🦉Chapter 25 | Balada Senja

4.3K 211 136
                                    

🦉CHAPTER 25🦉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦉CHAPTER 25🦉

- Balada Senja -


"Ngapain kalian di sini? Mau berbuat mesum ya!" seru security kampus itu yang langsung asal tuduh, mungkin dia terlalu berpatokan pada pengalamannya. Sebab selama ini dia memang sering kali memergoki sepasang mahasiswa yang tengah melakukan perbuatan tak senonoh di tempat umum.

"Astaga, enggak, Kang! Kami nggak ngelakuin yang aneh-aneh!" bantah Gallan cepat. Jujur saja dia cukup kaget dengan tuduhan yang tak berdasar ini. Dia panggil dengan sebutan 'Kang' melihat guratan wajah security ini tampak masih tergolong muda.

Matanya pun mengarah pada dua orang ketua komunitas kampus yang ada di belakang security itu. Yang satu adalah Rangga si ketua komunitas rohis, dan yang satu lagi Joseph si ketua pers kampus. Tentu saja Gallan mengenal mereka dan begitu pun sebaliknya.

"Serius, Kang. Kami nggak ngapa-ngapain. Nggak mungkin juga saya melakukan itu, coba tanya sama Rangga dan Joseph, mereka kenal saya dan tau betul bagaimana saya," bela Gallan dengan cepat. Dia ingin segera meluruskan kesalahpahaman konyol ini.

Security itu pun menoleh ke belakangnya, kebetulan tadinya dua mahasiswa itu dia jumpai di persimpangan dekat gedung pascasarjana ini, karena menuju arah yang sama makanya mereka bertiga jalan bersama sambil mengobrol. Tapi ternyata ketiganya malah mendapati Gallan dan Freyya berduaan di pojokan belakang gedung.

"Itu beneran? Kalian berdua kenal sama dia?" tanya security itu, tampaknya pria yang masih dua puluhan ini anggota baru di kampus, jadi dia tidak mengenal Gallan si Ketua BEM FEB, sebab biasanya security lama pasti akan kenal dengan Gallan dan para petinggi organisasi lainnya.

Rangga si ketua rohis pun menjawab. "Iya, Kang. Itu teman saya, namanya Gallan. Ketua BEM FEB," ungkapnya memberi informasi dan disertai anggukan oleh Joseph.

Gallan langsung menatap Rangga dan Joseph dengan pandangan berterimakasih karena mau sedikit bersaksi untuknya. Padahal dirinya dan kedua orang tersebut tidak begitu dekat dan hanya sekedar kenal nama dan status jabatan saja.

"Oh, begitu, ya." Security itu mengangguk-angguk dan kembali melayangkan pandangannya pada Freyya dan Gallan bergantian. "Lalu apa yang kalian berdua lakukan di pojokan sepi begini?" tanyanya lagi. Meski tau status Gallan, tampaknya itu tidak mempengaruhi kecurigaannya, dia malah tetap menginterogasi sebab itu adalah bagian dari kredibilitasnya atas pekerjaan ini.

Melihat Gallan yang mendadak bisu membuat security itu kini menunjuk pada Freyya dengan sorot mata penuh kecurigaan. "Kamu, tolong jelaskan!"

"Sa-saya, Kang?" Freyya mencicit pelan, kaget karena mendadak disuruh bicara padahal dirinya masih berusaha mengendalikan kebingungannya.

"Nama kalian siapa?" tanya security itu lagi tanpa ingin susah payah menunggu penjelasan dari Freyya, dia bertolak pinggang karena jujur saja peristiwa seperti ini bukanlah yang pertama kalinya dia hadapi selama bertugas di bagian patroli.

"Saya Louise Gallan semester 9, Pak. Ini junior saya Rebecca Freyya semester 7," jawab Gallan mewakili. "Kami cuma lagi ngobrol karena ada urusan. Sama sekali nggak ngelakuin yang aneh-aneh, Kang," ujarnya tetap berusaha tenang, diikuti oleh anggukan santai dari Freyya.

"Ya, tapi kenapa harus di sini? Memangnya tidak ada tempat lain?" tanya security itu lagi.

Gallan spontan melirik pada Freyya. Bertemu di belakang gedung pasacasarjana adalah ide dari gadis itu. Namun, tentu saja Gallan tidak dapat melimpahkan kesalahan karena dirinya sendiri juga setuju untuk bicara empat mata di sini.

