🦉Chapter 24 | Perang Dunia II

4.3K 221 148
                                    

🦉Chapter 24🦉- Perang Dunia II -

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

🦉Chapter 24🦉
- Perang Dunia II -


"Lo bisa jangan bikin adrenalin gue terangsang gini nggak, Frey!"

Freyya menautkan alis. Demi apa, setelah dirinya mencecar Gallan dari A-Z, tapi yang ada lelaki ini malah terangsang?

‘Emang boleh se-annoying ini?’ umpat Freyya dalam hati.

Gallan menyurai rambutnya sembari membasahi bibirnya. “Lo harus tanggung jawab.”

“Tanggung jawab? Tanggung jawab apaan?” imbuh Freyya semakin ketus. Lelaki aneh ini bicara apa? Maunya apa?

“Lo udah bikin yang ada di dalam sini hangat dan deg-degan.” Gallan mengetuk dadanya sendiri. “Such a bad ass girl,” umpatnya yang kali ini bisa didengar oleh Freyya.

Gallan menatap gadis itu dengan tarikan napas yang hampir tak terkontrol. Sungguh, sensasi aneh ini membuat sekujur tubuhnya terasa penuh adrenalin. Demi Neptunus, kenapa dia tiba-tiba merasakan gejolak adrenalin ini?

Freyya mengerinyit bete. “Asli, lo cowok yang paling bikin gue ilfeel sepanjang masa.”

Rasanya percuma gadis itu melontarkan kritikannya, karena respon Gallan justru malah salah fokus pada pesona seorang Freyya. Dia tau, ini adalah salah satu daya tarik inner beauty-nya yang memang bisa memabukkan lawan jenisnya, tapi Freyya tidak bermaksud untuk membuat Gallan merasakannya juga!

“Udah deh! I'am done with you.” Freyya mendecis kesal dan hendak pergi meninggalkan lelaki itu. Tapi Gallan malah menahan lengannya dengan pelan.

“Soal kritikan lo tadi, thank’s udah confessed ke gue,” ucap Gallan kemudian. Dia tau bahwa dirinya tidak boleh melewatkannya begitu saja meski hatinya masih terenyuh oleh pesona gadis di depannya. “Nggak semua orang bisa berani dan sejujur itu mengkritik personal gue. Meski gue punya prinsip, alasan, dan landasan dibalik sikap gue yang lo kritik itu, but I really … really appreciated it,” senyumnya simpul.

Freyya menarik tangannya dari pegangan Gallan dan menaikkan bahu sebagai respon atas pengakuan Gallan yang tidak diduga itu. “Nevermind. Gue nggak peduli lo mau nerima atau enggak. Yang jelas, lo harus tau bahwa nggak selamanya yang lo anggap benar itu juga benar buat orang lain.”

Gallan mengangguk sambil tersenyum kecil. Lelaki itu melihat ke arah langit dan menyadari matahari sudah tenggelam jauh di ufuk barat, bahkan di bagian langit di ufuk timur sudah mulai menggelap yang menandakan jam malam sudah tiba.

Freyya ikut melihat ke arah yang sama dan gadis itu spontan mengecek jam analog di pergelangan tangan kanannya. “Astaga, udah jam enam aja,” serunya, langsung bergerak hendak pulang.

“Lo mau pulang? Pake apa?” tanya Gallan cepat, membatalkan niat Freyya yang ingin melangkah memunggunginya.

“Ya iyalah, mau pulang, menurut lo?” celetuk Freyya yang mood-nya selalu bete jika berhadapan dengan lelaki ini. “Gue pulang naik ojol.” Lucunya meski bete, gadis itu tetap menjawab setiap pertanyaan Gallan.

THE REBELLOUSE! (On Going)Место, где живут истории. Откройте их для себя