Chapter 7 (Pencarian Sekelompok Pemburu, Bagian Tiga)

18 2 1
                                    

26 April 1790 KA
Markas Pasukan Keamanan Publik, Milhein.

Sebastian Ulrich, menyelesaikan pekerjaannya saat itu. Setelah menghela nafas lega, Ulrich bangun dari kursinya dan bergerak menuju jendela tersebut dan terlihat terdiam. Duduk selama beberapa jam selalu membuat kakinya pegal. Meskipun bagi Ulrich, hal ini juga sudah bagaikan salah satu resiko pekerjaan yang paling remeh dibandingkan dengan beban yang dia bawa sebagai seorang yang biasa disebut pemimpin pasukan ini. Sekarang, masalah pemburu menjadi fokus dari masalah yang biasa dihadapi olehnya. Dia selalu paham masalah ini adalah masalah yang tak akan pernah selesai, selama masih ada orang yang menginginkan jasa mereka untuk mencarikan hewan-hewan endemik yang hanya ada di wilayah Hutan Aberharst. Sementara Aberharst memiliki banyak sekali hewan yang seperti itu, serta disisi lain beberapa dari mereka juga terancam punah karena ulah dari para pemburu.

Dia merasa waktu istirahatnya sudah cukup. Melihat keadaan luar melalui jendela miliknya selama beberapa saat sudah dianggap sebagai istirahat oleh Ulrich. Namun, di ujung pandangannya dia melihat sosok merpati yang datang kearah gedung Pasukan Keamanan Publik, dan melesat menuju atap, dimana para burung merpati pesan berkumpul disana. Sepertinya tengah terjadi sesuatu. Dia sempat menduga kalau merpati itu datang dengan membawa kabar dari Azel yang saat ini tengah berada di Hutan Aberharst, mengingat beberapa merpati pesan sengaja disebar secara liar di hutan untuk berjaga-jaga jika ada keadaan yang mendesak. Yang perlu dia lakukan sekarang adalah menunggu salah satu personil datang dan membawakan pesan untuknya.

Ulrich kembali melangkahkan kakinya menuju kursi yang sudah bagaikan tempat tidur keduanya selain kasurnya sendiri. Dia menduduki kursinya, meregangkan tubuhnya dan bersandar di punggung kursi, dan memperhatikan langit-langit ruangannya. Tidak membutuhkan beberapa saat hingga seseorang mengetuk pintu ruangannya.

"Aku Lorens. Kita mendapat kabar dari Azel lewat merpati pengantar pesan," ucap seseorang yang berada di depan pintu.

Mendengar suara dari pintu, Ulrich langsung memperbaiki posisi duduknya. Apa yang terjadi saat ini sesuai dengan dugaannya. Ini dia, pikir Ulrich. Sekarang dia akan mengetahui pesan apa yang dibawa oleh Azel melalui merpati.

"Masuk," jawab Ulrich. Pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria dengan rambut hitam sedikit kecokelatan, dengan mengenakan seragam Pasukan Keamanan Publik. Di pipinya terdapat sebuah bekas luka yang cukup panjang, tapi melihat wajahnya saja banyak orang yang tahu kalau dia bukanlah orang jahat. Di tangannya, dia memegang secarik kertas kecil. Dia memasuki ruangan Ulrich setelahnya, dan langsung menutup pintu. Setelah berjalan beberapa langkah, Lorens menyodorkan secarik kertas berisi pesan kearah Ulrich.

"Terima kasih, Lorens," Ulrich tersenyum melihat kearah Lorens selama sesaat. Lorens menjawabnya dengan anggukan. Tangannya meraih kertas tersebut, melepas gulungannya dan segera membaca pesan yang sudah ditulis oleh Azel untuknya. Hanya beberapa saat, Ulrich langsung mengangkat alis, dan menaruh kertas itu di mejanya dengan helaan nafas panjang.

"Uh, apa yang terjadi?" tanya Lorens dengan tatapan bertanya-tanya.

"Panggil satu regu untuk pergi ke tempat yang sudah ditulis oleh Azel sekarang," pinta Ulrich dengan tatapan serius. "Kita menemukan para pemburu liar. Akan tetapi kabar buruknya, mereka kemungkinan sudah mereka menjadi mayat semua karena seseorang sudah mengincarnya duluan. Ayo cepat!"

"B-baik!!" jawab Lorens yang segera berlari keluar dari ruangan. Sementara Ulrich kembali membaca tulisan Azel sekali lagi, kemudian mengakhirinya dengan menyobek kertas itu, dan membuatnya terbakar tepat di tangannya dengan perasaan antara terkejut dan kesal. Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?

Destiny of AthyloneWhere stories live. Discover now