"Well, ada hal privasi yang harus segera kami bicarakan, Kang," singkat Gallan yang kembali disertai anggukan oleh Freyya.

Security itu memandangi Gallan dan Freyya silih berganti. Menurutnya, seseorang yang kepergok karena hampir ketahuan pasti akan terlihat panik dan gelagapan. Sosok Gallan yang tampan dan Freyya yang cantik membuat keduanya sama-sama cocok tapi bisa saja itulah yang membuat keduanya sampai harus mojok di sini karena ketertarikan satu sama lain.

Melihat gelagat security yang tampak masih kurang percaya itu membuat Freyya akhirnya mengode Gallan agar lelaki itu lebih meyakinkan lagi, entah itu misalnya menekankan bahwa mereka bukanlah sama seperti oknum mahasiswa yang tak punya adab.

Yang benar saja, mimpi apa Freyya semalam sampai-sampai dituduh melakukan perbuatan mesum. Sungguh, berada di posisi ini membuat gadis itu merasa konyol dan malu sendiri, apalagi tidak hanya security yang menyaksikannya di sini, ada dua orang mahasiswa juga yang dia tau masing-masingnya adalah pimpinan di komunitasnya.

"Kang Satpam, saya berani jamin kalau kami nggak ngapa-ngapain. Anda bisa cek ke CCTV terdekat yang menyorot ke arah sini, karena kemungkinan besar sosok saya masih bisa terekam dari sana," tukas Gallan menunjuk kamera CCTV yang ada di teras samping gadung pascasarjana.

Meski kamera itu hanya menyorot Gallan tapi setidaknya itu bisa dia jadikan alibi bahwa dirinya dan Freyya tidak melakukan perbuatan melanggar norma di kampus ini.

"Hmmm ...." Security itu bergumam pelan karena jawaban Gallan cukup meyakinkan. Akhirnya dia pun berdehem usai mendapat kesimpulan. Kali ini dia berniat melepaskan kedua mahasiswa ini. Lagi pula waktu sudah semakin petang dan lelaki itu juga masih harus menyelesaikan patrolinya.

"Baiklah!" tukas security itu yang membuat Freyya dan Gallan merasa mendapat angin segar. "Saya akan percaya pada kalian, tidak perlu mengecek CCTV. Tapi sebaiknya kalian berdua pergi dari sini. Jika ingin bicara privasi jangan di tempat terpojok dan carilah tempat di luar lingkungan kampus. Kalian paham maksud saya, kan?"

"Iya, Kang. Makasih, ya." Gallan mengangguk lega. Setelah ini dia bertekad akan langsung membawa Freyya cabut dari sini. Benar-benar kejadian aneh dan penudingan tak kalah konyol yang dia alami seumur hidupnya.

Ketika Gallan baru akan melangkah sambil mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya, tiba-tiba secara tidak sengaja lelaki itu ikut menarik sebuah kotak kecil berukuran persegi panjang dari kantong celananya. Kotak itu keluar bersamaan dengan ponsel Gallan dan jatuh ke tanah berbatu kerikil. Lebih sialnya lagi, begitu jatuh, kotak itu malah langsung terbuka dan memperlihatkan isinya.

Jatuhnya benda itu spontan membuat yang lainnya yang masih berada di tempat melihat ke arah objek tersebut.

Freyya awalnya tidak menyadari sampai akhirnya suara tarikan napas kaget security dan kedua mahasiswa lain membuatnya ikut melihat pada benda yang dijatuhkan Gallan.

Sungguh, Freyya hampir tidak sempat berkedip begitu menatapi sesuatu yang ada di dalam kotak terbuka yang dijatuhkan Gallan itu.

'Test pack!?'

-o0O0o-

Well, sepertinya Gallan memang terlalu bajingan untuk Freyya.

.
.
.
.

Hehe
Ini adalah sedikit intermezzo dan plot twist di babak perempatan pertama The Rebellouse
Akan ada plot twist lainnya tapi pastikan kalian mengingat clue-nya satu per satu~

.
.
.
.
.
.
.

VOTE AND COMMENT

If you mind to follow me, I will really appreciate it,
because it means you support me and this story 😘
.
.
.
.

Love Di Udara💕
Ranne Ruby

THE REBELLOUSE! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang