah memalukan.

Darius Circus: The Master Who Loses His HatWhere stories live. Discover now