Knock knock

135 20 0
                                    

.

Anak laki-laki dengan alis tebal dan mata yang indah turun dari lantai atas dan bergabung bersama keluarganya di meja makan. Dia sudah siap rapi dengan seragamnya untuk pergi ke sekolah barunya.

Duduk di samping Kakaknya berhadapan dengan Kakaknya yang lain di depan sana.

"Hari ini kalian semua akan mulai sekolah di sekolah yang baru, ayah harap kalian bisa menyukai lingkungan baru ini." Kepala keluarga buka suara dari kepala meja.

Ketiga anaknya hanya diam menikmati sarapan pagi masing-masing. Namun tidak dengan ibu mereka yang memandang resah pada salah satu anaknya.

Dia takut sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Ada dua motor kan?" Lagi, anggukkan kepala dia dapat tanpa suara.

"Kalo begitu, Taes-"

Belum selesai ayah berucap, anak laki-laki tinggi yang duduk tepat di sebelah anak alis tebal berdiri meninggalkan meja makan. Dia raih kunci motor di meja dan keluar.

Sang ayah tidak lagi melanjutkan bicaranya dan beralih pada satu anaknya yang duduk tepat di sebelah istrinya.

"Jae..."

"Iya, aku tau."

Anak dengan lesung pipi itu berdiri dan mendekati bungsu rumah yang terus menunduk sejak kepergian saudaranya yang satu.

Sebuah tangan muncul di hadapannya membuat dia mendongak kepada si pemilik tangan, Kakaknya.

"Tidakk usah pikirkan si Taesan, Leehan bersama Kak Jaehyun ya?"

Senyuman muncul, uluran tangan diterima dengan baik.

Orang tua ketiga anak tersebut menatap sulung dan bungsu mereka berjalan keluar dengan tatapan sendu.

"Kapan..." Sang istri akhirnya bersuara dan suaminya mengalihkan perhatiannya.

"Kapan Taesan bisa berubah? Apa dia benar-benar membenci Leehan? Aku rindu..."

Tangannya diraih sang suami, "sayang, Taesan butuh waktu. Dia pasti akan kembali pada kita suatu saat nanti, percaya padaku."

"Suatu saat itu kapan? Aku ingin melihat Taesan berubah sebelum aku mati."

"..."

.


Jika biasanya orang tua akan menemani anak-anak mereka di hari pertama sekolah apalagi di sekolah yang baru, tiga bersaudara ini tidak demikian.

Si tengah Taesan, pergi sendiri dengan motornya, begitupun dengan Si sulung Jaehyun juga bungsu Leehan, mereka berangkat bersama.

Keduanya berdiri memandangi betapa besar dan luasnya sekolah baru mereka dari area parkir.

"Gila Kak, Ayah dan Ibu tidak salah memilih sekolah kan?" Mata Leehan tidak berkedip sama sekali. Dia terlalu terpukau dengan gedung sekolah yang akan menjadi tempat dia belajar selama dua tahun ini.

Jaehyun memandangi adiknya dengan senyuman dan menggusak pucuk kepalanya, "iya, kita akan sekolah di sini, ada Taesan juga."

Senyumnya turun ketika mendengar nama si tengah di sebutkan. Melihat bagaimana cara Taesan pergi tadi, sudah bisa dipastikan kakaknya yang satu itu sangat tidak menyukainya dirinya.

"Harusnya tidak perlu."

"Hm? Kenapa tidak, toh memang pilihan ayah dan ibu untuk menyekolahkan kita bersama. Apa yang tidak perlu?"

"Taesan akan lebih membenciku setiap kali melihat ku berada di sekolah ini. Apa aku boleh pindah saja? Di sekolah yang lama pun tidak apa, aku juga ingin melihat teman-teman ku di sana."

Mata memelas yang dipenuhi kekhawatiran dan ketakutan dapat Jaehyun lihat. Bukan salah Leehan dia bisa berpikir seperti itu, Taesan selalu menjauhinya bahkan tidak pernah berbicara dengan dirinya setelah kejadian dua tahun lalu.

Jaehyun pun tidak bisa menyalahkan Taesan karena perlakuannya terhadap Leehan. Taesan pantas melakukan itu, namun dia tidak sangka kalau kebencian itu akan selama ini dan tidak tau sampai kapan Taesan akan terus membenci Leehan.

Dan orang yang sedang dibicarakan datang ke area parkir.

Mata Leehan berusaha tidak melihat ke arah Taesan yang pasti menatap benci padanya. Berbeda dengan Jaehyun, dia terus menatap Taesan bersama Leehan secara bergantian.

Taesan pergi meninggalkan area parkir dan masuk lebih dulu ke dalam gedung sekolah. Akhirnya Leehan bisa melihat punggung Taesan yang menjauh tanpa diketahui si pemilik punggung.

Dia merasa bersalah.

Rangkulan didapat Leehan dari sang Kakak, "sudah, tidak apa. Taesan tidak akan membencimu lebih dari ini, jangan khawatir ada Jaehyun di sini akan menolong adik kecilnya!"

"Tap-"

"Stttt, jangan bicara lagi. Pulang sekolah nanti kita singgah ke warnet dan main, mau?"

"Dengan senang hati!!" Rangkulan Jaehyun dibalas Leehan merangkul.

Mereka kembali berjalan dengan senyuman dan kekehan kecil.

Jaehyun berhasil membuat Leehan tersenyum senang, walaupun itu mengorbankan uang jajannya dia tidak masalah.

Asalkan Leehan berhenti overthinking.

"Oh, handphone ku tertinggal di motor! Aku ambil dulu, tunggu di sini!" Jaehyun berlari secepat mungkin pergi ke parkiran dan Leehan menunggu dengan berjongkok di depan gedung sekolah.

Jaehyun di parkiran sana membuka tas miliknya dan mengeluarkan benda yang tadi dia jadikan alasan agar pergi menjauh dari Leehan untuk sementara.

Dia membuka roomchat dengan Taesan dan mengetikkan sesuatu di sana.

Taesan

You
Kakak mohon padamu...
Jangan membuat Leehan tidak nyaman
dengan sekolah barunya.

Taesan
Untuk apa?

You
Aku tau kau benci padanya,
tapi jangan membuat dia merasa bersalah.
Dia satu kelas denganmu, kau tau kan?


Taesan
Melihatnya saja aku tidak suka,
apalagi bicara dan mengganggu.
Sial bagiku yang akan sekelas,
jaga baik-baik adik kesayanganmu itu.


Jaehyun kembali masukkan handphonenya ke dalam tas dan menarik napas panjang memikirkan apa yang baru saja dikirim Taesan padanya.

"Semoga saja..."

Dia kembali berlari pergi menemui Leehan yang pasti menunggunya, adiknya itu tidak akan masuk ke dalam kalau tidak ditemani. Tentu saja, ini adalah hari pertama lingkungan dan orang-orang di sekitar masih asing.

"Maaf ya agak lama, hehe."

.



Knock knock!!Where stories live. Discover now