Bab 6

47K 602 21
                                    

"Eemmh." Aku mendesah keenakan ketika Pak Lurah mengulum bibir atas dan bawahku dengan rakus.

"Aaahhmmm… . " Aku menjerit ketika tangannya dengan kuat meremas-remas kedua susuku. Entah kapan dia membuka kancing bajuku. Sampai-sampai tangannya bisa masuk dan menjamah langsung susu montokku.

"Ahhhh Masss… . " Akhirnya aku bisa mendesah dengan puas ketika ciumannya berhenti.

Namun ternyata lurah mesum itu melepaskan ciuman untuk menggerayangi bagian tubuhku yang lain.

Sekarang bibirnya menelusuri rahangku mengecup-ngecup pelan, lalu turun ke arah leher. Menjilat-jilat leherku dengan lidahnya sampai membuatku meremang.

"Aaaaakkkkk… Masshh sakitt!! " Jeritku karena secara tiba-tiba dia menyesap leherku dan menghisap-hisapnya.

"Nikmatin dek… mas bakalan bikin kamu keenakan." Ucapnya setelah menyesap leher kiriku, sekarang kepalanya bergeser mendekati leher sebelah kananku dan melakukan hal yang sama. Menyesap kulitnya yang membuatku menggelinjang dan mendesah.

Dia mendongak menatapku yang ngos-ngosan setelah dikerjai seperti itu. Tangannya berhenti meremas susuku.
Dia tersenyum mesum dan berkata.

"Mas suka lihat wajahmu kalau lagi sange berat gitu dek. Enak ya lehernya di cupang?."

"Hhh.. Nhhggak…" Aku menjawab dengan tidak jelas karena masih ngos-ngosan mengatur nafas akibat di kerjain habis habisan oleh Pak Lurah.

"Hahaha…coba habis ini masih bisa bohong nggak bibirnya?." Dia mengecup bibirku dan melumatnya sebentar.

Tangannya bergerak melepaskan baju atasku yang sudah terbuka kancingnya. Membuatku bertelanjang dada. Aku spontan menggerakkan kedua tanganku untuk menyilang menyembunyikan susu montokku yang sekarang terpampang jelas di depan matanya.

"Lepas ya. Mas pengen lihat susu montokmu dek." Bujuknya dengan lembut. Wajahnya berada tepat di depan wajahku hanya berjarak tipis.

Aku terhipnotis oleh wajah ganteng dan senyuman mautnya. Ahh cuma lihat seperti itu saja memekku langsung kedut-kedut.

Dia dengan mudahnya menyingkirkan tanganku yang tadi menyilang. Kedua tangan Pak Lurah itu membuka tanganku dan menariknya ke atas. Mengunci pergerakan tanganku dengan kedua tangannya.

Lalu kepalanya bergerak ke bawah, ke arah dadaku yang sudah terbuka, terpampang di depan matanya.

"Woooww… susumu gede banget dek. Montok, sekel. Pentilmu belum di kenyot juga udah ngaceng duluan ya dek." Entah kenapa kata-kata kotornya itu malah membuat aku semakin sange, pentilku nyeri hanya karena tatapan matanya, memekku di bawah sana rasanya semakin lengket karena cairanku selalu mengalir akibat perkataan mesumnya.

Fuhhh.

"Aaahhhh… " Aku mendesah dan menggeliat ketika Pak Lurah meniup pentilku. Rasanya geli geli enak.

Mataku yang sudah sayu ini melihat suamiku itu tersenyum menyeringai ketika aku mendesah. Kedua tangannya melepaskan cekalan pada tanganku dan bergerak ke bawah untuk menangkup kedua susuku. Lalu meremas-remas ganas sembari meniupi pentilku.

Aku nggak bisa menggambarkan rasa enaknya. Aku sampai merem melek dan membusungkan dadaku, berharap pentilku segera di kenyot, di sedot masuk ke dalam mulutnya.

"Uuhhh.. Susu montokmu bener-bener kenyel dek.. Mas nggak bisa berhenti remes susumu ini. "

"Ahh mass… . " Aku mendesah keenakan. Semakin di remes dan di tiup pentilnya. Semakin aku tambah sange.

"Kenapa dek?. Enak kan?. " Tanyanya seperti tanpa dosa. Siapapun orangnya kalau diperlakukan seperti ini pasti keenakan.

"Hmmmmh… tapih janghhaan di tiuph gituhh.. Geliiiihhh. " Nggak tahan lagi, susuku sudah di unyel-unyel dengan tangan besarnya. Tapi pentilnya cuma di tiup, sama sekali nggak disentuh. Aaahh pengen di emutt pentilnya.

Cinta Pak LurahWhere stories live. Discover now